Di sekolah aku memang sangat jarang bertegur sapa dengan Rico, mungkin karena aku tidak sekelas dengannya.
Tapi saat latihan di kelas LCT, aku mulai akrab sedikit demi sedikit dengan Rico.
Tika juga tak henti-hentinya mengejekku dan Rico.Hari ini adalah latihan LCT terakhir terakhir, sudah sekitar satu bulan aku bertegur sapa dengan Rico.
Rintik hujan membasahi rumput lapangan di sekolahku. Aku bersyukur karena tadi aku berfikiran untuk memakai jaket berwarna pink muda ku.
Semua materi untuk LCT sudah ku pelajari dengan baik.Materi hari ini menebak judul cerita memakai bahasa isyarat.
Agus yang bertugas untuk memberi bahasa isyarat, aku dan Rico di jadikan sekelompok.
Saat Agus mulai memberikan arahan judul cerita memakai tangannya, aku dan Rico mulai berdebat tentang judul cerita itu.
"Ooh aku tau, itu judulnya gerbang terbuka karena cinta!" Aku berseru dengan semangat. Rico menatapku lalu menaikkan sebelah alisnya,"Bukannya pintu terbuka oleh kasih ya?" Rico berkata dengan nada mengejek padaku.
"Bukan tau," aku tetap mempertahankan pendapatku.
"Iya Via, bener jawaban gua," Rico tidak mau kalah juga.
Aku memutar bola mataku kesal,
"Gak Rico, jawaban aku yang bener. Ngeyel loh, nih ya aku tanyain ke pak Yoseph." Aku berjalan ke arah pak Yoseph,
"Pak, jawabannya apa pak?" Aku sengaja mengeraskan suaraku.
"Pintu terbuka oleh kasih." Pak Yoseph menjawab dengan singkat.
"Makasih ya pak." Aku berbalik badan dan berjalan menuju tempat duduk yang di samping Rico. Aku tersenyum kecut karena jawaban Rico lah yang benar. Aku duduk di kursiku, tidak ada Rico di sebelahku. Di mana anak itu? Apa dia marah? Apa dia ke kantin? Lalu kenapa tidak mengajakku, apa dia ke toilet?, saat aku sibuk dengan fikiranku tentang Rico yang semakin tidak jelas."Ehem," suara deheman seseorang mengembalikanku ke dunia nyata. Aku mengalihkan pandanganku ke seseorang tersebut.
"Gimana? Jadi gua kan yang bener Vi." Rico berkata dengan nada mengejek. Aku hanya diam dan memutar bola mataku jengah, aku benar-benar berharap Rico lupa dengan kejadian tadi dan tidak mengungkitnya. Tapi aku lupa jika Rico tak mungkin melupakan hal yang telah dia lakukan secepat itu, bahkan hanya dalam hitungan menit saja."Hemm sudah kuduga..." Rico berbicara sambil mengangguk- anggukkan kepalanya.
"Alay!" Aku mencibir ke arah Rico.
"Akhirnya lo ngerespon gua juga kan Vi." Jawab Rico santai, senyuman miring tercetak di bibirnya.
"Up to you Ric," aku menjawab dengan malas. Rico menatapku dengan mata tak berkedip. Lalu mengacak gemas rambutku, aku yang kesal karena rambutku berantakan mengambil spidol yang ada di mejaku lalu mencoret tangan Rico. Rico terkejut karena ulahku, lalu ia mengambil spidol yang ada di tasnya, ia tersenyum miring padaku.Aku yang merasa ganjil seketika itu juga berlari keluar kelas dan benar saja Rico sudah berlari di belakangku dengan spidol yang sudah di buka tutupnya. Dengan nafas terengah-engah aku memasuki kelas paduan suara lalu mulai berakting bahwa aku anggota padus. Baru saja tenang beberapa saat yang lalu, terdengar oleh telingaku suara pintu di ketuk beberapa kali tapi aku masih tak mengalihkan perhatianku dari teks lagu. Sampai suara Miss Eni menyebutkan nama Rico,
"Ya, eh Rico. Ada apa?" Tanya miss Eni. Aku masih pura-pura fokus pada teks lagu namun menajamkan pendengaranku untuk mendengar apa yang di perbincangkan oleh Miss Eni dan Rico.Suara mereka yang terlalu kecil atau suasana kelas yang terlalu ramai sih? Kok gak kedengeran.
"Oh iya miss. Jadi Via nya boleh saya pinjam sebentar miss." Rico bersuara dengan volume yang sengaja di keraskan. Aku mengangkat kepalaku lalu menatap Rico, bagaimana ini?
"Oh silahkan Rico, lagi pula Via sudah berjanji untuk mengajarimu materi LCT yang tak kau pahami." Jawab miss Eni dengan santai dan lancar. Aku yang mendengarnya hanya cengo. Hah, kapan aku berjanji akan belajar bersama Rico? Sepertinya tidak pernah."Tapi miss saya tidak pernah berjanji pada Rico." Aku memprotes tidak terima.
"Via bohong miss," Rico menyela ucapanku.
"Via tidak baik mengingkari janji, apalagi kamu sampai berbohong begitu." Miss Eni berbicara dengan lembut.
Aku menghela nafas pasrah lalu berjalan keluar kelas.
"Iya miss." Aku menjawab malas.
Mungkin Rico sudah di belakangku. Aku menggerutu kesal karena Rico, lihat saja nanti akan ku usir dia dari team LCT ku."Woy!" Seseorang menepuk pundakku. Aku tak menoleh dan terus berjalan,
"Ish..Apa sih Ric?!" Aku berdecak kesal.
"Lihat orangnya woy!" Seseorang itu berdecak lalu menjawab dengan nada kesal.
"Iya|loh? Eh Nathan. Kenapa Nat?" Aku menyengir ke arah Nathan lalu tersenyum kikuk."Gak apa-apa, cuma pengen ngobrol aja." Nathan menjawab dengan cuek.
Aku mengangkat bahu ku,
"Ooh, kirain ada apa." Aku berjalan ke arah kelas LCT ku dengan Nathan yang berjalan di sampingku. Kenapa Nathan mengikutiku? Tumben sekali? Kemana Rico?
"Jadi apa kabar lo? Selama gak bareng gua," Nathan tersenyum miring, cukup membuat lesung pipit nya tercetak jelas.
"Yah....."Ketika aku mulai berharap akan cinta. Cinta beranjak pergi meninggalkanku, hilang tanpa jejak...
Ketika aku mulai berhenti,
Cinta datang menyapa.
Tanpa permisi....
KAMU SEDANG MEMBACA
secret
Romance''ingin ku ceritakan sebuah rahasia?'' Hati yang rapuh akan bertambah rapuh termakan dimensi ruang dan waktu. bagaimana tidak rapuh jika tidak ada yang peduli, bagaimana hatiku?. Jika ada yang bertanya kepadaku, ''apakah kau baik-baik saja'' dan ket...