Chapter 26

17.6K 1.1K 71
                                    

[26] Another Hurt

♫I'm so sick of that same old love

That shit it tears me up

I'm so sick of that sane old love

My body had enough♫

—Same Old Love by Selena Gomez

"Psstt, Anggita..." Silfya berbisik sembari menyenggol lengan Anggita pelan. Gadis itu melirik pada guru matematika yang sedang berdiri di depan kelas dengan tangan yang bergerak lincah menyatat sesuatu di papan tulis.

Anggita menoleh, "Kenapa?" tanyanya dengan wajah bingung.

Silfya terdiam sejenak sebelum akhirnya melirik ke samping—lebih tepat kearah Hazel yang sedang menatap lurus pada mereka. Anggita mengikuti lirikkan Silfya hingga akhirnya matanya bertemu dengan iris milik Hazel. Hanya beberapa saat sebelum akhirnya Anggita kembali membuang pandangannya dan melanjutkan mencatat penjelasan dari guru matematika tersebut.

"Lo nggak ngerespon apa-apa gitu?" tanya Silya yang benar-benar bingung dengan tingkah laku Anggita—sahabatnya ini sangat amat berubah drastis dari gadis polos yang lugu nan baik menjadi gadis dingin yang tidak mempedulikan apapun.

Silfya memang sudah mengetahui sedikit cerita mengenai perubahan drastis Anggita dari Reyhan saat gadis itu tercengang melihat Anggita memotong rambutnya hingga tandas. Namun, yang masih membuat dirinya bingung; sebegitu sakitkah Anggita sehingga ia memilih untuk berubah dan menutup hatinya serapat mungkin?

Silfya tahu jika Hazel memang menyakiti sahabatnya sedemikian rupa hingga pada akhirnya sahabatnya itu memilih untuk menyerah memperjuangkan pemuda yang sudah merebut hatinya sejak pertama kali mereka masuk ke sekolah ini. Tapi... Silfya masih tidak bisa menerima itu semua.

"Aku harus ngerespon apa?" pertanyaan itu membuyarkan lamunan Silfya. "Hal nggak penting kayak gitu harus aku respon?" Anggita tersenyum sinis. "Males banget," jawab gadis itu sengit.

Silfya hanya bisa termenung ketika mendengar jawaban sengit itu tercetus dari bibir sahabatnya. Ia tidak bisa membalas perkataan itu dan memilih untuk berdiam diri—membiarkan Anggita sibuk dengan tugasnya.

Di sisi lain, Angel hanya bisa terdiam ketika melihat Hazel yang sedaritadi tidak berhenti menatap intens pada Anggita. Ia ingin marah, mengatakan kepada Hazel untuk berhenti menatap gadis itu dengan tatapan intens yang—seharusnya—hanya Hazel berikan kepada dirinya. Namun sayang, Angel tidak lagi memiliki hubungan apapun kepada pemuda itu dan ia harus membiarkan rasa sakit ini melingkupi dirinya sendiri. Rasa cemburu ini, tidak sebanding dengan rasa bahagia yang akan Hazel dapatkan nanti ketika pemuda itu mendapatkan gadis yang sudah mulai memenuhi hatinya—menggantikan Angel dan mengusirnya dari hati Hazel.

"Baik, anak-anak. Saya ingin kalian menyelesaikan tugas di buku paket halaman 57 dan dikumpulkan hari jum'at nanti. Saya permisi." Bersamaan dengan itu bel, istirahat berbunyi dan guru matematika yang dipandang sebagai guru ganas di sekolah mereka pun keluar dari dalam kelas.

Anggita yang mendengar itu segera membereskan bukunya dan bangkit dari duduknya. "Kamu mau ikut ke kantin atau enggak?" tanyanya kepada Silfya yang masih membereskan buku-buku gadis itu.

Silfya menggumam tidak jelas sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya. "Oke, gue ikut. Sebentar,"

"Oke—"

"Ikut gue!" Hazel tiba-tiba saja menarik lengan Anggita dengan kencang. Gadis itu memberontak, mencoba untuk melepaskan genggaman tersebut dari lengannya.

CHANGED [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang