Awal Kisah

13.9K 186 17
                                    

Ciranjang, 15 Agustus 2010

Matahari pagi menyinari tubuh Andres yang masuk lewat celah celah lubang jendela kamar rumah kontrakan yang ia sewa bersama Ibu dan kedua adik adiknya, bersama udara sejuk dan indahnya pagi di kota Cianjur membuat Andres bergegas untuk bangun dari busa tempat tidurnya dan bergegas untuk mandi di tempat pemandian umum,tak ada banyak kegiatan yang Andreas lakukan setiap pagi selain mengantarkan nasi uduk yang ibunya buat dan menitipkannya ke warung warung dekat rumah kontrakan mereka. Disana lah di rumah kontrakan kecil,kumuh serta lembab Andreas bersama ibu serta ke dua adik adiknya tinggal, Walaupun sempit dan tak layak huni, Andreas selalu bangga kepada ibunya yang tak pernah mengeluh akan pahitnya hidup yang mereka jalani,setelah sepeninggal Bapak Andreas yang telah menutup mata di usia masih terbilang muda karena penyakit diabetesnya. Untuk menambah penghasilan, Andreas sering membantu perekonomian keluarganya sebagai kuli panggul beras di pasar Ciranjang kota Cianjur, itu harus dan mau tidak mau ia lakukan melihat kedua adiknya masih bersekolah di bangku kelas 2 dan kelas 4 sekolah dasar. Beban Andreas sangatlah besar untuk menanggung semua kehidupan serta kebutuhan ekonomi keluarganya. Nasi Uduk yang ibunya titipkan terkadang tak terjual habis dan masih tersisa banyak, hal itu yang membuat ibu nya selalu kehabisan modal dan harus menghutangnya ke warung untuk mendapatkan beras dan bahan bahan lainnya untuk membuat nasi uduk tersebut.

Jakarta, 14 Mei 2015

" Namaku Andri Iskandar kini usia ku 24 tahun, lelaki sunda asal Ciranjang kota Cianjur Jawa Barat, Warna kulit putih badanku serta memiliki wajah dengan mata agak sipit di tumbuhi alis tebal serta hidung yang mancung seperti orang turki menjadi modal dan daya tarik tetanggaku di Ciranjang, jordan (yadi yordandi nama aslinya) mengiming-imingi aku untuk mengajak bekerja mejadi salah satu karyawan pabrik di salah satu kota Jakarta, saat lulus SMA dulu aku tak punya harapan banyak untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan, rasanya itu mimpi bagiku, 2 bulan ketika aku lulus SMA aku harus di hadapkan dengan keadaan sulit saat Bapak tidak mampu lagi untuk bekerja, walupun hanya sebagai sopir angkutan umum di kota cianjur, sakit diabetes yang bapak alami semakin parah keadaanya, karena faktor ekonomi kami yang pas-pas an tak mampu merawat Bapak di rumah sakit, 6 bulan kedepan keadaaan Bapak semakin parah dan akhirnya Bapak menghembuskan nafas terakhirnya.

Andreas Acira sekarang namaku, Nama yang ku ganti setelah aku tinggal dan Menetap di Jakarta. Ku ambil nama belakang ku Acira mempuyai makna akronim kata asli ciranjang (Acira, dibaca Asira), kehidupanku kini tak sepahit dulu, kehidupan yang serba glamour dan mewah saat ini membuat aku puas atas kepahitan hidupku dulu.

*****
Kira-kira 6 tahun yang lalu, saat Andreas pulang sore hari dari pasar sehabis bekerja sebagai kuli panggul beras, dia melihat seorang laki laki keren berkacamata hitam berkaoskan ketat bak membentuk postur tubuhnya yang atletis, turun dari taxi dan berjalan menuju pintu pagar bercat hitam yang tak lain disamping rumah mewah serta berpagarkan cat hitam berhimpitan dengan Gang kecil rumah Andres yang bernamakan Gg. sempit, ya sesuai dengan namanya,keadaannya jalan gang tersebut hanya cukup di lalui satu motor saja. Ketika Andreas mulai memasuki gang rumahnya, laki-laki itu memanggil nama Andreas dengan nada halus "andri......."

Andreas membalasnya dengan senyuman dan terheran siapakah lelaki keren itu yang memanggilnya, dibukakan nya kaca mata hitam yang melekat diwajahnya dan disimpankannya dalam celah kerah kaosnya.

"Kang Yadi.....,,apa saya tidak salah lihat kang.....wah akang sekarang sudah berubah banyak ya...sudah seperti artis sekarang.."

tanya Andreas dengan kaget sambil melangkahkan kakinya dan menghampiri lelaki itu, menyalaminnya dan mengulurkan tangan kanannya untuk berjabatan.

