Tabir Mimpi

5.8K 119 2
                                    

"Bapakkkkkk................" sahut Andreas dengan keras dan kencang di ikuti dengan gerak sebagian tubuhnya, terbangun dari mimpi bertemu dengan Bapaknya, sontak membuat kang Jordan pun ikut  terbangun dari tidurnya. Tubuh Andreas yang terbalut selimut dengan hangat serta kedua tangan Kang Jordan yang melingkar di tubuh Andreas seketika terlepas begitu cepat, keringat yang mengalir di kening,diusapnya  Andreas dengan telapak tangan kanannya.Seiring lantunan Adzan Shubuh berkumandang Andreas hanya melamun memikirkan tentang mimpinya itu, tak memperdulikan posisi tidur terakhirnya kang Jordan kepada Andreas.
"Kamu kenapa ndri?" tanya kang Jordan yang berbarengan mengangkat setengah tubuhnya dengan meletakan tangan kirinya di atas bahu Andreas.
Andreas yang terus saja memikirkan mimpinya itu, seakan-akan tak menghiraukan sebuah pertanyaan dari Kang Jordan, Andreas hanya menatap ruang kamar kang Jordan dengan tatapan matanya yang kosong, lampu kamar yang temaram serta suara detakan jam alarm yang berada di meja samping tempat tidur kang Jordan, membuat Andreas meloncat dari tempat tidur kang Jordan dengan cepat dan sigap mengambil sarung serta pecinya yang diletakannya di samping Andreas tidur. "Kita harus ke Masjid Kang,suara Adzan shubuh sudah terdengar." ucap Andreas kepada Kang jordan, dilihatnya kang jordan yang membaringkan tidurnya dengan cepat seakan tak perduli ajakannya Andreas.
"Saya shalat d rumah saja,udaranya dingin kalo harus keluar rumah pagi pagi buta begini" jawabnya dengan malas dengan kedua mata yang enggan di bukanya.
"Baiklah kang saya pamit,terima kasih buat tumpanganya saya menginap di rumah akang." Jawab Andreas dan bergegas pulang dari rumah kang Jordan dan akhirnya Andreas pun menuju Masjid.

"Ok Ndri sama-sama,makasih juga buat malam tadi yang begitu hangat hihihi" jawab kang Jordan sambil tertawa kecil yang membuat Andreas heran dengan ucapan kata kata malam yang hangat,"Apa maksudnya?" tanya Andreas dalam hati,dengan menaikan alis kirinya dan tertegun sikap membingungkan atas ucapannya Kang Jordan tadi.

***
selepas shalat shubuh nya,Andreas kini menuju rumah kontrakan nya, udara yang dingin menyeruak masuk kedalam rongga rongga tubuh Andreas,membuatnya melangkahkan kakinya dengan cepat,tak banyak kegiatan yang dilakukan tetangganya di pagi hari itu, disaat ia berjalan menyusuri gang gang sempit serta melewati kebun singkong yang batang dan daun daunnya mulai tumbuh meninggi,hanya warung warung penjual gorengan saja yang sudah membukakan warung kecil dagangannya, sesekali sang pemilik warung yang sedang membersihkan halaman kecilnya melihat Andreas dan tersenyum kepadanya.

lima belas menit Andreaspun sampai dirumahnya,
"tuk..tuk...tuk...Assalamualaikum bu" ucapku kepada ibu sambil menunggu pintu  dibuka kannya.
ibu kemudian membuka kan pintunya,dengan balutan kaos belel serta samping yang dikenakannya, hanya memandang wajah Andreas dengan heran dan sedikit rasa kepanikan.
"Semalam kamu menginap dimana Ndri? ibu cemas sekali kamu belum pulang selepas Isya kemarin" tanya ibu.
" semalam Andri menginap di rumah Kang Yadi Bu,beliau memintanya Andri untuk menemaninya karena Pak Darma dan isterinya menginap di rumah kak Rani kakanya Kang Yadi, kemarin selepas shalat isya kami mengobrol sampai larut malam, Andri hanya memastikannya saja perihal ajakannya untuk mengajak Andri kerja di Jakarta." jawab Andreas dengan lurus tanpa ucap terbata bata.

Andreas melihat ibunya lega atas penjelasan alasannya untuk menginap di rumah kang Jordan,walaupun ada raut wajah yang sedikit kurang mengikhlaskan Andreas untuk pergi ke Jakarta. " Oh begitu, yasudah sekarang kamu bantu Ibu antarkan dagangan ibu ke warung warung ya Ndri?". Ibu kemudian melangkahkan kakinya ke dapur setelah ucapan yang mengenakan kepada Andreas.

***
Sabtu pagi di Kota Cianjur.
Dalam kamar sebuah rumah kontrakan yang disewa Ibunya, ada rasa yang begitu berat setelah dipikirnya untuk berniat meninggalkan Ibu dan kedua adiknya pergi ke Jakarta, meninggalkan Ciranjang,Kota Cianjur tanah kelahiranku untuk mengadu Nasib di kota besar itu, rasa berat itu muncul seketika Andreas sedang berkemas pakaian kedalam tas ranselnya,dilihatnya ibu yang sekali melihat Andreas di balik tirai kain sebagai penutup kusen tua kamar andreas. "Aku harus bisa...ya aku harus yakin bisa melewati semua ini, aku ingin membuat keluargaku bahagia,tak ingin melihat ibu dan adik adikku hidup dalam kemiskinan terus menerus". Andreas menggumam dalam hati sambil terus mengemaskan pakaiannya serta barang barang yang sekiranya dibutuhkan untuk disana.

TERJEBAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang