peperangan di rumah prabu

955 21 3
                                    

     Pagi itu echa berniat untuk lari pagi di sekitar komplek, namun niatnya terurung saat ia membuka pintu, ia mendengar keributan di bawah. Ia menutup pintu kamarnya lagi tidak penuh ia membuka sedikit untuk mendengar kejelasan atas keributan itu.

"Itu atas kemauan anaknya sendiri, kamu tidak punya hak atas semua ini dan lancang sekali kamu sampai berbicara dengan pak abraham di belakang kakek mengenai hal ini" geram prabu.

"Saya sudah kehilangan 1 kakak saya dan saya juga harus kehilangan 1 kakak saya yang selama ini saya tunggu kedatangannya. Kejam sekali anda"

Deg echa menangis mendengar ucapan anna. Jadi selama ini kedatangan echa di tunggu oleh anna jerit batin echa.

"Hei, kakak kamu hilang karena echa"

"Dia hilang karena orang yang menabraknya"

Plakk

Echa terkejut mendengar tamparan itu. Ia bangkit dari duduknya berniat ingin keluar, tapi ia masih menahan dirinya.

"Anda memang sama kejamnya dengan orang yang tak bertanggung jawab itu, sama-sama tidak punya hati" ujar anna menahan emosi.

"KENAPA MAU TAMPAR SAYA LAGI, SILAHKAN"

"PERGI KAMU DARI SINI. PERGIII" usir prabu.

"Tanpa anda perintahkan pun saya akan pergi dari rumah neraka ini PRABU" ujar anna dengan kebenciannya, lalu meninggalkan rumah itu. Echa yang mendengar itu langsung lari menyusul anna.

Echa menarik lengan anna yang sudah keluar pintu rumahnya.

"Ngapain lo" brontak anna yang melepaskan genggamam echa.

"Jangan pergi" kata echa sambil menangis.

"Apa hak lo ngelarang gue hah"tanya anna sinis.

Echa diam, anna yang menunggu jawaban echa tak sabar ia berjalan menuju mobilnya.

"Anna" echa sudah tak bisa berkata-kata lagi karena tangisannya.

Anna pergi bersama mobilnya meninggalkan perkarang rumah.

Echa hanya berlutut melihat kepergian anna.

....

       Echa diam ditaman komplek, hingga sore ini ia belum juga bangkit, tangis yang tak bisa ia hentikan. 1 orang menghilang lagi dihidupnya. Kini hanya berpasrah tak sanggup lagi ia lakukan, ini terlalu berat baginya, kenapa tuhan begitu tega dengan dirinya, begitulah selalu pemikiran echa, bukan berati ia putus asa tetapi ini sungguh aneh baginya, kenapa dirinya selalu yang di beri cobaan berat ini dari milyaran orang di dunia ini kenapa harus dirinya. Echa selalu beranggapan kalau ini hanya mimpi buruknya saja dan ia ingin bangun dari mimpi buruk ini. Mustahil. Itu sisi lain pemikiran echa, tapi disisi lainnya lagi echa selalu optimis ini adalah mimpi buruk yang dikedepan nanti ia akan terbangun.

Drttt drttt

Echa mengerutkan keningnya saat mendapat pesan dari nomor yang tak dikenal, dibukalah pesan itu:

'Haloo caa'

Dia tau nama echa, echa semakin bingung.

'Siapa ya?'

Balas echa.

'Baru kemaren jalan. Masa udah lupa sih'

Echa memutar bola matanya saat mengetahui orang ini. Huh, kenapa harus dia yang nongol sih. Batin echa mengomel. Echa tak membalas pesan itu, ia biarkan.

Drtt drttt

Ia membuka lagi pesan itu.

'Save nomor gue yaa bayi macan'

Echa berdengus sebal membaca teks itu, ia hanya membaca tanya ia save nomornya, tidak berguna juga baginya.

....

    Malam itu ditengah meja makan keadaan tegang, akibat pertengakaran dona dan prabu. Meja makan hanya diisi oleh dona, prabu, dan echa.

"Tapi papa caranya gak begitu dong pa, dia anak dona pa"ujar dona.

"Kenapa kalo dia anak kamu, kenapa kamu melarang papa mengusir anak itu. Dulu kamu gak ngelarang papa saat papa mengusir echa"

Degg

Donna menunduk. Echa yang mendengar itu, dadanya terasa di tusuk oleh ribuan pedang.

"Jangan beralasan waktu papa ngusir echa dia ditemani dewi dan noval dan saat papa ngusir anna dia tidak ditemani siapapun. Bagaimana pun mereka anak kamu, jangan berpilih kasih." Tegas prabu ke donna.

Donna yang tak bisa menjawab hanya menunduk di tempat.

"Anak itu sudah kurang ajar, berani-beraninya dia mengikut campuri urusanku" kata prabu.

"Dia ngelakuin itu karena sikap papa yang terlalu memaksa dan merusak semuanya"

"Perlu kamu ketahui ya donna, perjodohan ini tidak ada sifat memaksa, perlu kamu ingat echa menerima perjodohan ini dengan lapang dadanya dan satu lagi yang merusak semua ini adalah anak ini yang telah merengut nyawa cucu kesayanganku" ujar prabu sambil menunjuk echa. Mata echa memanas, menahan tangis yang ingin keluar.

"Cukup pa, ini semua takdir yang gak bisa kita hindari. Jane sudah bahagia disana, dia gak akan bisa tenang kalo papa gak bisa nerima kepergian dia"tegas donna sambil meninggalkan meja makan itu.

Prabu menatap echa dengan kebenciannya, echa hanya menunduk. Prabu pergi meninggalkan echa seorang diri di meja makan itu, tangis echa pecah saat itu juga. Luka yang sudah tertutup kini terbuka kembali, prabu yang menyalahkan echa sebagai penyebabnya membuat echa menyalahkan dirinya sendiri.

'Oh tuhan, kenapa harus jane. Kenapa harus jane'jerit ia dalam hatinya.

abu-abuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang