Chapter 15

13.1K 1.1K 89
                                    

[15] What A Feeling?

With no way out and a long way down
Everybody needs someone around
But I can't hold you, too close now
Through the wire, through the wire♫

     —What A Feeling by One Direction

Hazel membanting tubuhnya ke atas ranjang dengan kencang. Lengannya menutupi matanya dan helaan nafas pun terdengar berkali-kali keluar dari mulutnya. Hanya beberapa detik ia bertahan pada posisi itu sebelumnya Hazel duduk dan mengacak-ngacak rambutnya dengan asal. Pandangannya lurus, namun kilatan berbagai emosi berada di sana. Hazel tidak tahu apa yang sedang dirasakan oleh dirinya sekarang. Ia merasa ada yang aneh dengan dirinya. Hazel kembali mengingat tentang apa yang membuat dirinya menjadi seperti ini.

Flashback

Hazel berjalan masuk ke ruangan guru. Tadi, Bu Mirna—guru bahasanya menyuruhnya untuk datang ke kantor. Hazel tidak tahu ada urusan apa Bu Mirna memanggilnya. Ia hanya mematuhi permintaan gurunya dan di sinilah Hazel sekarang. Hazel mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan guru tersebut. Tapi, pandangannya justru terjatuh pada seorang gadis yang sedang berdiri membelakangi dirinya.

Hazel memang tidak melihat wajah gadis iu, tapi ia yakin dengan siapa gadis itu. Gadis itu adalah Anggita. Terlihat dari warna rambutnya yang berwarna cokelat terang dan juga potongan rambut baru gadis itu. Ragu, Hazel berjalan mendekat ke arah Anggita dan mendapati gadis itu sedang berbicara dengan Bu Mirna.

"Nah, itu Hazel." Tiba-tiba Bu Mirna menoleh ke belakang, membuat Anggita mau tidak mau ikut menoleh dan pandangan keduanya akhirnya bertemu.

"Bu," Hazel berjalan mendekat. "Ada apa manggil saya?" tanya Hazel ketika ia sudah berdiri tepat di hadapan Bu Mirna dan bersebalahan dengan Anggita.

Bu Mirna tersneyum. "Ibu cuman mau minta tolong sama kamu untuk temenin Anggita beli keperluan kelas. Karena ketua kelas dan wakilnya lagi nggak bisa, Anggita yang memang menjabat sebagai seorang sekertaris ibu mintain tolong untuk beli keperluan kelas. Nah, karena kamu juga masih belum ada kegiatan apa-apa di kelas, jadi ibu minta tolong sama kamu. Bisa 'kan, Zel?" jelas Bu Mirna sembari menatap Hazel dengan pandangan penuh tanya.

Hazel terdiam sekilas, ia melirik pada Anggita yang justru sedang sibuk dengan ponselnya sendiri. Sebelum akhirnya kembali memandang pada Bu Mirna.

"Iya, Bu. Saya bisa kok," jawabnya dengan senyuman tipis.

Bu Mirna tersenyum. "Ya udah, nanti tinggal kalian aja yang nentuin mau beli di mana. Ibu serahin semuanya ke kalian," ucap Bu Mirna.

"Iya, Bu," jawab Anggita dan Hazel berbarengan.

"Saya permisi dulu, Bu." Anggita menunduk sekilas, memberi hormat. Tanpa melirik pada Hazel yang masih berada di sebelahnya, gadis itu segera keluar dari ruang guru meninggalkan Hazel yang hanya bisa terdiam melihat kepergiannya.

"Abra..." panggilan lembut itu membuyarkan lamunan Hazel.

Hazel mendongak, mentap lembut pada Angel yang sedang menyembulkan kepalanya dari balik pintu kamarnya. "Aku boleh masuk?" tanya gadis itu takut-takut.

Hazel tersenyum. "Boleh, Sayang. Masuk aja sini," katanya sembari menepuk bagian ranjang yang kosong—tepat di sebelah tempat ia duduk.

Angel membuka pintu kamar Hazel lebih lebar dan masuk ke dalam kamar pemuda itu dengan tangan yang sedang memilin bajunya. Hazel mengangkat sebelah alis matanya, ia yang memang sudah lama menjadi kekasih Angel pun mentehaui gerak-gerik kekasihnya. Jika Angel berjalan mendekatinya dengan tangan yang memilin baju, maka gadis itu sedang menginginkan sesuatu.

CHANGED [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang