Chapter 48

3.2K 298 31
                                    

[48] I Miss You

[][][][][]

Merindukan seseorang yang berada dekat dengan kita lebih sulit daripada merindukan seseorang yang berada jauh terpisah oleh jarak. Kenapa? Sebab, dia ada di hadapanmu, tapi kamu seperti tak mampu meraihnya untuk melepas rasa rindumu.

[][][][][]

Hazel tidak tahu apakah ini berkah untuknya, atau justru menjadi sebuah petaka. Hari ini sekolahnya dipulangkan dengan cepat karena ada rapat mendadak untuk para guru, dan otomatis sahabatnya itu pasti mengajak dirinya pergi ke suatu tempat untuk menghabiskan waktu—terlebih sekarang masih pukul dua belas siang.

Namun, bukan itu yang menjadi kekhawatiran Hazel. Sesuatu yang membuat dirinya gelisah adalah... sahabatnya mengajak Anggita juga Silfya untuk ikut bersama mereka. Hazel langsung berpikir; bagaimana jika nanti keadaan itu menjadi canggung karena hubungannya dengan Anggita belum membaik?

Udah tenang aja, walaupun kalian belum baikan, gue yakin Anggita nggak akan merusak suasana, ucapan Reyhan tiba-tiba saja kembali terngiang, membuat Hazel menghela nafasnya.

Ia tidak yakin.

Anggita masih berusaha penuh untuk menghindarinya, membuat Hazel menjadi lebih kaku jika kumpul bersama—di satu tempat yang sama.

"Zel, ngapain bengong? Ayuk, nggak mau ikut?" suara Vano terdengar, melambai pada Hazel yang masih duduk di bangkunya.

Hazel mengerjap, menatap polos, "Siapa yang bengong?"

Vano mendengus, "Makanya jangan liatin Anggita terus, jadinya gini, lemot." Vano mencibir, tidak mengindahkan tatapan tajam yang diberikan Hazel.

Reza yang masih duduk di samping Hazel terkekeh, "Kasian banget, sih lo kena ­bully mulu ama temen-temen lo," katanya.

"Emang brengsek," sahut Hazel kesal.

"Git, nanti lo satu mobil sama Hazel, ya. Silfya biar sama gue aja," ucap Vano sembari menaik-turunkan alisnya.

Hazel yang mendengar itu mendelik, ini pasti ulah sahabatnya biar dia bisa berduaan dengan Anggita. Ia senang, tapi sedikit takut karena pasti di dalam mobil nanti Anggita memilih untuk bungkam seribu bahasa, tak mau berbicara dengan Hazel.

Reyhan yang mendengar itu mengangguk, "Iya, soalnya nanti gue satu mobil sama Reza dan Bimo, jadi lo di mobilnya Hazel aja."

Anggita menatap tak setuju, "Emang kalian nggak bawa mobil sendiri-sendiri? Biasanya pada bawa mobil masing-masing. Kenapa aku harus sama Hazel?" tanyanya, melirik sinis pada Hazel yang masih terdiam di tempatnya.

Hazel mendesah dalam hati, tak kuat melihat sikap Anggita yang begitu sinis pada dirinya sekarang. Ia merindukan sikap lembut gadis itu.

"Ssstt... nggak boleh banyak protes, udah ayuk berangkat," ucap Reyhan sembari memberikan cengirannya. Pemuda itu berjalan lebih dulu keluar dari dalam kelas, bersamaan dengan yang lainnya.

Tinggal Hazel dan Anggita yang ada di dalam sana. Keduanya saling lirik, sebelum akhirnya Hazel bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Anggita yang masih berdiri di samping meja gadis itu.

"Ayuk," gumam Hazel. Ia ingin meraih tangan Anggita, tapi niatnya langsung sirna ketika melihat tatapan mata Anggita yang memperingati dirinya untuk tidak mendekat.

Lagi, Hazel mendesah dalam hati. Ya ampun, kenapa jadi gini sih, batinnya frustasi.

Anggita berjalan lebih dulu keluar kelas, di belakangnya Hazel hanya mengikuti dengan mata yang terus memandangi punggungnya.

CHANGED [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang