"Hai!"
"Allahu Akbar!", Rahma terjingkit kaget karena tepukan Rangga di pundaknya secara tiba-tiba. "Isk! Lo ngangetin aja sih!", semburnya kesal. Rahma mengusap dadanya—menetralkan detak jantungnya yang berkerja di atas normal. Dasar Rangga! Bagaimana bisa ini makhluk sudah berada di sampingnya?
"Siapa suruh bengong sambil natapin tuh sekolah terus? biar ditatap ratusan kali juga, tu sekolah nggak bakal berubah"
Rahma mengeram, "Suka banget sih lo ngangguin gue? Ngapain juga lo kesini lagi? Naksir ya sama gue?"
Jleb
Kok tepat sih?
"A..a..pa? naksir?—gue?—sama lo?—nggak mungkin banget keles", ujar Rangga berkilah. Walau apa yang dikatakan Rahma sama sekali tidak salah—tapi tentu Rangga tidak mau Rahma mengetahuinya. Hal itu aib bagi Rangga.
"trus kenapa nyamperin gue mulu?", Rahma menatap Rangga menantang, membuat Rangga agak kikuk karenanya.
"Yaa..gue.. suka aja liat lo marah-marah geje kaya gini. Menghibur gue banget!"
"oh..", sahut Rahma tak acuh. Ia cukup malas berdebat dengan Rangga sekarang. Apalagi sang pujaan hati akan muncul sebentar lagi. Jadi ia tidak ingin pemandangan indah yang ia tunggu jadi terlewat sia-sia hanya karena perdebatan tak penting dengan makhluk di sebelahnya itu.
Dan benar saja—itu dia! Rahma langsung bersorak dalam hati. Raut kesalnya berubah dengan gurat ceria. Moodnya segera beralih.
"Duh, yang langsung senyam-senyum asem liat si brokok nongol", sindir Rangga yang terselubung rasa cemburu.
Rahma tidak mengindahkannya. Netranya tetap terfokus pada sang pujaan hati. Sedetikpun ia tidak ingin membuang waktu berharganya untuk melewatkan pemandangan indah itu. Jadi biarlah makhluk di sampingnya itu berceloteh ria—ia tak akan peduli.
Rangga memberengut kesal melihat Rahma yang mengabaikannya. Apa sih lebihnya pria itu? bahkan ia yakin betul jika wajahnya jauh lebih tampan dari si pujaan hati Rahma. Mengapa Rahma lebih tertarik pada seorang guru bermotor bebek dari pada dia yang pemuda super tampan bermotor sport?
"Udah ngilang noh! Apa lagi yang diliatin? Bayangannya?"
Dan dengan secepat kilat, mood Rahma kembali berubah. Rangga sungguh berbakat membuat dirinya selalu kesal. Sahabat Alfaero ini sungguh makhluk yang super duper menyebalkan. Bisa-bisa ia cepat tua jika sering berdekatan dengan itu makhluk satu.
"Bayangannya pun lebih menarik dari pada lo!", sahut Rahma sinis.
Ouch.. sakitnya tuh disini!
Begitu ya rasanya ditolak sebelum ia sempat mengutarakan perasaannya?
Sabar..sabar! Hanya itu yang bisa Rangga perbuat saat ini. Yah mungkin ini adalah karma untuknya. Sudah berapa banyak hati wanita yang ia sakiti?—ini belum seberapa.
"Biar lo liatin tiap hari juga, gak bakal ada kemajuan kalo lo nggak bertindak"
Weits.. Ia bertingkah sok bijak nih. Kenapa juga ia mengatakan hal ini? Ingin membantu Rahma?—tentu tidak. Rangga hanya ingin memastikan jika dirinya masih punya kesempatan.
"Maksud lo?"
"Yaa.. maksud gue, kalo lo emang suka sama dia, bilang aja sama dia kalo lo suka!"
Sebenarnya berat untuk mengucapkan hal itu. Rangga sama sekali tidak berharap jika Rahma menyatakan cinta pada pria itu—tentu ia tidak mau. Tapi mulutnya yang tidak tahu diri mengeluarkan kalimat itu begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beautiful Boy!
RomanceSinopsis : D.Boy Series 2 Cinta itu bisa datang kapan saja dan dengan siapa saja. Begitu pula yang terjadi dengan Rangga Adiputra, mahasiswa 20 tahun yang tidak pernah serius akan apapun ini telah tertarik dengan seorang gadis yang jauh dari tipenya...