Chapter 34

3.5K 316 8
                                    

[34] Akward

Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi. Beberapa dari murid yang mendengar bel itu pun bersorak senang, sedangkan beberapa lainnya hanya diam dan tidak terlalu mempedulikan tanda bahwa sekolah sudah dibubarkan—maklum, beberapa dari mereka ada yang mengikuti organisasi di sekolah, membuat jam pulang sekolah mereka malah menjadi lebih padat dari murid lainnya.

Berbeda dengan Hazel yang justru mengernyitkan keningnya ketika mendengar bel tanda sekolah sudah selesai. Sedikit bingung dengan jantungnya yang tiba-tiba saja berdegup kencang ketika mengingat jadwal selanjutnya yang akan ia lakukan setelah pulang sekolah ini. Mata elangnya melirik pada Reyhan, Vano dan Bimo yang sedang asyik bersenda gurau, membicarakan apa saja yang akan mereka bawa ke tempat yang akan mereka tuju setelah ini.

"Fy! Si Anggita kue kesukaannya apa?" tanya Reyhan sembari menatap pada Silfya yang sedang membereskan barang-barangnya ke dalam tas.

Gadis itu menoleh, mengernyitkan keningnya—terlihat berpikir. "Strawberry cheese cake, udah itu doang kayaknya. Soalnya dia jarang mesen kue yang aneh-aneh selain itu," jelas Silfya yang langsung mendapatkan anggukan dari Reyhan.

"Kalo lo sukanya apa?" tanya Vano sembari memberikan senyuman lebar.

Silfya yang mendengar pertanyaan itu sekaligus mendapati wajah Vano yang terlihat menyebalkan bagi dirinya pun mendengus. "Gue? Gue mah sukanya menyiksa orang yang berusaha gangguin gue. Kayak lo," ketus Silfya yang langsung membuat Vano memasang wajah datarnya.

"Nggak romantis banget sih jadi cewek," gerutu Vano sembari bangkit dari duduknya.

"Gue nggak mau satu mobil sama dia nanti," lanjut Vano sebelum akhirnya meninggalkan kelas lebih dulu.

Silfya yang mendengar itu pun memekik keras. "Yeee! Siapa juga yang mau satu mobil sama lo!"

Reyhan yang melihat itu pun mendengus geli. "Jangan gitu, ntar lama-lama malah jadi saling jatuh cinta, lho," katanya menggoda.

"Ih! Nggak akan!"

"Udah, udah. Mending berangkat sekarang, yuk. Nanti keburu sore," ucap Bimo sembari bangkit dari duduknya. Ia melirik pada Hazel yang masih diam di tempatnya, pemuda itu terlihat bingung.

"Zel? Ayuk," ajak Bimo sembari menepuk bahu Hazel pelan.

Hazel yang mendengar itu pun mengangguk pelan. Setelah meraih tasnya, pemuda itu pun bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kelas berdampingan dengan Bimo yang kini sedang membicarakan tentang game.

"Semoga aja nanti temen lo nggak bikin Anggita makin drop deh," ucap Silfya tiba-tiba setelah Hazel dan Bimo sudah tidak lagi terlihat.

Reyhan yang mendengar itu pun tersenyum tipis. "Semoga aja, tapi gue nggak bisa meyakinkan kalo Hazel nggak buat sesuatu yang bikin Anggita naik darah lagi kayak waktu itu," katanya, menghela nafas diakhir kalimatnya.

Silfya yang mendengar itu pun menarik nafasnya dalam. "Gue cuman nggak mau Anggita lebih tersakiti dari yang dulu. Jujur aja, gue juga rada sebel karena Hazel dulu bersikap seenaknya sama sahabat gue," ucap Silfya menjelaskan kekhawatirannya.

Reyhan mengangguk untuk mengiyakan perkataan Silfya. "Sama, gue juga kasian sama Anggita yang dulu disakitin sama Hazel berkali-kali," katanya.

"Udahlah. Semoga aja dia nggak buat keributan. Ayuk berangkat sekarang," ucap Silfya sembari menyelempangkan tasnya di bahu kanannya. Gadis itu kemudian berjalan keluar—beriringan dengan Reyhan yang berjalan di belakangnya.

"Ih, lama banget sih," ucap Vano ketika melihat Silfya dan Reyhan yang baru saja sampai di tempat parkiran.

"Bawel lo," ketus Silfya yang langsung masuk ke dalam mobil milik Reyhan—tidak mempedulikan pandangan kesal yang diberikan oleh Vano.

CHANGED [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang