"Lho, Nit? Tante Ananya ditinggal?" Tanya Richie saat melihat Anita menghampirinya dihalaman.
"Ngantuk katanya, yaudah gua kesini aja biar dia tidur. Lu lagi ngapain?"
"Ini ngasih makan burung-burungnya Om Ervin." Jawab Richie seraya memberi makan burung-burung kecil dikandang.
"Banyak banget burungnya, kalo Ayah gua gak suka burung."
"Biar gua ada kerjaan katanya, ngasih makan burung."
"Burungnya banyak kaya gini gak dikasih nama?"
"Burung aja harus punya nama?"
"Iya, lah."
"Oke, oke, burungnya punya nama. Dia Olaf, dia Olaf, dia Olaf, dia Olaf dan dia.. Gordon." Ucap Richie seraya menunjuk satu persatu burung dikandang.
Anita tertawa dan mendorong Richie pelan. "Iya ya, episode Spongebob yang para Viking itu, jadi ngakak kalo inget."
"Spongebob selalu dihati, Spongebob harga mati!" Seru Richie sambil mengepalkan tangannya keatas.
Anita kembali tertawa. "Lebay lu."
"Lu gak mau ngasih nama? Masih banyak yang tanpa nama, nih."
"Hmm, oke, yang ini Homina dan yang itu Vigaro."
"Nah, yang ini Poop; People Order Our Patties."
"Ternyata lu sering nonton Spongebob, ya? Padahal kan dulu lu diem banget orangnya, sok misterius gitu."
"Emangnya gak boleh? Kan, gua suka warna kuning."
"Ya boleh, cuma kirain gua lu sukanya sama film-film thriller atau horror gitu, kaya The Hunger Games, Final Destination, Resident Evil--"
"Tali Pocong Perawan, Hantu Jamu Gendong."
"Richie kaya Spongebob, kadang lucu, kadang nggak."
"Tapi kalo ngangenin, selalu." Sambung Richie sambil menaik turunkan alisnya.
"Nggak juga, ada saatnya gua gak kangen sama lu, ya kalo lagi samping-sampingan gini."
"Kalo gak samping-sampingan, kangen?" Richie tersenyum, dia kemudian berjalan dua langkah kebelakang. "Coba, kangen gak sekarang?"
"Nggak, ogah sekali saya."
"Bohong."
"Emang."
"Cie."
"Bodo."
Richie tertawa, dia kembali berdiri didekat Anita, bahkan hingga lengan mereka saling bersentuhan.
"Biar gak kangen." Ucap Richie.
"Terserah, gua mau pulang."
"Tanggung, dikit lagi juga maghrib, sholat disini aja dulu."
"Yaudah, deh."
~~~~~~
Richie berbaring diatas rajang kamarnya sambil membaca buku, kakinya yang hanya terbalut celana pendek selutut dilipat.
Tak lama, seseorang mengetuk pintu kamarnya.
"Richie! Lu didalem?"
Richie kenal suaranya, dia Anita.
"Iya, masuk aja."
"Dikunci, bukain."
"Ada passwordnya, lah."
"Richie ganteng 123?"
"Hampir bener."
"Richie ganteng 321? Richie ganteng 213? Richie ganteng 132? Richie ganteng 312?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot and Cold Richie (revisi)
JugendliteraturAda kehangatan yang terselubung dibalik tebalnya bongkahan es. Dia sendirian, dia kesepian, mencoba bertahan dalam diam. Dia rapuh, mencoba sembuh tanpa penawar. Cinta datang, cinta menolong, cintalah sang tabib penyembuh, cintalah penawarnya.