MBB4

189 17 9
                                    


Perasaan itu seperti kertas tipis yang mudah untuk di bolak-balikkan

Saat ini.. mungkin kita bisa membenci, namun besok hari mungkin akan mencinta

Begitu pula sebaliknya,,

Oleh karena itu, jangan pernah terlalu mencintai dan membenci akan sesuatu

Bisa jadi, apa yang sangat kita cintai menjadi sesuatu yang di benci

dan apa yang kita benci, bisa berubah menjadi sesuatu yang kita cintai

Karena semua itu adalah hal yang fana.. bersifat sementara dan tak kan abadi

Namun Cinta terhadap Rabb lah yang abadi...

Saat Tuhan telah meridhai.. semua itu akan bersamamu.. memelukmu dan merengkuhmu..

Semua akan indah dan terasa khikmad..

Tak kan ada yang lebih indah dari itu..

Selain Cinta dari Sang Pemilik Cinta..


~ My Beautiful Boy! ~


Seorang guru perempuan nampak sedang bersenda gurau dengan anak-anak didiknya di depan Sekolah Pelita Bangsa. Sudah menjadi kebiasaan bagi Rahma untuk menemani para muridnya menunggui jemputan mereka. Bagi Rahma, para muridnya adalah tanggung jawabnya sampai mereka pulang ke rumah masing-masing. Karena itu, ia akan menjaga mereka hingga para muridnya berpindah tangan pada orang yang tepat.

Satu persatu anak didiknya telah di jemput. Kini hanya ia dan satu anak murid terpintar di kelasnya yang tertinggal di sana, beserta satu gadis kecil sahabat anak muridnya itu. Ia tahu bahwa anak didiknya itu selalu ikut mobil jemputan dari sahabatnya.

Mobil Avanza silver –jemputan dari dua gadis kecil itu pun tiba. Ia tersenyum lega –akhirnya tugasnya untuk hari selesai –pikirnya. Namun ternyata dugaannya tidak tepat. Muridnya itu tidak beranjak dari sampingnya. Hanya tersenyum memperhatikan sahabatnya itu memasuki mobilnya seorang diri.

"Dah Helen.." Muridnya yang bernama Diandra itu melambai-lambaikan tangannya pada Helena –sahabatnya yang telah memasuki mobil jemputannya. Helenapun membalasnya dengan hal yang serupa. Tak lama kemudian mobil jemputan Helena beranjak dari depan Sekolah Pelita Bangsa dan semakin jauh dari jarak pandangnya.

Rahma menyerngit bingung. Batinnya bertanya-tanya, mengapa anak didiknya ini tidak ikut mobil jemputan Helena seperti biasanya. "Diandra gak ikut mobil jemputan Helena?", tanyanya penasaran.

"Nggak bu, hari ini kakak Dian yang bakal jemput", jawab Diandra sumringah.

Rahma tersenyum sembari membelai puncak kepala Diandra. Ia mengagguk mengerti. Ia turut senang melihat anak didiknya itu terlihat gembira karena akhirnya ada anggota keluarganya yang dapat menjemputnya. Diandra selalu ikut mobil jemputan Helena selama ini. Bukan karena Diandra tidak memiliki supir pribadi –bukan itu. Diandra sendiri yang memilih ikut Helena. Anak itu yang bercerita bahwa di rumahnya terlalu sepi. Semua anggota keluarganya sibuk dengan urusan masing-masing. Jadi dari pada ia kesepian di rumah, Diandra lebih memilih ikut ke rumah Helena dan menunggu Kakaknya menjemputnya disana.

"Seneng akhirnya kakak Dian bisa jemput?"

Diandra mengangguk cepat, "Tentu Bu. Walau kakak dian juga sibuk, tapi kakak tetap care dan sayang sama dian. Cuman kakak yang satu-satunya Dian punya"

Rahma menatap anak didiknya itu hangat, "Eits, diandra gak boleh gitu. Dian kan masih punya ibu dan ayah dian. Adek-adek ibu di panti banyak loh yang pengen bisa bersama ayah dan ibu kandungnya. Seharusnya dian bersyukur karena masih mempunyai orang tua yang lengkap"

My Beautiful Boy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang