21. Never

2.3K 358 35
                                    







Yerin menghela nafas pelan sambil memandang pemandangan kota dari balkon hotelnya. Hotel ini bukan hotel berbintang 5 tapi dia sudah cukup menikmatinya. Ia sudah bersekolah di sekolah barunya dan bertemu beberapa teman baru disana, dan juga bekerja paruh waktu.

Terkadang ia akan menginap di cafenya atau toko baju tempat ia bekerja. Atau ia tidur di hotel selama beberapa hari dan pindah menuju hotel yang lain. Ia tidak tau nasib keluarganya, mungkin kakaknya bersama Sehun dan ibunya.. entah ia tak mau memikirkannya.

Ia cukup senang ia pindah sekolah dan itu berarti ia tidak bertemu si brengsek—Hanbin selama seharian penuh. Ia sudah pernah mengalami ini sebelumnya jadi ia cukup terbiasa akan hal-hal yang hendak menghancurkan hidupnya.

Hayoung dan Joy juga rutin mengunjunginya. Tak lupa mereka selalu memintanya unuk tinggal bersama mereka selama seminggu atau 2 minggu, tapi Yerin tidak mau karena takut merepotkan mereka.

Mereka juga sudah tau kisah hidup Yerin dan keprotektifan mereka bertambah.Ia hanya berharap keduanya tidak memandang Hanbin seperti  mangsa yang hendak dibunuh.


"Yerin!"


Hayoung dan Joy bertemu Yerin di café dekat sekolah Yerin, SOPA. Joy dan Hayoung memandang Yerin dengan seragamnya berwarna kuning itu dengan kagum. "Wow, kau tampak cocok hehe."

"Jadi kenapa kalian meminta bertemu disini?" tanya Yerin sambil meminum milkshake coklatnya.

Joy dan Hayoung mengerucutkan bibirnya. "Kami hanya ingin menemuimu." Ucap Hayoung. "Dan juga kita punya kabar untukmu." Timpal Joy kemudian.

"Kabar?"

"Hanbin."

Mendengar nama itu, Yerin menghela nafas pelan dan meminum milkshakenya kembali. Wajahnya ditekuk mendengar nama itu.  Matanya berputar malas.

"Ada apa dengannya?

"Dia sangat murung di sekolah. Bahkan lebih dingin dari sebelumnya. Kami sewaktu itu melihatnya membentak sahabatnya, Changkyun di lorong."

"Mereka hampir bertengkar gara-gara itu." ucap Joy.

Yerin mengendikkan bahu pelan. "Well, yah. Dia memang temperamen. Tch." Yerin mengaduk milkshakenya dan menatap Joy Hayoung bergantian.

"Dia memang seperti itu. maklum saja. Itu hal biasa."

"Well, tapi dia terlihat 'tidak biasa'." Ucap Joy dan disertai anggukan Hayoung.

"Aku—kami tidak tau bagaimana sifat asli Hanbin, tetapi dia terlihat berbeda semenjak kau emm.. menamparnya."

Yerin menghela nafas pelan. "Dia memang berbeda. Dia tidak pernah  berubah dari dulu." Yerin tersenyum miris. "Hanbin memang seperti itu. ia hanya sedang memakai topeng untuk menyembunyikan niat busuknya."

"Tidak yer—"


"Aku tau persis bagaimana  sifat Hanbin, Joy!" bentak Yerin kasar. Kedua sahabatnya terdiam dan Yerin menggigit sedotannya. "Dia.. dia.. dia monster."

Matanya berkaca-kaca lalu Yerin mengusap wajahnya perlahan. 

Joy dan Hayoung saling berpandangan sebelum memandang Yerin kembali. "Kau menyukainya kan? Yerin?"

Yerin terdiam, beruntung ia tidak tersedak. Matanya yang bulat itu perlahan menatap mereka berdua, sedikit kaget. "Huh? Aku?" Ia tertawa kecil, tawa yang sinis.

"Kau menyukainya. Aku tau itu." ucap Hayoung. "Dia juga menyukaimu. Sifatnya yang menjadi seperti ini semua karenamu."

"Tch. Murung karena sudah menghancurkan hidup seseorang? Kurasa dia harusnya berpesta sekarang."

always; yerin hanbin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang