3. Warmth

4.4K 588 39
                                    







"Yerin kau tak apa? seharian ini, kau sedikit.. murung." Hayoung memandang Yerin iba. Joy yang ada disamping mengelus puncak kepala Yerin dengan lembut. "Jika kau ada masalah, ceritakan. Mungkin kami bisa membantu."

Gadis itu tersenyum dan menggeleng. "Tidak apa." ucapnya pelan, "oh ya aku mau ke perpustakaan. Kalian pergi ke kantin saja."

Joy dan Hayoung menaikkan alisnya dan memandang satu sama lain. "Baiklah jika itu maumu, sampai bertemu di kelas." Mereka berdua melambaikan tangan meninggalkan Yerin yang memperlihatkan senyum palsunya.

Yerin berjalan pelan sambil menunduk ke bawah. Sebenarnya ia tak ingin pergi ke perpustakaan, ia ingin pergi ke ruang latihan dance.


Bruk!


"Maafkan aku," Yerin cepat cepat meminta maaf setelah ia menabrak siswa itu. Siswa di sekolah ini cenderung sensitif, jadi dia harus berhati-hati. Yerin langsung pergi tanpa melihat siswa yang ditabraknya.


"Jeon Wonwoo! Apa yang kau lihat? Ayo cepat! Sebelum kita tidak mendapat tempat duduk!" Lelaki bernama Jeon Wonwoo itu menatap Yerin yang kini berjalan menjauh darinya dan cepat-cepat pergi ke temannya.


Yerin masuk ke dalam ruangan luas yang berisi kaca kaca. Ia perlahan duduk di lantai, melihat bekas luka di kakinya 2 tahun yang lalu. Matanya menatap pantulan dirinya di kaca. Wajahnya tak banyak berubah, hanya lebih pucat dan tidak ceria seperti dulu.

Ia bangkit berdiri dan menyetel musik dari handphonenya, lagu yang semestinya ia nyanyikan sekarang di panggung. Lagu berjudul Glass Bead.

Gadis itu menggerakkan tubuhnya, menarikan sesemangat mungkin, seperti dulu. Ia memutar badannya, menendang kakinya ke atas, melakukan split dan sebagainya. Namun, ia berkali-kali jatuh, hingga lutut dan tangannya terluka.

Gadis itu menghentakkan kakinya dan berlatih sekali lagi, namun ia kembali jatuh. Yerin menatap dirinya di kaca dengan perasaan kesal, marah, dan sedih. Matanya memerah dan ia menjambak rambutnya sendiri dengan kesal.

Ia berteriak keras sambil terus memukul tembok hingga tangannya berdarah. Kepalanya ia senderkan ke tembok, tanpa memperdulikan tangannya yang terluka.

Tanpa disadari, sedari tadi Hanbin melihat kejadian itu semua. Ia hendak berlatih dance dan Yerin sudah memakai ruangan itu terlebih dahulu. Wajahnya datar dan tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya. Ia sedikit tersenyum lalu berbalik menjauhi ruang dance itu.






"YERIN! KENAPA TANGANMU TERLUKA? BUKAN, BERDARAH!"

Suara melengking Joy memenuhi koridor itu. Yerin menatap kedua sahabatnya cuek tanpa memperdulikan tatapan dari mereka berdua. "Lihat lututmu, rambutmu berantakan, tanganmu, astaga, kau sehabis berkelahi?!"

Gadis itu menghembuskan nafas pendek, "Tidak, aku tadi tidak sengaja kejatuhan vas dan terjatuh di.. tangga."

Hayoung menatap Yerin curiga namun ia buru-buru menarik lengan temannya, "Sudah, kau harus segera diobati."

Dua perempuan cantik itu segera mendorong Yerin menuju UKS untuk diobati segera.



***



Yerin melangkahkan kakinya pelan sambil sesekali menatap tangannya yang diperban. Ia menutup matanya sejenak dan berjalan kembali menuju gerbang sekolah.

always; yerin hanbin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang