Dingin.
Itu yang Yerin rasakan setelah terbangun di lapangan belakang sekolahnya. Ia merasakan luka perih di sekujur tubuhnya dan dengan susah payah ia berdiri. Matanya melirik tangannya yang berdarah dan dengan langkah yang terseok-seok, ia pergi menuju uks.
Sekolahnya sedang sepi. Yerin tak tau sekarang sedang pelajaran atau sudah pulang. Otaknya sudah tak bisa digunakan untuk berfikir lagi. Ia merasakan setetes cairan keluar dari hidungnya. Ia meraba hidungnya dan menyadari bahwa ia mimisan.
Pandangannya mulai kabur dan tangannya menyentuh tembok berusaha menopang tubuhnya. Namun, gadis itu tidak pergi menuju UKS, namun ia pergi ke ruang musik. Ia langsung berbaring di lantai berkarpet itu setelah memasukinya. Ia menatap ruangan gelap itu dan perlahan meraba sebuah gitar yang ada di sampingnya.
Jemarinya memetik senar gitar itu dan tersenyum tipis. Ia berdiri dan duduk didepan piano hitam. Dengan pelan ia memainkan tuts-tuts piano itu dan membentuk sebuah lagu. Ia tersenyum pahit dan memandang atap ruang musik itu.
"Aku ingin bertemu denganmu. Aku rindu padamu."
Yerin menangis dalam diam sambil memainkan piano itu. Ia benar-benar sedih dan akhirnya air matanya tumpah dan ia menangis sesenggukan. "Kenapa aku harus menjalani hidup seperti ini?"
Gadis itu jatuh terduduk dari kursi pianonya. "Ini semua terlalu berat untukku."
"Tuhan, apa kau sedang menghukumku?"
***
"Maafkan aku Yerin, aku tak tau jika kau sedang terluka parah seperti ini." Hayoung dan Joy menunduk minta maaf pada Yerin. Keduanya memaksa gadis itu untuk pergi menonton pertandingan basket sekolahnya, karena tim basket mereka sudah ada di final melawan sekolah lain.
Pertandingan ini sudah seperti hal wajib bagi murid di Seoul International School. Karena pertandingan ini dalam rangka merebut gelar juara bertahan selama 4 tahun. Yerin ingin beristirahat di rumah karena dia tidak suka pergi saat hari libur dan keadaan tubuhnya babak belur.
Tapi seperti biasa, dua temannya itu menyuruhnya untuk pergi menonton basket bersama mereka. Mereka mengancam Yerin jika tidak datang, keduanya akan mengatakan Yerin tidak menyukai tim basket sekolahnya.
Duh, padahal mereka tau Yerin ada di ambang batas kesengsaraan sekolahnya.
Jadi disinilah gadis itu berada, ia pergi bersama teman-temannya menonton basket. Gadis itu duduk di bangku penonton dengan hampa dan memandang lapangan basket yang besar itu datar.
Duh,
Ia melirik Hayoung dan Joy yang tertawa bersama bahagia sedangkan Yerin hanya duduk termenung tak berminat mengikuti percakapan mereka yang sebagian besar tersebut nama "Sungjae" atau "Zelo" kerap kali diucapkan.
"Oh pertandingan sudah mau dimulai!"
Para penonton mulai bersorak ketika pemain basket unggulan dari tim masing-masing datang ke lapangan dan bersiap-siap untuk memulai pertandingan.
"Oh! Seungcheol sunbaenim terlihat sangat tampan!" Hayoung memekik keras dengan mata yang berbinar-binar.
Pria bernama Seungcheol itu masuk ke arena pertandingan diikuti rekan-rekannya yang lain. Ia berdiri di tengah, berhadapan dengan tim lawan dan referee pun melempar Jump-ball dan permainan resmi dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
always; yerin hanbin ✔️
Fanfictionthey were childhood friends, until he make a mistake. AU! © puffysnow, 2016