Hari ini, echa terpaksa tidak masuk kelas dengan mendadak. Padahal pagi itu, echa sudah siap pergi ke kampus. Tapi prabu menahannya karena satu alasan. Keluarga besar abraham akan datang kerumahnya.
Jangan tanya lagi, bagaimana perasaan echa mendapat kabar itu? Jelas sangat terkejut. Sama dengan hal-nya guru Yang mendadak kasih ulangan matematika ke murid. Echa frustasi didalam kamar. Apa yang harus diperbuat?
Pertanyaan itu yang selalu muncul dalam pikirannya.Jalan salah satunya menghubungi bunda, dan lebih sialnya bunda tidak bisa dihubungi. Ia beralih menelpon noval
"Gue lagi dijogja,cha"
Ah,shit
"Kok bunda tumben gak bisa dihubungin" kata echa geram.
"Lagi sibuk, tadi terakhir bunda ngabarin gue pas pagi. Katanya lagi banyak yang mesen cateringnya"
"Aduhh gimana nih, keluarga dimas mau kesini"
Noval terkejut di seberang sana, "lho sekarang. Mendadak?" Tanya dia.
"Mendadak banget,val" entah mengapa, tiba-tiba echa merasa ingin menangis.
"Yaudah nanti gue terus coba hubungin bunda deh"
"Tolong ya val, aku gaboleh keluar sama kakek"
"Iya cha kamu tenang aja ya, jalanin aja pasti nanti ada jalan keluarnya kok"
...
Siang itu, echa kedatangan desaigner dan tata rias kecantikan, yang sudah disewakan oleh prabu untuk echa.
"Mba, bajunya yang simple aja ya. Yang cocok di badan saya"
Lussy,nama desaigner, mengedipkan matanya ke echa, "tenang kak echa, badan kak echa bagus and perfect. Jadi cocok masuk baju apa aja" echa hanya tersenyum dirinya dipuji. Echa adalah tipikel orang yang tidak suka dipuji, itu sudah tumbuh dalam dirinya sendiri.
Lussy memilihkan baju dress biru muda, yang sangat cocok di kulit mulus echa dan kontras dengan acara makan yang diadakan dimalam hari nanti. Berhubung acaranya di rumah echa sendiri, jadi lussy memilihkan baju yang santai agar terlihat tidak berlebihan. Echa sangat menyetujui pilihan baju lussy.
Dan berikutnya elna, tata rias, sebelum di rias wajah, echa di spa oleh elna, hingga akhirnya sebelum di rias wajah, echa terlebih dahulu membersihkan tubuh.
Echa keluar kamar mandi dengan baju kimono, elna mulai merias wajah echa. Elna membuatnya senatural mungkin.
Echa ternganga melihat dirinya sendiri di cermin, ia merasa ini bukan dirinya. Ini sangat cantik dan natural, bagaimana bisa elna merubah wajahnya dengan make up dan keahlian tangannya. Ia membuka mulutnya, elna mulai melapisi lipmatte yang kontras dengan warna kulitnya. Selesai, rias wajah, lussy membantu echa memakai baju hasil desain tangannya sendiri.
Elna mulai kembali merias rambut panjang echa, ia hanya mencatok rambut itu yang lurus menjadi tambah lurus dan lembut. Dengan rambut lurusnya, ecah terlihat lebih muda, seperti masih anak SMA.
....
Echa turun ke bawah dengan anna, yang hanya mengenakan dress pendek tanpa make up dan rambut yang dibiarkan tercepol. Di meja makan sudah, diisi oleh banyak orang.
Tatapan echa bertemu dengan lelaki yang belum lama bertemu dengannya. Abraham.
Ia tersenyum saat abraham tersenyum, "duduk disini,nak" kata abraham ke echa.
Echa duduk di hadapan lelaki yang umurnya tak jauh beda dengannya, lelaki itu tak sama sekali menatapnya. Tatapan dia hanya satu yaitu ponselnya. Jari-jarinya terus menari diatas layar. Dalam benak, echa terus bertanya, apakah dia? Echa rasa begitu, karena lelaki disini yang seumur denganya hanya dia. Dan echa mengakui kalo lelaki dihadapannya ini sangat tampan, muka yang terawat, alis yang tebal, postur tubuh yang pas. Pikiran itu segera ia hilangkan, kini ia harus fokus menemukan jalan keluarnya.
Echa sedikit risau, pertama kali ia melihat keluarga dimas adalah keluarga beragama islam. Dari ibunya, kakaknya yang sangat tertutup,syar'i, tidak dengan adiknya yang masih membiarkan rambutnya terbuka. Berbeda dengan echa yang memeluk agama nasrani. Pikirannya 'mana mungkin ia menikah dengan berbeda agama. Ia tak akan mau'
"Oke, saya akan mulai acara malam ini. Mula-mula saya akan memperkenalkan dulu ke echa yang sebentar lagi akan menjadi anggota baru di keluarga abraham. Echa perkenal nama saya abraham husein. Ini istri saya dian fatma abraham, ini dimas husein abraham, ini dinar fatma abraham, dan ini rahel husein abraham. Kedatangan kita kesini untuk memperkenalkan kamu ke dimas, yang akan menjadi istri dia dikedepannya. Dan kita juga akan membicarakan tentang tanggal pertunangan dan pernikahan yang tepat untuk kalian" echa merinding mendengar kata dan kalimat yang keluar dari mulut abraham.
Echa melihat dimas, yang sepertinya tidak suka dengan rencana ini. Hati dan pikirannya tambah kacau.
"Dan kami sangat menghormati kedatangan bapak abraham sekeluarga ke rumah kami, inilah keluarga kami yang siap dan merestui echa dan dimas untuk menjadi suami istri" kata prabu.
"Eitssss, tunggu duluuu.." ujar anna membuat dirinya menjadi pusat perhatian. Anna menatap intens keluarga abraham.
Prabu menatapnya tidak suka, menurutnya perlakuan anna sangat tidak sopan.
"Maaf.. kalian muslim"tanya anna yang lega didengar echa, pertanyaan yang ingin echa katanya tetapi takut untuk diungkapkan dan akhirnya terungkap oleh anna.
Hening
Tidak ada yang angkat bicara
"Kalian nasrani?"tanya abraham balik.
"Iyaa"jawab anna.
Abraham terlihat frustasi.
"Bagaimana ini?" Tanyanya.
Keadaan meja makan menjadi tegang.
"Pak abraham, mungkin kalo itu akan kami bicarakan sekeluarga, yang terpenting sekarang harus pendekatan dahulu" kata prabu.
Anna memutar bola matanya, echa hanya diam membisu, tak berkutik, dan hanya menurut dalam hatinya terus menangis.
"Tidak bisa.. ini hal terpenting, agama keluarga saya sangat kuat"
"Sama halnya dengan kita pak, apalagi echa" jawab anna.
"Anna diam kamu"tegas prabu.
"Lho berhak dong saya berbicara, saya anggota keluarga ini"
"Tidak apa-apa, pak. Saya terima pemasukan dari dia" kata abarham.
Anna memasang raut wajah menang.
"Sekarang saya ingin mendengar jawaban langsung dari echa" kata prabu. Echa terkejut, ia diam. Bingung. Semua pikiran bercampur menjadi satu.
"Echa"
"Saya hanya mengikut"
"Maksudnya"teliti abraham.
Echa diam membisu,ia bingung harus menjawab apa.
Dimas yang sedaritadi asik menatap ponsel,kini ia terfokus dengan keadaan yang sedang menegang.
"Cha"panggil prabu,yang menunggu jawaban dari echa.
"Saya hanya menurut, agar ketemu jalan keluarnya, saya terima resikonya" jawab echa entah sadar atau tidak.
Keadaan tambah tegang.
"Jadi? Kamu mau melakukan apapun" tanya prabu.
Echa mengangguk.
"Saya bersedia masuk islam" jawab echa langsung ke point-nya, echa menangis. Mamanya yang berada di samping kanannya memeluk erat. Anna terkejut bukan main.
Anna menggebrak meja dan berdiri "JANGAN BELAJAR GILA LO CHA, JANGAN EGOIS LO, DEMI KEBAHAGIAN KAKEK LO SENDIRI YANG GILA HARTA INI, LO RELA HIDUP LO SENDIRI KE SIKSA. JANGAN MAU CHA DI BEGOIN BEGINI. LO PIKIR DENGAN CARA LO BEGINI, APA YANG LO PENGEN AKAN KEMBALI. KAGAK, SEMUA UDAH HILANG CHA. JANE UDAH PERGI SELAMANYA.." anna pergi meninggalkan makan malam itu yang belum dimulai.
"ANNA" bentak prabu. Anna tak menghiraukan.
"Maaf sekali pak Abraham, maaf sekali."
"Saya tetap bersedia pak, dengan hati tulus saya" kata echa.
Dian menangis, menatap echa.