Yerin berlari menuju lapangan basket sekolah secepat mungkin. Ia butuh penjelasan sekarang. Tak peduli apakah lapangan sudah kosong atau tidak, ia berjalan terus menuju Hanbin yang kini membereskan peralatannya seperti biasa.Lapangan tampak kosong dan lelaki itu langsung menoleh ketika mendengar suara kaki yang berlari ke arahnya. Hanbin tersenyum kecil dan sedikit gugup, serta kaget melihat gadis itu datang dengan sedikit.. kasar.
"Oh kau sudah disini? Sejak ka—"
PLAK!
Yerin menampar wajah Hanbin dengan keras sambil berurai air mata, ia menatap lelaki itu kecewa dan marah. Hanbin membeku dan memegang pipinya yang baru saja ditampar. Matanya melihat gadis itu yang kini juga balik menatapnya.
"Kukira kau akan berubah setelah waktu yang cukup lama ini. Dan kau hanya mendekatiku untuk mengerti kehidupanku? Bagus."
"Apa yang kau bicarakan?" tanya Hanbin sedikit bingung.
Yerin tertawa sinis, "Jangan pura-pura bodoh. Kau dibalik semua ini kan?!"
"A...aku tak tau apa yang kau bicarakan!"
"Tak tau yang kubicarakan? Kau tak tau atau kau menolak untuk tau?!" teriaknya. Hanbin mengerutkan alisnya sedikit, bingung.
Gadis itu menahan tangisannya, "Setelah dikeluarkan dari sekolah, kini rumahku dihancurkan. Apalagi? Membuat keluargaku meninggal semuanya? Atau membunuhku?!"
"Aku tak tau kau dikeluar—" ia bungkam seketika. Yerin menangis dalam diam, sambil berusaha tidak mengeluarkan suara tangisnya.
Hanbin terdiam dan menatap Yerin kosong. "Betapa hebat keluargamu itu. apa kesalahanku sehingga keluargamu dan dirimu membenciku?!"
"Yerin, aku—"
"Disaat aku seperti ini, aku membutuhkanmu. Tapi dimana kau? Menghilang. Dan sekarang aku tau kau merencanakan ini."
Hanbin menjilat bibirnya, "Yerin, ini tidak seperti yang—"
Yerin menghela nafas dan menatap Hanbin. "Jangan temui aku setelah ini, jangan menghubungiku, aku sudah muak denganmu."
"Jung—"
Yerin berjalan melewati Hanbin sambil menangis. Lalu Ia berhenti sejenak dan berbicara, "Sampai kapan kau mau berubah? Kau sudah menghancurkan kepercayaanku 2 kali."
Hanbin berbalik kebelakang, melihat Yerin yang memunggunginya.
"Setelah semua ini terjadi?"
Yerin menoleh kebelakang dengan wajah yang berurai air mata, "Kau selalu seperti ini. Selalu."
Gadis itu pergi meninggalkan Hanbin yang terdiam membeku di tempatnya. Tangannya meremas buket bunga yang ingin ia berikan pada Yerin. Hanbin menutup matanya, mengepalkan tangannya dan membuka matanya lagi.
Gadis itu sudah tidak ada disana.
Dengan penuh amarah, ia melempar buket bunga itu ke lapangan dan menginjaknya. Lelaki itu menjambak rambutnya pelan lalu berteriak keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
always; yerin hanbin ✔️
Fiksi Penggemarthey were childhood friends, until he make a mistake. AU! © puffysnow, 2016