"Dibilang awas! Minggir sana! Oh, lu cewek bego yang nabrak gua dideket lapangan tadi, ya?"
"A-a-anu.. aku.."
"Apa? Mau ngapain? Cepetan!"
"Aku.."
"Udah minggir sana, pulang. Jangan ganggu gua lagi." Potong Richie kemudian berlalu meninggalkan Anita.
"Lo anak baru yang tadi, ya? Maaf, ya, Richie emang gitu orangnya. Mending jangan deket-deket, deh, sama dia. Oh, iya, kenalin gua Fadil, dikelas gua duduk dibelakang lu, lho." Ucap Fadil yang tadi berjalan berdampingan dengan Richie pada Anita.
"Gitu, ya? Hmm, gua Anita. Yaudah kalau gitu gua pulang duluan, ya." Balas Anita pada Fadil.
"Oke, deh. Inget, ya, jangan deket-deket Richie." Ucap Fadil pada Anita yang telah berlalu meninggalkannya.
Anita yang telah berlalu menoleh kemudian tersenyum sambil melambaikan tangannya pada Fadil.
~~~~~~
Cuaca siang hari ini tidak bersahabat, awan gelap menyelimuti langit yang semestinya biru cerah. Rintik-rintik hujan mulai turun, perlahan kemudian bertambah deras.
Anita yang tengah berjalan menyusuri trotoar menuju ke halte bus sontak berlari mencari tempat berteduh. Akhirnya ia berteduh didepan sebuah toko yang telah tutup. Tak lama kemudian, seorang laki-laki dengan seragam SMA berlari tergesa-gesa menuju toko tersebut dan ikut berteduh disana. Anita terkejut, laki-laki yang seragamnya sudah setengah basah itu ternyata Richie. Jantungnya berdebar-debar, ia segera menyembunyikan wajahnya kesamping, ia teringat akan pesan Fadil tadi. Richie tak boleh melihatnya.Richie tak begitu menghiraukan wanita disebelahnya. Sudah kurang lebih setengah jam mereka disana dan Richie sedari tadi hanya membaca buku komiknya sambil menyandarkan punggungnya disalah satu sisi tembok toko.
Hingga pukul 5.30 sore, Richie telah menghabiskan semua buku komik yang ia bawa namun hujan tak kunjung reda. Anita mulai gelisah, ia takut sekali Richie akan melihatnya.
Richie menoleh dan akhirnya mengenali Anita yang memasang wajah panik. "Lu lagi. Pulang sana, udah mau maghrib."
"Lu ngomong sama gue?" Anita terkejut bukan main, ia masih takut pada Richie karena kejadian disekolah tadi. "Yaudah gua pulang."
Anita yang panik segera berlari meninggalkan Richie tanpa meperhatikan jalan, akhirnya ia tersandung trotoar dan terjatuh.
"Awas!" Richie yang melihatnya segera berlari menghampiri Anita dan membantunya bangkit tanpa mempedulikan hujan yang masih deras.
Anita terpaku melihat Richie membantunya berdiri, melihat wajah Richie sedekat ini membuat detak jantungnya tak terkendali. Karena posisinya yang menunduk, Rambut Richie yang basah terkena air hujan menutupi alis Richie yang tebal. Bulir-bulir air hujan mengalir melalui setiap lekukan wajah Richie, kelopak matanya, hidungnya, bibirnya, Anita dapat melihatnya dengan jelas.
Richie membopong Anita kedepan toko tempat mereka berteduh tadi dan mendudukannya dilantai semen yang basah terkena percikan air. "Lu ngapain, sih? Kalo apa-apa tuh liat-liat." Ucap Richie pada Anita yang masih terpaku. "Liat, kaki lu luka."
"Aduhh," Anita meringis kesakitan saat ia tak sengaja menyentuh lututnya yang terluka.
Matahari mulai tenggelam, hujanpun akhirnya reda.
"Sekarang gimana, coba? Lu mau pulang gimana?" Tanya Richie pada Anita dengan wajah geram.
"Kenapa lu nolong gua? Baju lu jadi basah." Ucap Anita takut-takut.
Richie tak menghiraukan ucapan Anita, ia malah berjongkok didepan Anita dengan satu lututnya menyentuh lantai. "Cepet naik, gua anter sampe halte."
Anita kebingungan. "Naik kepunggung? Gak usah, lu pulang aja."
"Diem! Udah cepet naik aja! Emang kuat kalo jalan sendiri?"
Anita akhirnya naik kepunggung Richie, meski takut ia berusaha memberanikan diri.
~~~~~~
Ditrotoar yang sepi Richie berjalan sambil membawa Anita dipunggungnya. Degup jantung Anita semakin tak terkendali, saat ini ia hanya bisa berdoa, semoga saja Richie tak merasakan detak jantungnya.
Gerimis kembali turun, Richie akhirnya membawa Anita kesebuah warung kecil dipinggir jalan, kemudian mendudukkan Anita sebuah kursi disana. Entah apa yang ia ingin lakukan, jika berteduhpun tak ada gunanya, baju mereka berdua memang telah basah kuyup sejak Anita terjatuh tadi.
Richie mengeluarkan sebuah sweater berwarna abu-abu dari ranselnya. "Cepet pake." Ucapnya dengan nada dingin.
Anita terpaku memandang Richie, degup jantungnya masih tak terkendali, bahkan semakin menjadi-jadi.
"Ini ambil cepet, baju lu basah." Ucap Richie sambil menyodorkan sweaternya.
Anita akhirnya memakai sweater tersebut. Kemudian, Richie kembali membawa Anita diatas punggungnya, menembus dinginnya malam dibawah rintikan gerimis.
~~~~~~
"Udah, sana naik." Ucap Richie setelah menurunkan Anita disebuah halte bus.
Anita terpaku sesaat, kemudian ia segera berbalik dan berusaha menaiki bus dengan susah payah sambil sesekali meringis.
"Ish, ngerepotin aja." Richie kembali membantu Anita hingga menaiki bus.
Bus tersebut akhirnya berlalu, meninggalkan Richie yang kemudian kembali berjalan pulang kerumahnya yang kebetulan tak begitu jauh dari halte.
~~~~~~
Didalam bus, Anita hanya melamun memandang kearah jendela sambil menggenggam lengannya sendiri yang masih terbalut sweater abu-abu milik Richie. Aku belum bilang makasih.
~~~~~~
"Lu serius? Richie yang dinginnya ngalahin es itu mau nolongin lu?" Tanya Dinda yang tengah duduk diatas meja bersama Sinta.
"Iya Anita, gua aja selama ini belum pernah liat Richie ngobrol sama cewek. Masa, sih, dia mau gendong lu sampe halte?" Hanipun ikut bertanya.
"Iya, beneran. Gak bohong, deh." Jawab Anita sambil memegangi sweater dan sapu tangan biru milik Richie yang masih ada padanya.
"Terus, lu serius mau balikin itu ke Richie sekarang?" Tanya Sinta sambil menunjuk sweater dan sapu tangan Richie dengan dagunya.
Anita hanya memandang sweater tersebut dengan tatapan ragu.
"Nit, itu tuh Richie baru dateng," Ucap Hani pada Anita sambil menunjukkan jari telunjuknya kearah Richie yang baru memasuki kelas.
Richie berjalan melewati mereka tanpa menoleh sedikitpun, kemudian ia duduk dibangkunya yang berada tepat dibelakang bangku Anita dan kembali membaca buku komiknya.
"Sana, Nit, kasih sekarang aja. Mumpung masih pagi, belum rame." Hani berbisik pada Anita yang duduk disebelahnya.
Ragu-ragu, Anita akhirnya bangkit dan berjalan menghampiri Richie yang masih fokus pada komiknya.
Richie menoleh padanya, "Kenapa?" Tanyanya dengan nada dingin seperti biasa.
"Gua..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot and Cold Richie (revisi)
Teen FictionAda kehangatan yang terselubung dibalik tebalnya bongkahan es. Dia sendirian, dia kesepian, mencoba bertahan dalam diam. Dia rapuh, mencoba sembuh tanpa penawar. Cinta datang, cinta menolong, cintalah sang tabib penyembuh, cintalah penawarnya.