to the beautiful you 14

3.7K 146 12
                                    

Kinal merebahkan tubuhnya di samping veranda setelah menarik selimut agar veranda tak kedinginan akibat tak memakai pakaian. Kinal memeluk veranda erat dan veranda pun membalasnya.

"Kamu curang nay, aku doang yang ga pake baju, lah kamu mah masih pake baju lengkap tuh" ucap ve dalam pelukan kinal.

"Jhahaha iya maaf, lain kali aku jamin deh ga ada yang pake baju lagi saat kita olahraga lagi nanti"

"Bener ya nay?"

"Iyaa heheh lucu banget sih kamu, jadi makin sayang deh" ucap kinal sambil mencium kening veranda. Saking kelelahannya, merekapun tertidur.

________________________________________________

Tepatnya sepertiga malam, kinal terbangun dari tidurnya karena merasakan nyeri yang amat sangat di dada. Sesak nafas mulai ia rasakan. Ia hanya bisa memejamkan mata dan menahan sakit tanpa mengeluarkan suara dari mulutnya, agar veranda yang masih tertidur dalam pelukannya tak terbangun.

Tak mau menahan sakitnya lebih lama dan menjalar ke seluruh tubuh, kinal perhalan melepaskan pelukan veranda yang masih tertidur lelap. Dengan hati-hati kinal melepasnya dan beranjak dari tempat tidur, matanya awas mencari tas ransel miliknya kemudian merogoh bagian paling dalam untuk mengambil sesuatu.

Satu toples berukuran kecil berisikan butiran-butiran tablet berwarna putih kecil ia bawa keluar kamar menuju ruang dapur untuk mengambil segelas air minum yang akan ia teguk bersamaan dengan tablet putih tersebut. Dengan nafas yang terasa sangat sesak dan tenaga yang tersisa, kinal terus berjalan memapah langkahnya dan melampiaskan kesakitan yang ia rasa dengan mengcengkram pegangan tangga dengan kuat.

Aaargh, kenapa ini selalu terjadi? Tanyanya hanya dalam hati, ia tak bisa mengeluarkan suara apapun dari mulutnya. Mulutnya sibuk membantu hidungnya untuk menghirup oksigen, sebisa mungkin ia harus bertahan agar tak kehabisan nafas. Langkah kakinya terhambat karna ia harus membagi energi untuk menghirup oksigen yang sangat sulit ia dapatkan itu. Tubuhnya bergetar menahan rasa sakit yang ia rasakan hingga ia berjalan terhuyung. Satu tangan ia gunakan untuk memapah pada benda di sekitar untuk menahan dirinya agar tak jatuh, dan tangan yang lain menekan bagian dadanya untuk memperkecil rasa sakit.

Perlahan namun pasti, kinal mulai mencapai tempat yang ia tuju, ruang dapur. Matanya awas mencari dan tangannya bergetar mengambil sebuah gelas dan kemudian membuka knop dispenser untuk mengambil air panas dan mencampurkannya dengan air dingin dari knop yang lain, hingga di tangannya tergenggam gelas berisikan air hangat. Diteguknya segelas air putih hangat bersamaan dengan satu tablet putih seusai menutup tutup toples kecil wadah tablet tersebut. Disimpannya gelas dan toples kecil itu di atas meja makan di hadapannya.

Kinal menempatkan bokongnya tepat pada kursi ruang makan yang ia tarik sebelumnya. Punggung lemasnya ia sandarkan pada sandara kursi untuk mengistirahatkan tubuhnya. Kepalanya mendongak ke atas dengan mata terpejam. Menarik nafas sedalam mungkin, menetralkannya agar ia dapat bernafas dengan lancar seperti sebelumnya. Tangannya masih memegangi dan menekan dadanya yang masih terasa sakit.

Memang tak butuh waktu lama, tablet putih yang tadi ia teguk pun mulai bereaksi. Nafasnya kini mulai pulih, dan rasa sakitnya berangsur-angsur hilang. Kinal masih memejamkan matanya, mengistirahatkan tubuhnya yang merasa sangat lelah malam ini. Hanya suara jarum jam dinding dan deru nafasnya yang terdengar di telinganya. Tangan kanannya ia angkat dan tempatkan pada dada sebelah kiri, tepatnya pada jantungnya. Matanya masih terpejam. Dengan seksama mendengarkan suara jarun jam yang beriringan dengan detak jantung yang ia rasakan melalui sentuhan tangan di dadanya.

Dirasa sudah cukup mendengarkan detak jantung dan suara jarum jam yang beriringan, matanya perlahan ia buka. Digenggamnya toples kecil nerisi tablet putih yang srjak tadi berada sdi atas meja di hadapannya.

To The Beautiful YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang