4. Fano

224 31 6
                                    

Hmm.. kakak aku kok belum jemput ya. Ariana sedang menunggu kakaknya di taman sekolah.

"Ariana belum pulang?" Bani memberhentikan motornya.

Hah, peduli apa dia padaku. Basa-basi receh yang sangat tak penting. "Belum kak" dengan raut wajah judes, Ariana menjawab.

"Gua duluan ya"

Ih, apaan coba cuma nanya kayak gitu doang. Danta dasar tuh cowok.

Bani itu kalau pulang dan pergi sekolah selalu sama temannya. Selama aku pacaran sama kakak kelas yang satu itu, aku ga pernah pulang atau pergi bareng ke sekolah. Ga seru banget ya. Bani sudah seperti cute couple aja, pulang pergi sama cowok itu terus. Wkwk

Ariana masih duduk di taman.
"Hai Ariana. Kok belum pulang?"

"Lagi nunggu kakak gua jemput zi"

"Yaudah gua temenin nungguin deh"

"Lu ga pulang?"

"Nanti. Gua lagi nugguin Rayya rapat osis"

"Ehh anjirr, kakak gua ga bisa jemput, kejebak macet. OMG udah nunggu lama, taunya yang ditunggu malah tak bisa datang"

"Menggambarkan hati lu saat ini ya, Ri" Lizi terkekeh.

"Kampret lu Zi"

"Sekarang lu gimana pulangnya?"

"Hmm, ga tau"

Tiba-tiba ada seseorang yang memberhentikan motornya di depan Ariana dan Lizi, "Ariana ayo pulang"

"Ehh kayaknya gua harus balik deh ke Rayya. Bye Ariana, bye Fano"

Lizi pergi meninggalkan Ariana dan Fano. "Ayo pulang mau ngapain disini? Mau main dulu?" Fano tersenyum,

"Eh, engga"

"Yaudah ayo cepet naik, kita pulang"

"Eh gapapa ini? Cewek lu ga marahkan, gua pulang bareng lu? Haha"

"Cewek yang mana? Pacar? Sejak kapan gua punya pacar?" Fano tertawa pelan,

"Yakali aja"

Baru saja Ariana naik ke motor. "Ehhh, stop" Deon menghampiri Ariana dan Fano, "Ariana turun! Lu pulang sama gua" Deon menarik tangan Ariana,

"Jangan maksa gitu lu, biarin Ariana mau pulang sama gua" Fano menatap sinis Deon, ia sangat kesal dengan Deon. Deon itu selalu menghalanginya disaat Fano ingin bersama Ariana, padahal Fano dan Ariana sudah terlebih dahulu bersahabat sejak SD. Deon hanya orang baru yang bersahabat dengan Ariana sejak SMP. Seakan Ariana hanya milik Deon seorang, Deon selalu menghalangi cowok yang dekat dengan Ariana.

"Ehh lo ya! Ariana berangkat bareng gua, dan pulang harus bareng gua juga. Udah sana lo pulang duluan" Deon menepuk keras punggung Fano,

"Kak Deon ih! Fano maafin kak Deon ya"

"Iya ga apa-apa Ariana. Bye"

Deon membawa ku ke parkiran. "Jangan kasar-kasar banget jadi cowok. Pantesan aja cewek-cewek pada takut sama lu, dan sampai sekarang lu ga laku!"

Deon memberhentikan langkahnya.

Mati aku. Dia pasti marah nih.

Deon menatap wajah ku sangat dekat, hanya tersisa beberapa cm saja. Aku menutup wajah ku dengan tanganku. "Heh. Kata siapa gua ga laku?"

"Buktinya lu ga punya pacar sampai sekarang, berarti emang lu ga laku kan?"

"Cogan ma bebas. Punya pacar atau engga banyak cewek yang deketin. Kodratnya cowok itu nyatain cinta, jadi gua bisa kapan aja ngungkapin cinta ke cewek. Tapi sayangnya gua belum menemukan cewek yang tepat. Lah kalau lu cewek, harus sabar nunggu ada cowok yang nyatain cinta, hah! Tapi siapa cowok yang deketin lu? Ga ada" Deon terkekeh,

"Lahh ini lu deketin gua" Ariana menjauhkan Deon dari hadapannya,

"Weitss. Refleks, lagian tadi lu mancing emosi gua" Deon melanjutkan langkahnya,

"Refleks-refleks, bilang aja modus"

"Modus sama sahabat sendiri gapapa kali"

Kemudian Deon berhenti di depan mobil berwarna putih. Yang tak lain adalah mobilnya.

"Loh kok lu bawa mobil kak, tadi kan bawa motor?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Loh kok lu bawa mobil kak, tadi kan bawa motor?"

"Kan gua udah bilang, cogan ma bebas. Apapun bisa dilakukan. Udah masuk mobil sana, gausah banyak tanya"

"Eh kampret, ga bisa ngomong yang halus sedikit sama cewek?"

"Iya iya Ariana maaf"

Di perjalanan. Aku dan Deon hanya terdiam.

Fano. Dia itu baik, teman satu sekolah dari SD sampai SMA, teman sekelas juga waktu SD. Fano itu selalu berpakaian rapih saat berangkat dan pulang sekolah. Beda banget sama kak Deon, berangkat rapih, pulang sekolah baju dikeluarin, dasi dilepas.
Aku jadi ga enak hati tadi sama Fano. Gara-gara ni bocah satu.

Deon memberhentikan mobilnya di depan restoran seafood. "Kenapa berhenti disini kak, kan gua mau pulang. Ihh"

"Gua laper mau makan dulu. Dan mau ga mau lu harus temenin gua makan siang disini"

"Pemaksaan ini namanya" Ini anak kenapa coba. Kadang baik banget, kadang jutek, kurang obat apa ya.

"Biarin!" Saat Deon baru saja membuka pintu mobil.

"Kak.."

Deon kembali duduk, "Apa Na?"

"Lu jangan galak-galak dong sama Fano, kasian tau ih"

"Emang tadi gua galak? Engga ah biasa aja, lu aja kali yang lebay khawatir banget sama Fano. Suka lu ya sama dia, haha"

"Ihh engga"

Deon memilih tempat di sudut restoran, dekat dengan kolam ikan.
"Lu harus makan juga, apa yang gua pesen lu harus makan"

"Sumpah ya. Lu itu baik, tapi cara ngomong lu itu ga baik. Kayak orang ngajak ribut"

Deon tertawa dan mencubit pipiku.
"Iihh Ariana, gemay deh liat wajah kamu yang imut-imut kek gitu. Terus gua harus gimana, gua emang udah biasa begini."

Ariana memalingkan wajahnya, tak kuasa dia melihat senyum manis di wajah sahabatnya itu.

Same Old LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang