EPISODE KEENAM: KESEDIHAN SANG HANTU

918 66 2
                                    

"Onii-chan, kau kenapa?" Hikigaya menempelkan dahinya ke meja makan.

"Tidak apa-apa, hanya saja hari ini aku mengalami hal yang berat."

"Hal yang berat? Seperti apa?"

"Maaf, Hinata, tapi aku masih belum siap untuk menceritakannya." Hinata pun tertawa kecil. "Kenapa kau malah ketawa?"

"Habisnya, aku senang Onii-chan sekarang berubah."

Hikigaya mengangkat kepalanya, dan melihat ke arah Hinata. "Berubah?"

"Iya, biasanya Onii-chan selalu bicara singkat atau menjawab pertanyaanku singkat, suka murung tidak jelas, aura hitam Onii-chan pun sekarang terasa seperti tidak ada."

"Begitu, ya. Itu semua gara-gara teman-temanku." Hinata kembali terawa kecil. "Kenapa kau tertawa lagi?"

"Habis, biasanya Onii-chan tidak pernah menyebut "teman-temanku" bahkan kepada Yoichi-san atau Natsumi-san."

Wajah Hikigaya sedikit memerah, lalu dia mempalingkan wajahnya. "Be-Begitu, ya."

Di sebuah rumah kecil yang terlihat sudah tidak layak terpakai, seorang gadis kecil sedang duduk menikmati roti kemasan dengan wajah sedih. Bulan sabit sedang dia lihat di jendela kecil yang sudah rusak. Air mata menetes tanpa dia sadari, yang terus mengunyah roti itu.

Keesokan harinya, Suzumia dengan pakaian seragamnya, berjalan menuju ruangan kelasnya. Sesampainya di kelas, tidak seperti yang lain, kalau datang disambut oleh salah satu teman, Suzumia tidak disambut oleh salah satu murid di sana, dia hanya terus berjalan dengan wajah tersenyum tapi makna sedih. Dia sudah duduk, dan ada sebuah kertas di atas mejanya. Kertas itu bertuliskan, 'Sesuai janji! Jangan lupa!'. Tulisan itu ditulis dengan spidol berwarna merah. Suzumia membuka tasnya, dan terlihat ada setumpuk makanan-makanan kemasan yang cukup mahal.

Jam istirahat pun tiba. Suzumia duduk menundukkan kepala, lalu tiga wanita murid di sana menghampiri Suzumia.

"Mana?!" tanya salah satu gadis itu dengan nada mengejek.

Suzumia tidak menjawab dengan suara, melainkan dengan membuka tasnya dan mengeluarkan makanan-makanan kemasan itu. Mereka bertiga seperti serigala menemukan kelinci, mereka langsung mengambil semua makanan itu.

"Baiklah, minggu ini kau boleh berkunjung ke rumahku." Lalu mereka bertiga meninggalkan Suzumia.

Setelah itu, Suzumia berdiri dan berjalan menaiki tangga, menuju ruang klub. Sesampainya di depan pintu, dia berdiri di depan pintu beberapa saat untuk mengubah ekspresinya di wajahnya.

"Suzumia-san, kau baru datang?" Suzumia secara refleks berbalik ke arah suara yang ada di belakangnya itu, tapi wajahnya masih memperlihatkan kesedihan dan air mata. Ternyata itu adalah Hikigaya. "Kau kenapa, Suzumia-san? Apakah kau baru saja menangis?"

Suzumia mengusap air matanya. "Tidak, tidak apa-apa, Hikigaya-senpai. Sebaiknya kita masuk, sepertinya yang lain sudah menunggu."

"Kau benar. Oh iya, di mana bekalmu?" Suzumia kaget dan sedikit gemetar. "Kamu tidak apa-apa, Suzumia-san? Kau terlihat pucat?"

Lalu datang Manami, dia memegang dua kotak makanan. "Suzumia-chan, ini bekal yang kau minta." Suzumia dengan wajah kaget melihat ke arah Manami. "Kamu kenapa, Suzumia-chan?" Lalu tanpa bersuara, Suzumia berlari ke bawah. Manami tidak mengejarnya, dan malah memasang wajah marah kepada Hikigaya. "Kau... Kau apakan Suzumia-chan?!"

"Kenapa aku yang disalahkan? Oh iya, Manami. Kenapa bekal Suzumia-san ada padamu? Apakah kau mencurinya?"

"Tidak sopan! Mana mungkin aku mencuri! Aku membuatkan bekal sesuai dengan permintaannya!"

TIPIS BAYANGAN YANG BISA DIANDALKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang