Chapter 4

15.9K 1.1K 12
                                    

[4] The Explain of The Plan

"Gue nggak mau tau pokoknya lo berdua harus ngejelasin ini semua ke kita!" Vano mencebikkan bibirnya ketika melihat Reyhan yang memandangnya dengan pandangan datar. Pemuda itu terlihat sangat tenang.

Setelah kejadian di dalam kelas tadi, Reyhan dan Anggita segera ditarik keluar kelas oleh Vano juga Bimo ke belakang gedung sekolah—lebih tepatnya tempat di mana Reyhan menemani Anggita saat gadis itu merenung sendirian di taman ini.

"Aku... aku—"

"Anggita!" teriakkan itu terdengar, memotong ucapan Anggita yang belum sempat tersampaikan.

Keempat orang itu menoleh ke belakang dan mendapati Silfya yang sedang berlarian menuju ke arah mereka. Gadis yang selalu bersama dengan Anggita itu kini berdiri tepat di hadapan mereka dengan wajah memerah dan juga nafas yang terengah-engah.

"Ify? Kamu ngapain?" tanya Anggita menatap Silfya dengan bingung.

Silfya terdiam. Gadis itu mengatur nafasnya sejenak sebelum akhirnya berteriak, "GUE MAU DENGER PENJELASAN LO KENAPA LO BISA JADIAN SAMA TEMENNYA SI CURUT INI!" teriak Silfya sembari menunjuk ke arah Vano yang memandangnya dengan pandangan kaget.

"Apa lo bilang? Curut?" tanya Vano dengan wajah yang tiba-tiba saja memerah.

"Duh, elah. Ini anak kalo ketemu berantem terus," ujar Bimo sembari menggelengkan kepalanya dengan tangan yang memijat keningnya dengan pelan.

"Ify, jangan teriak-teriak dan berantem lagi," jeda Anggita. "Vano, udah jangan berantem lagi." ia melanjutkan sembari memandang Vano dengan pandangan lembutnya.

Vano yang diperlakukan seperti itu oleh Anggita bersemu merah. "Idih, Vano apa banget pake blushing gitu. Udah kayak cewek," ucap Bimo yang melihat wajah memerah Vano.

Reyhan yang mendapati hal tersebut hanya terkekeh pelan. Ia tahu jika Vano menyukai Anggita. Namun, pemuda itu hanya menyukai sebatas penggemar dari gadis cantik yang kini berdiri di sisinya. Vano sendiri yang mengakui hal tersebut saat mereka masuk ke kelas dua kemarin.

"Biarin sih," jawab Vano sembari membuang pandangannya dari Bimo.

"Jadi... jelasin ke kita berdua apa maksud dari kalian pacaran?" tanya Bimo setelah keadaan mulai membaik.

Anggita meringis. "Kalian tanya aja ke Reyhan, karena aku sendiri nggak tau maksudnya dia ngomong kita pacaran itu untuk apa."

"Emang dia nih yang punya rencana aneh," ucap Silfya sembari menatap Reyhan yang hanya terkekeh.

"Jadi, apa rencana lo?"

Reyhan menggedikkan bahunya. "Simpel, rencana gue cuman satu."

"Apa?" tanya keempat orang yang berada di hadapannya dengan nada penasaran mereka.

"Ngebuat Hazel sadar kalo dia udah mulai suka sama Anggita," jawbanya yang membuat Anggita langsung menolehkan kepalanya dan memandang Reyhan dengan tatapan tidak percayanya.

"Maksud kamu Hazel udah mulai suka sama aku?" tanya Anggita yang masih tidak mengerti dengan ucapan Reyhan.

Hazel suka sama aku? Itu nggak mungkin, batinnya tidak percaya. Anggita memang tidak akan mempercayai perkataan seseorang yang mengatakan jika Hazel menyukai dirinya. Kenapa? Sekarang, kalian lihat sendiri bagaimana sifat Hazel kepada Anggita. Pemuda itu begitu dingin kepada Anggita—bahkan tidak tersentuh sedikit pun oleh Anggita. Bagaimana Hazel bisa menyukai dirinya kalau gitu?

Reyhan tersenyum kecil. "Apa dari kalian nggak ada yang penah sadar kalo Hazel itu selalu mandang Anggita? Di saat kita nggak merhatiin dia, Hazel bakal ngeliatin Anggita terus menerus. Tanpa kalian sadari—bahkan Hazelnya sendiri—dia itu udah jatuh cinta sama Anggita. Cuman, dianya aja yang gengsi banget untuk ngakuin itu semua," jelas Reyhan yang membuat kening keempat orang itu mengerut.

CHANGED [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang