SPESIAL EPISODE: BAGIAN KETIGA (PELAYAN PRIBADI KIRITO)

1K 50 6
                                    

Matahari musim panas mulai mengganas, menyinari seluruh kota. Kirito membuka kelopak matanya, dan keringat bercucuran membasahi kaos tidurnya. Dia berjalan menuju kamar kecil, membuka bajunya, memasukannya ke dalam mesin cuci. Dengan keadaan telanjang dada, Kirito berjalan menuju ruang makan. Sena sedang menyimpan sarapan di atas meja makan. Dia terlihat sangat menikmatinya, terlihat dari wajahnya yang tersenyum dan sekali-kali menyanyikan lagu.

"Selamat pagi, Sena."

"Oh, selamat pagi, Tu..." Dia menghentikan kalimatnya karena melihat tubuh Kirito yang telanjang dada. Pipinya seketika memerah. "Ke-Kenapa Tuan tidak menggunakan baju?"

"Tadi keringatku sangat banyak, sampai-sampai bajuku basah, jadi aku memasukannya ke dalam mesin cuci. Nanti, tolong cucikan, ya?"

"Baiklah, Tuan Kirito."

"Sena, kau baik-baik saja dengan pakaian maidmu di cuaca yang panas ini?"

"Tidak apa-apa, Tuan. Ini adalah pakaian yang harus digunakah oleh setiap maid."

"Aku tahu, tapi jangan paksakan diri. Sebaiknya kau ganti."

"Baiklah, kalau itu keinginan Tuan." Lalu dia pergi. Tak lama kemudian, setelah Kirito selesai sarapan. Sena datang dengan baju renangnya.

"Se-Se-Sena, kenapa kau malah pakai bikini?!"

"Memangnya salah?"

"Ti-Tidak juga... Hanya saja, apa tidak apa-apa kau berkeliaran dengan bikini?"

"Ti-Ti-Tidak apa-apa kalau Tuan Kirito yang melihat." Pipi mereka memerah.

"Baiklah, kalau kau tidak keberatan. Ngomong-ngomong, di mana Hinata dan Airia?"

"Mereka berdua sedang jalan-jalan, mereka berpesan kalau mereka akan terlambat pulangnya."

"Kenapa kau tidak ikut?"

"Karena aku harus menemani Tuan."

"Begitu, ya. Tapi, lain kali sebaiknya kau ikut. Sekali-kali kau harus bersenang-senang dengan yang lain dan berlibur dari pekerjaan menjadi maid pribadi. Aku baik-baik saja di sini sendiri."

"Te-Terima kasih."

"Baiklah, kalau begitu, sebaiknya sekarang kau istirahat dulu. Matamu kelihatannya lelah."

"Ti-Tidak usah, aku baik-baik saja."

"Baiklah kalau begitu, kalau kau tidak kuat, sebaiknya kau istirahat. Aku mau nonton TV dulu."

Tak terasa, hari sudah sore. Berjam-jam kecanggungan Kirito sudah terlewati. Sekarang mereka sudah menggunakan pakaian biasa.

"Ini tehnya, Tuan."

"Oh, terima kasih." Kirito masih menonton TV. Sena pun kembali ke dapur.

Kirito sangat menikmati acara kartun yang dia tonton sekarang. 'TRANGG' suara itu berasal dari dapur. Kirito langsung berlari ke dapur. Sesampainya di sana, dia melihat Sena sedang jongkok memungut pecahan piring.

"Ma-Maafkan aku, Tuan."

"Se-Sena, jarimu..."

"Ah, ini... Aku baik-baik saja, tidak per..." Kirito memegang lengan kanan yang jari telunjuknya terluka.

"Sebaiknya obati dulu lukanya. Ikut aku." Kirito membawa Sena ke ruang tamu, mengambil kotak P3K, dan mengobati luka Sena.

"Te-Terima kasih, Tuan. Maaf aku merepotkan."

"Tidak, kok. Kamu tidak merepotkan, untung saja hanya luka kecil. Aku akan memungut pe..." Langkah Kirito dihentikan oleh Sena.

"Tu-Tuan, apakah Tuan tidak keberatan menemaniku sebentar di sini?"

"Bo-Boleh saja." Kirito pun duduk di hadapannya. "Se-Sena, bagaimana rasanya? Apa masih sakit?"

"Sudah mendingan. Terima kasih."

"Sudahlah, jangan terlalu sering mengatakan "terima kasih"."

"Tapi, Tuan sudah repot-repot mengobati lukaku ini."

"A-Aku tidak kerepotan, kok. Lagipula wajar saja kan, bagaimana bisa aku diam sementara ada temanku yang terluka."

"Te-Teman? Jadi, tuan menganggapku teman tuan?"

"Tentu saja. Bukan hanya temanku saja, kau juga teman Hinata, Airia, Himari, Mayu, Laura-senpai, Rimi-senpai, Yoichi, dan Natsumi."

"Be-Begitu, ya. Aku senang."

"Kalau begitu, aku harus segera memungut pecahan-pecahan itu." Kirito berdiri, tiba-tiba tubuhnya tidak seimbang, dan jatuh ke Sena. Tapi untungnya, dia masih bisa menahan tubuhnya, kedua tangannya menahan tubuhnya dengan sofa. Wajah Sena dan Kirito berdekatan, kedua pipi mereka mulai memerah, mata mereka berkaca-kaca, dan keheningan yang romantis. Kirito perlahan mendekati bibirnya ke bibir Sena, begitu juga dengan Sena.

"Onii-chan, Sena-nee. Aku pulang!" Kirito langsung berdiri dan mempalingkan wajahnya, begitu juga dengan Sena.

"Oh, selamat datang, Hinata. Di mana Airia?"

"Airia-san sedang membuka sepatunya. Oh iya, Sena-nee. Ini pesanan Sena-nee." Dia berjalan mendekati Sena dengan sebuah pisau dapur yang terbungkus di tangannya.

"Te-Terima kasih."

"Oh iya, tadi kalau tidak salah, aku melihat kalian mau berci..."

"Tidak! Kami tidak berciuman!" bentak mereka.

################################################################

Ini adalah episode spesial yang terakhir, artinya cerita ini dinyatakan tamat/selesai. Saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada para pembaca yang sudah meluangkan waktu untuk membaca ceritaku ini, bahkan memberikan vote, atau memberikan komentar penyemangat. Saya juga mengucapkan maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan, tokoh yang sama, alur rada ngaco, typo, dan sebagainya. Sekali lagi aku ucapkan terima kasih.

Salam dariku, Alfa Tomo alias MAlfharizy :)

TIPIS BAYANGAN YANG BISA DIANDALKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang