Chapter 28

14.5K 1K 58
                                    

[28] New Guy

Anggita mengernyitkan keningnya ketika mendapati seseorang sedang berdiri di depan pintu gerbang rumahnya dengan pakaian putih abu-abu. Semakin bingung ketika matanya melirik pada jam kecil yang melingkar di pergelangan tangannya; masih pukul 6 pagi. Penasaran dengan siapa orang tersebut, Anggita berjalan dengan perlahan menuju ke pintu gerbang rumahnya dan berdeham pelan.

"Maaf, kamu siapa?" tanyanya dengan nada bingung.

Pemuda itu menoleh dan memberikan cengirannya kepada Anggita. "Hai," sapanya dengan senyuman manis yang menghiasi wajah tampannya.

Mata Anggita seketika membulat, "Eja?!"

"Santai, Ang. Nggak usah teriak begitu juga kali." Reza terkekeh ketika melihat wajah memerah malu yang Anggita berikan.

"Kamu ngapain di sini?"

Reza mendengus. "Lo nggak mau nyuruh gue masuk dulu dan baru tanya-tanya ke gue kenapa gue ada di sini, gitu?" cerocosnya panjang lebar yang membuat Anggita dengan cepat membuka pintu gerbangnya dan mengizinkan pemuda itu untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Sori," ringis Anggita sembari berjalan menuju kursi kayu yang tersedia di depan rumahnya. "Duduk dulu. Kamu mau minum apa?"

"Eh, eh, eh," Reza meraih tangan Anggita serentak hingga gadis itu tidak jadi membalikkan tubuhnya. "Gue nggak kepengen minum. Yang gue kepengenin itu cuman satu, berangkat ke sekolah sekarang karena gue harus ngeliat keadaan di sana gimana," ucap Reza saat mendapati tatapan bingung dari Anggita.

"Maksud kamu?"

"Liat badge sekolah gue dimana," Reza menunjukkan lengan sebelah kanannya kepada Anggita. Gadis itu mengerutkan keningnya ketika membaca bedge tersebut.

"Kamu sekolah di sekolahku?!" pekik Anggita sembari menjauhkan tubuhnya dari Reza dan memandang pemuda itu dengan tatapan horror.

"Ni cewek kalem-kalem tapi nyelengking amat yak," gumam Reza sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan gadis itu. "Iya, gue sekolah di sekolahan lo karena gue 'kan harus nemenin lo untuk ngejalanin misi ini. Lo nggak mungkin nguntit itu anak sendirian, 'kan?"

Anggita terdiam sejenak sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya. "Iya sih."

"Ya udah sana, ambil tas lo dan lo berangkat bareng gue." Reza menggedikkan dagunya ke dalam rumah Anggita; memberikan kode kepada gadis itu untuk segera melakukan apa yang dikatakannya.

Membalikkan tubuhnya, Anggita berjalan menuju ruang tamu dan mengambil tasnya yang berada di atas sofa. "Kak Aga! Adek berangkat sama temen, ya!" setelah berteriak seperti itu, Anggita berjalan kembali keluar dari dalam rumahnya dan mengangguk samar pada Reza.

"Ayuk,"

Reza bangkit dari duduknya dan berjalan keluar rumah Anggita—menuju pada motor Ninja merah yang terparkir di sana. "Nih, pake helmnya." Ia menyodorkan sebuah helm berwarna hitam polos kepada Anggita yang langsung di raih dan dipakai oleh gadis itu.

Reza naik ke atas motor dan membantu Anggita yang duduk di belakangnya. "Pegangan, gue rada kenceng bawa motornya." Anggita menganggukkan kepalanya ketika mendengar intruksi itu. ia meraih tas milik Reza dan menggenggamnya erat.

Setelah merasa Anggita nyaman di belakang dan berpegangan, Reza mulai menjalankan motornya membelah jalanan Jakarta. Tanpa di sadari oleh keduanya, di belakang mereka ada seseorang yang memperhatikan mereka dengan tatapan tidak suka.

Sesampainya di Global High School, Anggita dan Reza turun dari motor di iringi tatapan ingin tahu dari anak-anak yang berada di sekitar mereka. Namun, keduanya tidak mempedulikan hal itu dan terus berjalan menuju kelas Anggita.

CHANGED [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang