Tell 'Em

644 46 0
                                    

Hello! aku disini ambil beberapa tempat asli di osaka..
(Photo cr:weheartit)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

[Mystays Shinsaibashi Hotel : 03.45 PM]

"120... 125. Kamar kita disini! Rapmon hyung, berikan aku kartunya!"

"Sabar sebentar, Taehyung-ah, dompetku tertinggal di lobby bawah. Mungkin masih ada saem disana," Namjoon membuka bilik-bilik dompet dengan teliti, sesekali melirik lift yang mulai berdatangan murid-murid yang juga menempati kamar hotel mereka. Sedangkan kelimanya memperhatikan gerak gerik Namjoon.

"Kalian ini bukannya membantuku. Ini kartunya! kalian masuk saja dulu, aku akan ke lobby. Sebentar saja,"

"Baiklah, hyung," sahut Jimin, membawa koper kecil sama seperti keenam temannya.

***

Suara-suara yang timbul dari kamar 125 sungguh membuat beberapa murid yang melewati depan pintu itu akan mengernyitkan dahinya.

Seperti kegaduhan, Yoongi membuat  teh hangat bersama Seokjin yang ternyata sempat terjadi perselisihan karena sebuah teh kantung.

Sedangkan Taehyung dan Hoseok berteriak dan menciptakan tawa riuh yang terdengar memekakkan telinga. Mereka menonton show Jepang favorit merekaㅡtak lupaㅡdengan volume TV yang tak kalah memekakkan telinga.

Dan yang satu ini.

"Cih, baru sampai hotel, sudah berasa tak bertemu dengannya satu bulan saja!" Omel Yoongi kepada seorang Park Jimin seraya meletakkan cangkir-cangkir teh diatas meja kecil yang tersedia.

Sedangkan yang disindir tersebut hanya dapat mengangkat telunjuknya tinggi-tinggi di depan bibirnya.

"Iya, Yumi. Nanti aku akan kirimkan ke kamarmu! Ah iya.. Tidak kok, tenang saja. Apa?! Malam saja? Sangat tidak keberatan Yumi-ah!!" Seketika pria bereye-smile itu melonjak dari sofa.

***

Berjalan dengan tertatih hanya tumpuan kaki yang menopang tubuhnya sendiri,
pria tinggi dengan wajah dan permukaan kulit yang tak lagi mulus itu tak jarang memegangi permukaan perutnya yang telah tertusuk benda tajam dan menimbulkan darah bercucuran meninggalkan jejak.

Tanpa sehelai jahitan dan perbanan, mati rasa menyelimuti tubuhnya dan membuatnya meruntuki dirinya sendiri.

'Seharusnya aku tidak sendiri seperti ini.. Kau memiliki Bangtan,'

"Oh.. apa yang terjadi padaku?"Suara lirih itu bergetar tak peduli bajunya yang merah juga indra pengecapannya.

Berjalan dengan kaki yang terseok, nafas yang sesekali tercekat, dan kesadaran yang tak ada artinya tak menghentikan langkahnya hingga sore pun tiba.

Ia sampai di depan rumah sakit terdekat disana, di Osaka. Banyak sorotan mata yang mengintinya.

Cairan kental merah yang berkurang banyak, menurunkan kesadarannya. Oh seperti yang telah dibayangkan, ia akan tak sadar diri ditempat.

Tepat, di depan rumah sakit.

***

[Aizenbashi Hospital : 07.43]

"Uisanim, apa anak itu baik-baik saja? Tadi kulihat ia sangat lemah dan tak sadar diri ditempat, syukurlah aku segera melihatnya. Tetapi buruknya, bahkan orang-orang hanya melihatnya begitu saja," seorang Pria paruh baya berdiri kala seorang dokter keluar dari ruang operasi, dan menghampirinya.

Dokter itu mengangguk menerka.
"Apa.. Ahjussi kenal dengannya? Tidak menimbulkan efek yang parah, tapi ia harus istirahat disini beberapa hari, karena lukanya telah terbuka lama dan tak segera ditangani. Jadi kondisinya masih melemah saat ini,"

Pria paruh baya dengan topi dikepalanya itu tersenyum.
"Tidak, ia bukan anakku ataupun keponakanku. Aku hanya melihatnya secara reflek,"

"Aku mengerti. Setelah pengecekan suster mengenai dompet di saku celananya, sepertinya ia seorang murid dari Korea," jelas Uisanim.

"Begitukah??" Sedikit tersentak dengan perkataannya, ahjussi itu menaikkan kedua alisnya.

"Ada apa, ahjussi?"

"Ah.. tidak ada,"

***

'Apa pemuda tadi itu adalah teman Yeonji?'

"Aku pulang.." Ahjussi dengan topi coklat muda dengan wajah yang dihiasi kerutan yang mulai timbul itu membuka knop pintu yang tak terkunciㅡsejak ia pergiㅡsepertinya.

"Tak ada orang?" Tuturnya lagi.

"Ada, paman. Aku sedang makan jjangmyeon buatan bibi. Paman harus mencobanya, ini sungguh enak!" Dengan membawa mangkuk, Yeonji muncul dari dapur sambil mengutarakannya dengan semangat.

Sedangkan pamannya hanya terkekeh, lalu melepas topinya dan meletakkannya di rak.

"Yeonji-ah.."

"Ya, paman?"

"Hmm.. Sekolahmu di Korea namanya Nancho Senior High School kan?"

"Ya, benar.. Kan aku melarikan diri dari study tour ahaha. Tidak tidak, ibu sudah memberi tahu saem tadi siang," Yeonji tertawa pelan. sedangkan pamannya hanya tersenyum.

Apa aku beritahu saja?

"Yeonji-ah.."

"Yaa, paman?"

ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang