5. Care

20 4 0
                                    

Tak terasa bis ku sudah sampai di jogja, mungkin karena hari sudah siang bus study tour itu berhenti di salah satu restoran yang lumayan megah. Arsitekturnya sangat cocok untuk acara-acara anak sekolah karena di depanku terdapat panggung minimalis sedangkan di sisi kiriku terdapat berbagai games outbond indoor. Di Paradise Resto ini juga mempunyai pintu samping yang terhubung dengan taman makan. Aku, Tika, Gita,Puspa, Pras, Theo, dan Rico memutuskan untuk makan di taman samping. Katanya biar lebih berselera, kami berjalan di jalan bebatuan setapak yang menghubungkan resto dengan taman. Kawat-kawat memagari dan menjadi atap jalan setapak ini di hiasi pohon anggur yang merambat dan bunga-bunga taman.

"Vi kita duduk di sana aja yuk?!" Suara Puspa menyentakku. Ia menunjuk sebuah meja bulat dengan empat kursi bernuansa putih.
"Oke, yuk!" Aku menganggukkan kepalaku lalu dengan bersemangat berjalan duluan.
"Anak cowok duduk di situ aja, meja sebelah" Gita memberi masukan. Jari nya menunjuk sebuah meja bundar berwarna coklat jati dengan tiga kursi. Wah benar-benar pas gitu ya.

Berbagai jenis makanan sudah terhidang sempurna di meja kami dengan minuman teh hangat. Buruk sekali siapa juga yang mau siang-siang bolong begini di cuaca yang terik minum teh hangat. Aku makan dalam diam sambil sesekali tertawa karena lelucon yang di lemparkan Tika dan juga tingkah konyol Puspa, kalo Gita?

Sebenarnya aku tak terlalu suka dengannya, ia itu cengeng sekali dan juga terlalu ingin tahu privasi orang, ia sebenarnya baik sih ramah juga tapi aku enek jika melihat Gita caper ke cowok.
Saat makananku tinggal setengah lagi, aku mendengar prass memanggil namaku,
"Via!"
"Iya, kenapa?" Aku mengalihkan perhatianku dari hidangan yang ku santap ke wajah Prass.
"Gua duduk depan lo boleh? Di sini terlalu hening. Bosen" Rico menjawab pertanyaan ku dengan sebal.
"Bolehlah Co, kayak apa aja pake ijin dulu sama Via. Sini tukeran sama aku" jawab Puspa sambil mengedipkan matanya. Huh dasar Puspa genit!, bilang aja kalo mau modus sama Theo mah. Tak lebih dari semenit Riko sudah duduk hadapanku, iya menyapaku dan aku mengangkat kepalaku lalu membalas sapaannya setelah itu aku kembali fokus dengan makananku.

"Vi?" Rico memanggilku, lagi?
"Apasih Rik? Manggil mulu. Aku lagi fokus makan nih" aku menjawab dengan sebal, siapa juga yang tak sebal kalo lagi enak makan di ganggu. Dasar Rico jelek.
"Iya iya sorry, lagian gua baru tau kalo lo makan fokusnya lebih besar dari ulangan ya." Ia terkekeh sebentar, hei dia itu mengejekku apa gimana sih.
"Udah jangan cemberut mulu, cepet keriput tau rasa lo. Nih, cobaiin geh dijamin lo ketagihan" Rico menyodorkan sendoknya padaku.

Entah apa itu, tapi di piringnya terdapat semacam salad buah yang flanya di ganti dengan coklat dan di beri topping kismis dan daun pandan, aromanya benar-benar sangat lezat.
"Gak ah aku bisa sendiri, siniin sendoknya!" Aku menatap Rico kesal karena ia mengangkat tinggi-tinggi sendoknya.
"Aaaa.... buka geh mulutnya" Rico memajukan sendoknya ke arahku. Karena sebal aku memalingkan wajahku, biar saja jika mereka yang melihatku menganggap aku kekanak-kanakan.
"Ish.. ngambek, alay betul lo Vi. Aaa... ini enak loh coklatnya. Emmm" Rico memanas-manasiku. Tahan-tahan Vi, kamu kan lagi ngambek, inget Vi. Ah, tapi aku juga pengen coklatnya.

Terpaksa deh aku ngalah.
"Ish.. dasar Rico nyebelin, aaa..." aku membuka lebar mulutku. Rico memasukkan sesendok penuh salad coklat ke mulutku. Ia tersenyum penuh kemenangan.

Setelah selesai makan aku mengambil sepotong buah melon untuk dessert, aku meletakkannya di atas meja karena aku mau cuci tangan ke wastafel. Sewaktu aku kembali, melonku sudah raib entah kemana. Gagal deh mau makan melon.
"Eh? Loh kok? Melon aku gak ada sih?" Tanyaku dengan nada kesal dan juga bingung.
"Elah Vi, udah di comot Prass kali" Gita melirik ke arah Prass yang memasang wajah innocent.

Dasar Prass kurang ajar, ingin di omelin tapi percuma aja melonnya gak bakal balik lagi juga. Lagian ngapain juga buang-buang tenaga, toh hanya untuk sepotong melon. Aku hanya menatap kesal pada Prass.

"Nih Vi, makan punya gua aja. Tapi punya gua melon kuning. Gak masalah kan?" Tiba-tiba Rico memberikan sepotong melon berukuran lebih besar dari melonku yang di makan Prass. Melon kuning itu terlihat sangat segar dengan semangkuk kecil saus coklat.
"Eh? Tapi kamu gimana Ric?" Aku sedikit bersikap naif ke Rico, karena aku benar-benar ingin melon itu plus saus coklatnya.
"Gua gak terlalu suka melon," kata Rico dengan senyum tipis di wajahnya. thanks God ini dia jawaban yang ku tunggu.
"Thanks ya Ric, ada saus coklatnya lagi" aku nyengir kuda ke Rico lalu mulai asik dengan melon bersaus coklat itu. Rico mengacak-ngacak gemas rambutku. Lalu mulai berceloteh,

"Makan yang bener, gak usah keburu-buru, gak usah takut di tinggal. Santai aja, ada gua kok di sini. Lagian lo suka banget sama coklat tapi kok gak gemuk-gemuk ya? Cacingan ya lo? Ah pasti iya." Rico lalu tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi kesalku. God thanks for my best guy.

"Ada aku kok di sini". Kalimat yang hanya sekilas saja di dengar sudah bisa untuk memahami apa maknanya. Makna bahwa "tidak perlu mengkhawatir kan hal lain karena seseorang ingin kau ada di sisinya dan melupakan sejenak masalahmu", yah hanya jika kau peka dan mengerti.

secretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang