12. Ciway marah

60 11 3
                                    

Ariana duduk di taman menunggu Deon. Kemudian Ariana memutar lagu favorite nya 🎵Same Old Love🎵. Tiba-tiba saja, seseorang duduk di sebelahnya.

"Heh. Lo pikir, lo itu siapa berani-beraninya deketin cowok gua!" Dengan ketusnya orang itu berbicara,

Ariana menoleh ke orang tersebut, ternyata sosok yang berada di sebelahnya itu adalah Deisvil, salah satu cewek famous di sekolahnya. Cewek yang fotonya selalu terpampang nyata di magazine sekolah. "Cowok lu? Siapa cowok lu?"

"Jangan pura-pura ga tau. Dasar tukang tikung!" Deisvil berdiri di depan Ariana, "Kemarin lo pulang bareng kan sama Alex? Pasti lo yang minta dianterin pulang kan? Ga usah kegenitan!"

Oh jadi dia salah satu ciway nya Alex juga. Nama sama tampangnya sudah cocok sekali, Deisvil = Devil. Haha.
Ciway itu, sebutan untuk anak-anak cewek di sekolah yang suka kegenitan sama cogan, dan sebutan untuk ceweknya Alex juga. Ciwaynya Alex itu banyak, tau sendiri lah namanya juga "The king of Playboy"

 Ciwaynya Alex itu banyak, tau sendiri lah namanya juga "The king of Playboy"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Alex & Deisvil -


Ariana juga ikut berdiri, dia menaikkan sebelah alisnya, dan tersenyum sinis. Ariana terpaksa mengeluarkan jurus ini, karena dirinya sudah disinggung yang tidak benar oleh orang lain. "Asal lu tau ya, cowok lu yang ngajak gua pulang bareng, dan seharusnya, lu yang jangan kegenetian jadi cewek!" Ariana menatap tajam mata Deisvil.

"Heh. Lo itu ya bener-bener deh!" Deisvil mendorong Ariana, dan baru saja Deisvil ingin menjambak rambut indahnya Ariana.

Richard yang melihat kejadian itu, baru saja ia ingin menghampiri mereka dan melerainya karena tidak boleh siswa/siswi bertengkar. Tapi niatnya diurungkan, karena ia melihat Deon yang tiba-tiba saja datang dengan wajah yang geram.

Tiba-tiba saja kerah baju Deisvil ditarik sangat kuat. "Heh lo itu siapa berani-beraninya ngomelin Ariana. Lo macem-macem sama Ariana, berarti lo berurusan sama gua, dan inget! Jangan pernah sentuh rambut Ariana dengan tangan lo!" Deon membentak Deisvil.

Wajah Deisvil sudah ketakutan, matanya berkaca-kaca. Deon sebelumnya, sama sekali tidak pernah membentak cewek seperti ini. Bisa dibilang ini sudah berlebihan. Deon paling sering membentak sesama cowok.

"Cewek lu itu udah ngerebut cowok gua, dan gua ga terima!"

Deon mentap tajam Deisvil. "Heh lo denger ya. Ada juga cowok lu itu udah kegenitan sama Ariana!"

Deisvil membenarkan kerah bajunya, "Awas lo ya!" Deisvil menunjuk ke arah Ariana dan ia pergi begitu saja dengan wajah geram.

Deon mengusap wajahnya, dan mengambil nafas panjang kemudian dihembuskan. Deon menatap Ariana, kemudian dia duduk. "Udah gua bilang, kan? Jangan deket-deket Alex. Lu itu nanti mau jadi cewek keberapanya Alex coba?"

"Kak sorry ya, tapi gua kan ga deket-deket sama dia" Ariana duduk disebelah Deon

"Gua jadi khawatir sama lu, gimana gua bisa tenang ninggalin lu"

Ariana menatap Deon. "Hah. Ninggalin? Maksudnya?"

"Gua mau jelasin, tapi ga disini" Deon menggandeng tangan Ariana, jalan menuju parkiran.

Di perjalanan, Ariana dan Deon sama-sama terdiam. Tidak ada yang berniat untuk membuka pembicaraan. Ariana dan Deon masing-masing sedang berfikir keras.

Ariana menyenderkan kepalanya ke jendela mobil, sambil menatap jalanan. "Gimana gua bisa tenang ninggalin lu?" Ih apasi maksudnya, ga ngerti sama sekali. Dia mau jelasin dimana si, cepet-cepet sampe kek.

Tiba-tiba, Dukkk! Mobilnya berhenti mendadak. "Adohhh, kak Deon!" Ariana mengusap-usap jidatnya,

"Udah sampe, turun" Deon memberhentikan mobilnya di taman kota

"Tapi bisa ga sih, gausah berhenti mendadak gitu, sakit tau!"

Deon tersenyum, "Sorry, gua terpaksa melakukannya. Karena, dari tadi gua ngeliat lu ngelamun terus"

Ariana dan Deon duduk di area taman bunga. "Kenapa mesti disini sih jelasinnya"

"Gua lagi pusing banget sekarang, mumet nih kepala. Gua pilih di taman kota, karena gua suka banget sama harumnya bunga, bikin fikiran gua jadi tenang, dan pusing pun hilang" Deon tersenyum

Ariana membalas senyum Deon, "Yaudah jelasin sekarang"

"Gua mau nerusin study ke London"

"Hah? Jadi lu pindah sekolah kesana? Kapan? Kenapa harus jauh banget gitu sih?" Wajah Ariana cemas. Ya tentu saja cemas, dia pasti akan jarang sekali bertemu dengan Deon.

Deon tertawa melihat ekspresi wajah Ariana. Deon memang paling tidak bisa serius. "Biasa aja dong muka lu. Jangan serius-serius amat"

"Ihhh kak, lu bohongan ya" Ariana menampilkan wajah ngambeknya,

"Siapa yang bohong sii, beneran ini"

"Kapan?"

"Nanti pas semester 2"

"Beberapa bulan lagi dong, ihhh. Gua ga mau ditinggalin sama lu kak, siapa yang nemenin gua disaat gua nangis. Siapa yang ngelindungin dan ngebela gua" Air mata Ariana tiba-tiba menetes

Deon merangkul Ariana, "Ih sayang, jangan nangis dong. Ga usah takut kalau ada yang jahat sama lu, ya lu balas aja,"

"Iya tapi kenapa mesti di London? Emang sekolah yang disini kenapa?"

"Orang tua yang nyuruh, bokap pingin gua nanti nerusin usahanya. Sekolahan yang di London itu khusus banget buat calon-calon pengusaha. Gua mau minta izin sama lu, boleh ga?"

Ariana terdiam, "Dengan berat hati gua sebenarnya ga rela lu pindah ke London. Soalnya London jauh banget, kalau gua mau main kesana dana yang gua keluarin harus banyak"

Deon menjitak jidat Ariana, "Ih dasar bocah"

"Ya, lu boleh ke London. Gua juga bukan siapa-siapa lu, gua ga berhak untuk ngelarang-larang lu"

Deon tersenyum, "Lu kan sahabat terbaik gua"

Ariana menatap sendu Deon. Sahabat? Dia bilang cuma sahabat. Oke aku ga boleh terlalu berharap. Mungkin cintaku ini tak akan pernah terbalaskan oleh cintanya. Aku dan dia hanya dipertemukan untuk menjadi sahabat. Air mata Ariana mulai menetes.

"Loh Ri, lu kenapa? Jangan nangis" Deon mengusap air mata Ariana dan memeluknya. Maafin gua Ri.

"Ga, gua ga kenapa-napa" Ariana berusaha tersenyum menutupi rasa sedihnya.

Same Old LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang