Yerin berlari di sepanjang lorong rumah sakit, menghiraukan bisik-bisik menyebalkan dari para pasien yang mencibirnya. Gadis itu sampai di ruang ugd yang berada di ujung rumah sakit dengan nafas yang terengah-engah.Ia duduk di kursi sambil membuka handphonenya. Dengan tangan gemetar, ia menelpon kakaknya mengabari bahwa ibu mereka kecelakaan.
Ia menggigit bibirnya dan berusaha menahan tangisnya. Walaupun dia sangat membenci ibunya semenjak ibunya menamparnya, ia ingin ibunya hidup. Setidaknya wanita itu punya kenangan indah bersamanya.
Beberapa menit kemudian Soojung datang bersama lelaki tampan. Yerin yakin itu kekasihnya, Oh Sehun. Soojung menghampiri Yerin, "Bagaimana? Eomma? Dia bagaimana?"
Yerin menggeleng lemah dan Soojung langsung duduk di sebelahnya. Mereka berdua berdoa dan terdiam, berharap ibunya bisa disembuhkan.
3 jam berlalu. Lampu tanda operasi sudah dimatikan. Yerin langsung berlari menuju dokter yang kini berjalan dengan suster lainnya.
"Bagaimana? Apakah ibuku baik-baik saja? Dia—"
"Maafkan kami nona Jung."
Yerin terdiam. Kata 'maaf' sudah berarti pertanda buruk. Sangat buruk. Yerin tertawa kecil, tawa yang pahit. "Apa dia sudah tidak ada?"
Sang dokter mengangguk pelan dan Yerin tersenyum miris. "Kami sudah berusaha sebaik mungkin namun Tuhan berkehendak lain. Kuharap keluarga kalian bisa tabah."
Yerin terdiam dan melhat Soojung yang kini berlari ke arahnya. Wajahnya yang berharap, itu semua tidak berguna.
"Dia sudah tidak ada."
Soojung membeku dan setetes air mata meluncur dari matanya. Gadis itu menangis dan langsung menghambur ke pelukan Sehun. Yerin sendiri tetap terdiam dan langsung duduk sambil menyangga kepalanya.
Dia tidak percaya ini. Semuanya, hilang. Semua yang berharga dalam hidupnya sudah hilang. Gadis itu menghela nafas dan menyandarkan tubuhnya dengan lemas.
Ia keluar dari rumah sakit itu dengan gontai.
Yerin duduk di salah satu ayunan dan memandang rerumputan dengan kosong. Gemuruh petir mulai terdengar, pertanda akan hujan. Gadis itu tersenyum miris.
Bahkan awan kini tidak mau berkompromi dengannya.
Setetes air dari langit mulai turun satu persatu. Namun Yerin tak kunjung berteduh. Ia biarkan air hujan itu mengguyur tubuhnya. Barangkali bisa membawa dosa yang ia perbuat selama hidupnya.
Setetes air turun dari matanya. Ia menggigit bibirnya berusaha untuk tidak menangis, namun itu semua sia-sia. Ia menangis tersedu-sedu seiring turunnya air hujan.
Ia sudah berada disana selama kira-kira 10 menit. Hingga ia merasa hujan sudah berhenti, ia melihat ke depan dan menyadari ada seseorang ada di depannya.
Ia mendongak dan melihat Hanbin kini memayunginya. Lelaki itu tampak berkeringat, dan nafasnya terengah-engah.
"Apa kau tak apa-apa?"
Yerin masih terdiam tidak menjawabnya.
"Aku dengar dari sekretarisku ibumu kecelakaan. Dan aku langsung pergi ke rumah sakit. Soojung noona memberitahuku kau pergi."
Yerin mengerjap pelan dan memalingkan wajahnya. Ia tidak mau menatap lelaki itu disaat ia lemah dan tidak tegar.
"Kau pergi selama 2 jam. Soojung noona langsung pingsan."
KAMU SEDANG MEMBACA
always; yerin hanbin ✔️
Fanficthey were childhood friends, until he make a mistake. AU! © puffysnow, 2016