Dilema

7.4K 118 5
                                    

*Gambar yang saya pasangkan di atas itu adalah suasana di kota ranjang, pertanyaan nya, mengapa sih harus pake gambar? saya jawab sih simple....saya ingin selalu buat cerita Andreas selalu hidup n pembaca terbawa suasana....., baiklah next ke part 3 nih, ok saya mulai sambung menyambung ceritanya,gak mau asal asalan...biar pas endingnya nanti...ok bro n sis?*

***

Butir-butir air keringat yang mengalir di kening serta pungung Andreas yang mengalir, rupanya tak menyurutkan semangatnya untuk mencari Nafkah sebagai pengganti penghasilan hari ini dan tiga hari kedepannya. Andreas tak ingin membuat ibunya kecewa jika pulang ke rumah tanpa membawa hasil dari usaha kerjanya pasar, walaupun pendidikan Andreas adalah tamatan SMA,Bukan berarti Andreas tak ingin melamar kerja ke tempat yang setara dengan lulusan pendidikan yang pernah ditempuhnya, hal itu sering kali Andreas lakukan, mulai dari melamar ke pabrik sampai ke toko-toko yang berada di daerah Cianjur, tapi semua dirasakan Andreas sia sia, segala bentuk penolakan selalu Andreas terima dari perusahaan pabrik atau toko yang pernah ia melamarnya, pernah sekali ia ditawari kerja di salah satu perusahaan di Sukabumi karena ajakan Ibnu teman sekolahnya dulu di SMA, tapi hal itu dirasakan berat sekali oleh Andreas, karena untuk masuk dan diterima bekerja disana harus menjalani beberapa prosedur salah satu diantaranya adalah harus menggunakan dana pelicin yang jumlahnya begitu sangat besar dan Andreas pun tak mampu untuk memenuhinya. Andreas sebenarnya memiliki Uwa dari Almarhum Bapaknya
di Cianjur (Uwa = sebutan sunda untuk kakak laki-laki/perempuan dari orang tua kita), namun hubungan persaudaraan diantara mereka tidak terlalu dekat, bahkan Uwa nya saja tak pernah mengunjungi ke rumah kontrakan Andreas, Mungkin mereka malu memiliki saudara ya miskin, tegasnya.

Begitu pula dengan Ibunya Andreas, ia tak pernah berkunjung ke tempat saudara kakak iparnya, entah ada permasalahan apa diantara mereka semenjak Bapaknya Andreas masih hidup, orangtua Andreas tak pernah menceritakannya.

Langkah Andreas kemudian terhenti sejenak di samping trotoar jalan raya, Andreas mengistirahtkan tubuhnya yang sejak sedari tadi kelelahan akibat berjalan yang begitu cukup jauh. Didudukan bokongnya diatas pundakan keramik depan toko cat yang sudah tak terawat dan kotor, dilingkarkannya kedua lutut dengan kedua tangannya Andreas sembari menatap lurus melihat kendaraan yang berjalan terus menerus tanpa henti. Andreas tak ingin terlarut dalam kesedihan terus menerus, apalagi harus menangisi nasibnya di tempat ramai seperti ini, cukup 10 menit untuk Andreas beristirahat, dilangkahkan nya kembali walau terik matahari semakin berada tepat di atas ubun-ubun kepalanya, sesekali ia melihat keatas hanya untuk memastikan kalo cuaca di hari Kamis ini tetap cerah sampai waktu sore nanti, walaupun dilihatnya dengan tatapan memelas, awan awan hitam mulai menyelimuti langit biru yang cerah,Andreas tak yakin kalo cuaca nya saat ini dapat bersahabat dengannya, benar saja, jatuhan air hujan kini mulai datang perlahan menyentuh kening Andres, diusapkannya dengan tangan kiri, kemudian dilihatnya air hujan di tangan kirinya.

Derasnya hujan yang datang dengan begitu cepat tanpa bisa Andreas cegah, membuatnya harus terus melakukan langkah seribunya untuk mrnghindari derasnya hujan serta mencari tempat berteduh untuk dirinya. orang- orang pengguna trotoarpun berlarian, sesekali Andreas melihat dua orang anak kecil sibuk dengan menawarkan jasa nya sebagai penyewa payung,Hal itu mengingatkan andreas sewaktu kecil bersama teman-teman sekampungnya dikala hujan datang,meminjam payung pada ibu lalu berlari ke jalan untuk mencari seorang pelanggan jasa payung, didepan sebuah toko elektronik lah kini Andreas mulai berteduh setelah berlari mencari tempat untuk menghindari derasnya hujan. Semua yang dikenakannya basah,bahkan bagian dalam yang berbentuk segita miliknya pun tak bisa menahan dari derasnya air hujan untuk tetap kering. Rasa haus yang dirasakanya tadi kini berubah menjadi rasa lapar, begitu pula dengan rasa laparnya seketika berubah menjadi rasa dingin yang menggigil, tubuhnya kaku, dinginnya air hujan seakan akan membuat Andreas menyerah untuk kembali ke pasar.

TERJEBAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang