Untuk pertungan echa dan dimas tidak memerlukan waktu lama, seminggu setelah pertemuan, echa dan dimas bertunangan di salah satu hotel di indonesia. Dengan perasaan berat echa menjalani ini semua, yang hanya ia lakukan sedaritadinya hanya menangis. Dewi yang setia menemani echa tak abis-abisnya memberi dukungan dan kekuatan ke echa, serta mengapus air matanya.
Toktok
"Permisi mba echa, sudah ditunggu dibawah"
"Terima kasih mba"kata dewi tersenyum.
"Echa gamau bun"katanya semakin menangis.
"Suttt, dia lelaki baik, kamu gak sendiri, kamu selalu sama bunda."kata dewi sambil memeluk echa.
Dewi dan echa menuruni anak tangga menuju aula acara tunangan echa dan dimas. Pandangan echa terus ke dimas yang sedang duduk di bangku bersama temannya, echa merasa risih dengan tatapan salah satu teman dimas Yang sedang duduk disebelah kiri dimas, pandangan dia sangat intens ke echa, tatapan menyelidiki. Tapi echa tak memperdulikannya. Yang hanya dipikirannya adalah mencari jalan keluar dari ini semua. Karena Semakin hari rasa echa untuk menyerah semakin kuat, ia ingin lari tapi itu hal yang bodoh. Hanya pasrah,pasrah,dan pasrah yang ia lakukan.
Echa duduk bersama bunda, tatapannya masih tertuju ke dimas. Ia tersentak saat tatapan itu bertemu dengan tatapan dimas, ia berpaling sebentar dan menatap dimas lagi yang kembali asik dengan temannya.
"Selamat malam yang terhormat keluarga besar bapak abraham dan yang terhormat keluarga besar bapak prabudinata dan para hadirin.---"
Echa terus menahan tangisnya, mungkin orang akan senang jika dirinya akan diikat oleh kekasihnya, tetapi berbeda dengan echa, bahkan mengenal orang di hadapannya pun belum cukup jauh. Air mata echa berhasil terjun saat emas putih itu melingkar tepat dijari manisnya. Rasa sesak muncul seketika. Takdir ia, yang harus ia terima. Semua orang bertepuk ria, suara itu membuat echa semakin sesak.
'Ini bukan kebahagianku' begitu batinnya berteriak.
....
"Selamat yaa sayang" dian memeluk echa erat.
Echa tersenyum menatapnya.
"Kamu cantik,baik, jarang ada wanita seperti kamu. Saya beruntung akan mendapat menantu seperti kamu. Echa anggap saya sebagai ibu kamu. Kalau echa merasa keberatan atau terbebani,ngomong sama ibu. Kalau echa diperlakukan tidak baik oleh dimas ngomong sama ibu. Kalau echa ada apa-apa ngomong sama ibu. Jangan pendem sendiri. Ingat sekali lagi saya adalah ibu kamu" dian memeluk echa lebih erat, airmata yang sudah tidak bisa ditahan lolos dengan sempurna. Echa merasakan kehangatan dan ketulusan dian, ia merasa beruntung masih ada orang yang perduli terhadapnya selain bunda. Echa membalas peluk sama eratnya.
"Ibu, ditunggu ayah diluar"
....
'Drtt drtt'
Ponsel dimas bergetar saat ia sedang mengarah ke sebuah cafe langganannya seusai acara bersama 2 temannya. Kevin dan reza.
'Cindy'
Dimas menggeser ke icon hijau.
"Hallo cin"
"Dim, kamu ke rumah aku sekarang yaa" kata cindy diseberang sambil menangis.
"Kamu kenapa,cin"
"Pokoknya kamu kerumah aku sekarang"ujarnya tambah menangis.
"Oke-oke aku kesana sekarang."Sambungan terputus, dimas memutar arahkan mobilnya.
"Lho dim, mau kemana?"tanya reza bingung.
"Sorry ya bro, gue gabisa ikut dulu. Kita ke rumah cindy dulu, nanti lo bawa aja mobil gue"
Penjelasan dimas langsung di iya-kan oleh reza.
"Hmm. Dim" panggil kevin yang duduk disebelah kiri dimas.
"Hmm"
"Gue kayak gak asing deh liat di echa" tanya kevin, membuat dimas mengerutkan keningnya. Reza pun yang duduk dibelakang, juga ikut memajukan badannya."Temen lo?"tanya dimas.
"Kagak, kayak gak asing aja gituh mukanya"ujar kevin membuat dimas tambah penasaran, tapi ia pendam.
"Lo pernah ngeliat kali" kata reza sambil menyenderkan badannya dijok belakang.
Kevin diam.
Dimas memasuki pekarang rumah cindy, ia turun dan posisinya digantikan oleh reza.
"Sorry ya bro" kata dimas sambil menepuk pundak reza.
"Santaii mas"
Dimas langsung menuju pintu rumah cindy.
Toktok
"Cin"
Toktok
Clekk
"Eh mas dimas, monggo masuk mas, mba cindy-nya ada dikamarnya" kata bi suti-asisten rumah tangga cindy.
"Iya bi. Makasih" kata dimas, langsung menuju kamar cindy.
"Cin" panggil dimas di depan pintu kamar cindy.
Clekk
"Dimass" cindy langsung memeluk dimas erat, menangis dipelukan dimas. Dimas membalas pelukannya.
"Hei, kenapa?"tanyanya bingung.
"Kamu gak akan ninggalin aku,kan"
Kata cindy to the point.Dimas terkekeh.
"Siapa yang bilang begitu, kalo aku ninggalin kamu sekarang aku gak disini sama kamu."
Cindy tersenyum menatap dimas dengan mata sembamnya. Dimas mengapus air mata yang sudah mengalir ke pipi kiri dan kanan cindy.
"Kamu disini ya sama aku"
Dimas mengangguk.
....
'6 bulan lagi' pikiran echa terus terinang. 6 bulan lagi ia menikah dan echa tidak akan siap. Echa memundar-mandir di teras lantai 2 rumahnya, rasanya ia ingin menangis tapi tak mau, rasa sesak didadanya semakin menggebu.
"Hufttt.. ya tuhann" echa membuang nafas kasarnya. Ia menutup matanya tak membiarkannya membuka, angin berhembus menyentuh permukaan kulitnya, ia tak memperdulikan dinginnya udara dimalam ini. Ia tak memperdulikan dirinya jatuh sakit. Angin yang terus berhembus, membawa sedikit ketenangan untuk echa.
'Untuk kamu jane, aku nglakuin ini demi kamu. Tapi kamu jangan merasa bersalah, aku hanya memperbaiki kesalahpahaman ini. Aku ingin semua kembali ke dulu. Memang dulu aku selalu iri ke kamu jane, kamu selalu di banggain sama kakek, kamu paling disayang sama kakek, dan kamu membangun warna dikeluarga kita, tapi sekarang aku ingin kamu di sini sama aku. Aku janji jane aku gak akan iri lagi, aku janji jane, aku gak akan nyimpan rasa kesal ke kamu lagi jane. Sini jane sama aku, aku kangen kamu.' Batin echa terus berbicara, seolah ia berbicara dengan jane. Tak di sadari, airmatanya mengalir dengan deras.
Ia membuka matanya, mengapus airmata dipipinya.
"Saya bingung apa yang saya lakukan" echa menoleh ke belakang. Dona diri di belakang echa.
"Gak ada yang harus dilakuin juga kan, semua emang udah jalannya" jawab echa acuh.
"Maaf, saya bukan orang tua yang baik buat kamu. Yang membuat saya seperti ini adalah kepergian jane, jujur saya belum sepenuhnya ikhlas, tapi saya terus mencoba untuk terus ikhlas dengan ini semua. Saya tau ini bukan salah kamu dan saya juga tidak menyalahkan kamu---" ucapan dona terpotong, echa memutar badannya
"Jane sudah tenang disana, dan saya melakukan ini untuk menebus kesalahan saya" echa meninggalkan dona yang terpaku dengan kata-kata echa.
Echa berjalan cepat menuju kamarnya, ia membuka pintu kamarnya dan segera menutupnya. Ia bersandar di balik pintu, Ia menangis sejadi-jadinya. Sejujurnya, sikap echa tadi akan membuatnya ia semakin menjauh ke mamanya, echa akui itu. Tapi kehadiran dona yang sangat tidak tepat, dimana saat pikiran echa bimbang dan emosi ia yang tak bisa terkontrol.