" ya...ya...ya ini aku, Kakak kelasmu dulu waktu di SD...wah kamu sekarang pun banyak sekali perubahan fisik ndri...ganteng pula,,,oia aku turut berduka cita atas meninggalnya Bapak mu ya ndri.....yang sabar...km harus kuat.." jawabnya dengan nada sedikit keras serta tawaan kecil kemudian nada suaranya menjadi pelan.

" iya kang makasih...oia kang saya pulang dulu...kasian ibu sudah menunggu saya di rumah..."

jawabku pamit ke lelaki itu dan segera melangkah kan kaki ku berjalan ke gang rumahku.

Dengan kaos yang basah akibat keringat serta celana pendek kumal serta sepasang sandal jepit yang menempel di tubuh Andreas, Membuat jordan merasa iba melihat keadaan Andres, dipandangi Andreas dari tatapannya yang berjalan menuju rumahnya, pandangan jordanpun berakhir ketika Andreas berbelok arah ke kiri dan tubuhnya yang berjalan sudah tidak nampak lagi.

Pukul 17.30 wib, Andreas tiba di rumah kontrakannya, di teras yang berlantaikan tanah kedua adiknya sedang asik menyantap nasi sambil memberikan sedikit nasinya ke ayam yang ada di depannya dan ayam mematukan nasi nasi tersebut dengan berebutan. Kedua adiknya senang sekali melihat Andreas pulang dengan menjinjing sekantong gorengan yang di belinya di pasar tadi sepulang kerja untuk hidangan makan mereka bersama ibu dan adik adiknya sebagai pengganti lauk. Andreas masuk kedalam rumahnya dan ia melihat Ibunya sedang merapihkan piring piring plastik yang habis ibunya cuci.

"Asaalamu'alaikum bu...andri baru pulang bu..maaf terlalu sore karena tadi toko beras Pak Haji banyak sekali pembelinya...dan Alhamdulilah hari inipun Andri mendapatkan rezeki yang lumayan bu...." Ucapku dengan meyakinkan ibu agar tidak khawatir kepadaku

Ibu yang ku lihat tersenyum manis tiba tiba meneteskan air matanya yang hadir di ujung pelupuk mata ibu, dan ibu dengan cepat memeluk tubuhku dengan isak tangis yang tak bisa di bendungnya.

"maafin ibu nak...tidak seharusnya kamu harus menanggung beban hidup ibu dan kedua adik adikmu...bebanmu terlalu berat untuk merasakan pahitnya hidup kita di usiamu yang masih muda nak....."

ucap ibu dengan nada seguk menahan tangis serta sesekali ku lihat ibu menghapus air matanya dengan kedua tangannya

"Andri gak apa-apa bu..andri ikhlas bantu ibu...." jawabku dengan nada ceria agar ibu tidak terlarut dalam kesedihan.

Andres selalu menyembunyikan kesedihannya dalam hati bahkan sering kali ia merasakan tubuhnya pegal pegal dan sakit seusai bekerja dipasar, Andreas tak mau memperlihatkan keluhannya kepada ibunya. hanya bisa merasakan sendiri rasa sakitnya dan sering ia membaringkan tubuhnya untuk menghilangkan rasa sakitnya itu.

Setelah meyakinkan Ibunya untuk tidak terlarut dalam kesedihan, Andreas segera mengambil handuk dan perlengkapan mandi dan segera melangkahkan kakinya ke tempat pemandian umum yang tak jauh dari rumahnya.

Sikap rajin dan sabarnya Andreas membuat sosok wanita cantik bernama Eva Rahayu kagum kepadanya, Begitu juga Andreas yang begitu tertarik dengan Eva yang pintar dalam pelajaran sekolah serta rajin ibadah serta mengajinya. Andreas dan Eva dahulu memang satu sekolah di Madrasah Aliyah Negeri di Ciranjang. Eva yang berasal dari orangtua sebagai bos besar penjual beras di cianjur, tak menyurutkan perasaannya kepada Andreas yang hanya berorangtuakan sopir angkot pada waktu itu, Orang tua Evapun tak mempermasalahkan Andreas sebagai kekasih putrinya yang di kasihinya sejak lulus SMA dulu,dengan keadaanya sekarang sebagai kuli panggul beras di tokonya.

ya...Eva memang menawarkan kerjaan terhadap andreas sebagai penjaga toko beras di toko milik orang tuanya, Namun sayang, sepupu laki lakinya Eva sudah mendahului sehari sebelum Andreas. Andreas kemudian meminta kepada orangtua eva mau menerimanya sebagai pekerja kuli panggul beras yang berupahkan 15.000/hari, dan orangtua Eva pun menyutujuinya walaupun iba dan berat kepada Andreas yang begitu masih muda untuk bekerja seberat itu.

Bersambung.....

TERJEBAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang