10. Happy

3.1K 477 16
                                    



Keduanya tersenyum satu sama lain sebelum Yerin menatap jam dinding. "Oh? Kau tidak kembali ke lapangan?"

Lelaki itu menggeleng dan berbaring sambil tersenyum. Matanya menatap atap ruangan kesehatan itu. "Aku cedera, maka dari itu aku kesini." Ia menghela nafas dan tersenyum lagi, "Tak kusangka aku bertemu denganmu."

Yerin mengendikkan bahunya pelan. Ia sebenarnya ingin kembali ke pertandingan, namun melihat Hanbin yang sepertinya masih kesakitan dan faktanya dia cedera, dia tidak tega meninggalkannya sendirian.


Lho, semenjak kapan Yerin peduli pada Hanbin?


Bukan peduli sih, cuman kasihan saja. Toh dia juga tak tertarik dengan pertandingan basket itu. Joy dan Hayoung pun masih sibuk mendukung tim basket sekolah mereka.

"Ngomong-ngomong, ada apa dengan tubuhmu?"

Yerin menatap Hanbin sambil melotot dan menutupi tubuhnya. "Apa maksudmu dengan 'tubuhmu'? Apa aku gendut?"

"Bukan, maksudku... luka-luka dan plester ada dimana saja." Hanbin bangun dari tidurnya dan menatap wajah Yerin dengan dekat. Membuat gadis itu sedikit gugup.

"Ei, sudah. Aku tidak apa-apa. Paling gara-gara pembullyan itu."

"Kau dibully? Masih?"

"Yaa, dan juga fakta kau membantuku. Kurasa 'fans'mu tidak menyukainya."

"Fans?"

"Karena kau membelaku tempo hari itu. Gadis-gadis yang menyukaimu merasa aku penghalang cinta mereka."

Hanbin tersenyum kecil sambil menatap Yerin. "Akan kutegur nanti."

"Eit! Jangan! Bisa-bisa, aku lebih dibully dan satu sekolah mengira kita ada hubungan." Yerin mendengus pelan dan menatap sekelilingnya.

"Lho? Kita kan memang ada hubungan."


"Hubungan apa?!"


Yerin melotot dan giginya ia gertakkan. Sejak kapan ia berhubungan dengan lelaki dingin ini?! Hergh, dasar menyebalkan.

"Aku hanya bercanda. Jangan dibawa serius."

Yerin memutar bola matanya kesal. Merasa dipermainkan. "Cih, ya sudah aku kembali dulu. Joy dan Hayoung akan mencariku nanti."

Hanbin menahan pergelangan tangan gadis itu dan menariknya hingga terjatuh tepat diatasnya. Yerin mengedipkan matanya berkali-kali.

"Jangan dulu, toh mereka masih sibuk menonton pertandingan."

Yerin menjauhkan tubuhnya dari Hanbin dan menatap lelaki itu sengit. Tangannya ia lipat didepan dada. "Memang kenapa aku harus menemanimu?"

"Karena aku benci kesepian."

Yerin terdiam menatap Hanbin yang tersenyum kecil. Alisnya yang merengut itu kembali ke posisi semula dan matanya yang menyipit kini melebar.


Kesepian?


Yerin selalu kesepian di sepanjang hidupnya. Walau masih ada sang ibu dan kakak tercinta, hidupnya suram dan tidak berwarna semenjak ayahnya pergi. Gadis itu menghela nafas kecil dan tersenyum miris.

Oh ya, dia lupa.

Seorang Kim Hanbin yang dielu-elukan wanita itu adalah pria yang dingin dan kesepian. Kenapa Yerin bisa tau? Nah, gadis itu memiliki hubungan dengan Hanbin dulunya. Bukan hubungan seperti pria dan wanita pada umumnya lho.

always; yerin hanbin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang