FRIENDSHIP

602 10 0
                                    

Drttt drttt

Echa membuka matanya dengan terpaksa, karena dering ponsel yang berbunyi mengganggu tidurnya. Tanpa ia lihat nomor dan nama yang tertera di layar, ia langsung menggeser icon ke hijau.

"Hallo"

"Hai, ganggu ya"

Mendengar suara itu secara refleks echa terbangun dari tidurnya menjadi duduk.

"Dion"ujar echa senyum-senyum. Echa setan dari mana yang merasuki dirinya sampai dia seperti ini.

"Masih tidur ya, gue ganggu ya" tebak dia.

"Ah, engga kok, lagi tidur-tiduran doang."

"Hmm,masa tadi kayaknya suaranya kayak orang baru bangun deh" ledek dion, membuat pipi echa merona.

"Sok tau deh" jawab echa terkekeh.

"Ke kampus jam berapa?"tanya dion.

"Hmm, jam 10 an" jawab echa sambil melihat jam di kamarnya.

"Mau gak bareng sama gue? Nanti gue jemput kerumah lo"

Echa senyum-senyum tidak jelas dibalik layar ponselnya.

"Boleh"jawabnya sigap.

"Oke deh bye, see you" sambungan telepon terputus.

Echa langsung lari ke kamar mandi.

Entah kenapa echa jadi sangat bersemangat akhir-akhir ini jika ingin bertemu dion. Echa selalu merasa senang, nyaman, bahkan hidupnya merasa lebih bahagia jika didekat dion, echa merasakan itu tapi ia tak belum percaya diri untuk mengungkapkan pada dirinya sendiri. Dimata echa, dion adalah temen terbaik yang ia punya, bukan berati echa melupakan bella, cuma hanya beda versi. Dion temen cowo terbaik echa dan bella teman cewe terbaik echa. Mereka adalah 2 makhluk yang diciptakan tuhan yang berhasil membuat echa merasa bahagia dari masalalu kelamnya.

Echa masuk ke dalam mobil dion yang terparkir di depan gerbang rumahnya, ia tersenyum ke dion.

"Balik, mau temenin gue gak?" Tanya dion ke echa, saat echa selesai memasang seatbeltnya.

"Kemana?"tanya echa bingung dan senang, karena akan mempunyai waktu lama bersamanya.

"Ngilangin bete" jawab dion, lalu melajukan mobilnya.

Echa mengerutkan keningnya.

"Emang lo gak bete dirumah terus? Ya gue sih seterah lo mau ikut apa kagak" ledek dion.

"Maulah"jawabnya tersenyum.

....

Echa duduk di tempat makan, tapi ini pertama kalinya ia mendatangi tempat makan di pinggir jalan yang hanya disediakan 1 meja saja, tidak ada kursi hanya di karpet yang melapisi lantai tersebut. Echa melihat keliling tempat makan itu, orang-orang disini sangat menikmati makanan tersebut, sambil ngobrol, bercanda, dan pacaran.

"Emang gak pernah ketempat kayak gini?" Tanya dion terkekeh.

Echa menggeleng sambil tersenyum.

"Aneh aja, ini pertama kalinya gue dateng ke tempat makan tapi gaada kursinya" jawabnya sambil tertawa.

"Ini namanya angklingan mas broto, yang gue suka dari tempat ini masih berbau bangunan kuno, makanan yang disediain disini juga makanan tradisional khas indonesia semuanya ada disini." Ujar dion.

Dion memilih duduk dekat jendela yang terbuka yang langsung mengarahkan ke jalan raya. Udara malam masuk melalui jendela tersebut, membuat echa semakin nyaman dengan tempat ini.

"Lo tau tempat ini dari siapa?" Tanya echa.

"Dulu gue juga nongkrong disini, gak sering sih, lebih seringnya di warkop le anis. Disini jadi tempat favorite kedua tempat tongkrongan gue sama temen-temen gue, gue suka aja sama tempatnya nyaman, bersih, udah gitu bangunannya bagus bergaya kuno gituh." Echa memerhatikan sekitar dan jujur ia juga suka dengan angklingan ini sangat pas untuk merilekskan pikirannya jika sedangn mumet.

"Tapi tempat ini udah beda, karyawannya udah diganti semua dan sekarang bukan mas broto lagi yang jaga di angklingan ini, udah diganti sama anaknya. Padahal dulu gue sama temen-temen gue akrab banget sama semua orang disini." Echa melihat dari sudut mata dion yang sedang menundukan kepalanya sambil tersenyum simpul, seperti sedang bernostalgia pada jaman ia SMA.

"Setiap jaman kan ada masanya dan setiap masa ada perubahan. Kalo gaada perubahan gimana orang mau memperbaiki dirinya masing-masing." Ujar echa lembut dan langsung mendapat sorot mata intens dari dion.

"Lo sama gue sama, sama-sama benci keluar dari zona nyaman, benci harus adanya perpisahan. Karena dimana kita merasa senang kita merasa bahagia dan merasa kalo itu tempat yang benar-benar nyaman buat kita dan secara langsung atau tidak langsung kita harus keluar dari tempat itu dan itu nyiksa banget bagi gue. Disitu gue merasa tuhan gak adil sama gue tapi disisi lagi gue gak mau berpikir negatif ke tuhan. Gue selalu optimis kalo gue akan dapet kebahagian yang gue mau." Dion mengengam tangan kanan ecah, dion tau betul kemana jalan ucapan echa, dion gak mau membuat echa terpuruk lagi karena harus mengingat masalalunya.

"Tuhan punya rencana baik buat orang yang sabar dan ikhlas" dion tersenyum, kata-kata sederhana lagi mampu memohok hati echa. Tak ada yang bisa ia lakukan lagi selain tersenyum.

....

Mobil dion berhenti didepan gerbang rumah echa, tapi echa tak seperti biasanya, ia tak turun dari mobil dion.

"Makasih ya" dion mengerutkan keningnya.

"Makasih selama beberapa hari ini lo udah buat gue seneng, seharusnya dari awal ketemu gue gak jutek ke lo, sekarang gue malah nyesel sendiri, ternyata lo itu orangnya asik banget walaupun ngeselin tapi ngeselin lo itu buat gue ketawa-tawa sendiri kalo lagi sendiri. Ion, kalo nanti gue udah married janji ya harus tetep jadi teman baik gue." Ujar echa dari hati terdalammya.

"Gue janji"jawab dion serius. Echa tersenyum.

"Gue duluan yaa. Bye"

abu-abuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang