Chapter 16

14.2K 1.1K 111
                                    

a.n: berhubung gue baik sama kalian (aseekk) jadi gue kasih dua chapter lagi. tapiiii, setelah ini gue nggak akan update dulu sampai gue liat gimana feedbacknya, ya. ini gue kasih spesial buat kalian yang udah ngejar-ngejar dan semangat banget untuk baca cerita CHANGED yang baru. so, here we are!

***

[16] Hurts (Again)

♫ You know, I can't take one more time, towards you

Cause all that's waiting is regret

And don't you know I'm not your ghost anymore

I lost the love, I loved the most♫

      —Jar Of Heart by Christina Perri

Anggita mengistirahatkan dirinya pada kursi yang tersedia di dekat toko buku tempat di mana ia membeli seluruh kebutuhan kelasnya. Di sebelahnya, Hazel memperhatikan gadis itu yang terlihat begitu lelah. Hazel mengerti akan hal itu karena sedari tadi Anggita banyak memilih bahkan mengecek apa saja yang ingin gadis itu beli.

"Lo mau ke mana lagi abis ini?" tanya Hazel sembari mengambil posisi duduk tepat di samping gadis itu. Terlalu lama berdiri membuat kakinya terasa pegal dan sakit pada bagian tumit.

Anggita terdiam sejenak, matanya melirik pada jam yang melingkar di tangannya. "Udah jam 7. Makan malam dulu, baru pulang. Tapi, kayaknya kamu nggak akan bisa karena kamu orang yang sibuk. Aku sendiri aja. Kamu bisa pulang sekarang. Lagi pula, aku ada urusan lagi abis ini." Anggita mengatakannya tanpa menoleh pada Hazel yang sudah mengerutkan keningnya—terlihat tidak suka dengan yang Anggita katakan.

"Gue bahkan belum ngejawab kata-kata lo," ucap Hazel, nadanya sedikit kesal karena Anggita langsung mengatakan hal tersebut tanpa mendengar jawaban dari Hazel.

Anggita menggedikkan bahunya. "Kamu bahkan selalu bilang ke aku kalo kau nggak pernah punya waktu untuk ngomong sama orang nggak penting kayak aku," ucap Anggita yang membuat Hazel terdiam.

"Itu dulu, Anggita."

Anggita tersentak, mendongak memandang Hazel dengan tatapan tidak percayanya. Ia tidak tahu apakah pendengarannya yang salah atau Hazel memang memanggil namanya barusan. Gadis itu mengerjapkan matanya, beberapa kali untuk menyadarkan dirinya jika ia tidak sedang bermimpi. Sedangkan Hazel, ia hanya terdiam menunggu respon dari gadis yang berada di hadapannya.

Namun, akhirnya Anggita sadar jika ia sedang tidak bermimpi. "Apa bedanya dulu sama sekarang, Hazel?" tanya Anggita, tersenyum masam.

Hazel berdecak, tanpa mengatakan apapun, ia segera bangkit dari duduknya dan menyeret Anggita dengan cara menggenggam pergelangan tangan gadis itu. Anggita yang diseret seperti itu pun memberontak, mencoba untuk melepaskan genggaman tangan Hazel pada pergelangan tangannya. Tapi, Hazel tidak melepaskannya dan Anggita hanya bisa pasrah ketika Hazel menyeretnya dengan paksa.

"Duduk, diem aja di sini." Hazel menyentak Anggita dan meninggalkan gadis itu sendirian di tempat duduk. Anggita mendengus, memperhatikan sekitarnya dengan tatapan kesal. Hazel ternyata membawa dirinya ke salah satu tempat makan yang berada di dalam Mall itu.

"Aku mau pulang aja," kata Anggita setelah Hazel duduk tepat di hadpaannya.

Hazel mendelikkan matanya. "Nggak usah macem-macem!" katanya menyentak, membuat Anggita terdiam ketika mendengar sentakkan itu.

Anggita membuang pandangannya. Matanya memanas, sesuatu mendesak untuk keluar dari dalam matanya. Anggita tidak menyukai sikap Hazel yang selalu menyentak dirinya. Dulu, Anggita memang masih menerima ketika pemuda itu bersikap kasar kepadanya. Namun, sekarang, Anggita tidak lagi menerima perlakuan itu karena dirinya pun sudah tidak ingin mendengar perkataan kasar Hazel kepadanya lagi.

CHANGED [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang