Sahabat?

1.1K 24 0
                                    

Tepat pukul 03.30 Farya sudah sampai di cave tempat dia bekerja dan sudah mengganti pakaian nya.

"Loh boy belum dateng mei?" Tanya Farya yang duduk di pojok dapur berduaan dengan sahabat dekat nya Meisa yang juga bekerja di cave itu.

"Belum kayaknya Far soalnya waktu aku datang aku cuman berdua sama kak Dicky"

"Hmm" gumam Farya pelan.

"Kamu yakin mata kamu gapapa?" Tanya Meisa khawatir.

Farya menggeleng "apa mataku terlihat sangat parah?"

"Sepertinya begitu" Meisa menyentuh mata kanan Farya yang membiru agak membengkak "sakit?"

Farya menggeleng lagi "tidak sama sekali"

Meisa melepas tangan nya dari mata Farya "ini keterlaluan Far"

Farya hanya menatap kosong Meisa lalu menghembuskan napas kasar "lalu mau bagaimana? Dia ayahku mei"

"Tapi dia tega Far!"

"Dia tegas mei, aku yakin dia tidak membenciku." Ucap Farya lirih

**

"Senin kamu mulai ujian Far lebih baik kau, boy dan Meisa libur untuk satu minggu" Dicky menyarankan.

"Hah libur?" Seru boy senang.

"Tidak" seru Meisa dan Farya bersamaan.

"Loh kenapa?" Dicky mengeringkan tangan nya ke anduk bekas cuci piring pembeli.

"Ujian bukan alasan kita libur ka" Meisa angkat bicara.

Dicky menghampiri meja 3 temannya dan menarik kursi dan duduk di samping Boy. "Ini liburan buat kita" boy mengusulkan.

Dicky menyentil kepala Boy dan Boy mengaduh kesakitan "hush! Liburan apaan? Waktunya fokus belajar" ucap dicky tegas.

"Lagian sebelum ujian kita kan butuh piknik ka" ucap Boy sambil mengusap kepalanya yang sakit.

"Apaan sih boy! Ngga ada libur buat kita titik ka!" Meisa bersikeras menolak tawaran Boy dan Dicky.

"Kita cuman ujian kak kita bisa menghafal setelah kita selesai bekerja"

"Tapi ini demi kalian mei"

"Dan demi cave ini" ucap Farya menatap Dicky "kita sudah susah payah menjalankan cave ini bahkan sebelum nya ada ujian yang lebih menantang bukan? Bahkan kita bisa lewati."

"Betul kak tidak ada alasan apapun untuk membuat kita berhenti bekerja! Kita akan tetap membantu kakak menjalankan tugas ini" seru Meisa.

"Setujuu" seru Boy.

Dicky hanya tersenyum melihat tingkah teman teman nya.

"Maafkan aku merepotkan kalian" ucap Dicky lirih.

"Tidak ada yang direpotkan dan merepotkan! Kita semua tim dick! Disini kita akan bekerja sama demi cave ini" Farya memberi semangat Dicky seolah mengobarkan api semangat Dicky.

Dicky menatap mata Farya "tidak usah khawatir dengan ayahku" Farya seolah menjawab pertanyaan Dicky.

"Apa dia tidak akan curiga kalo kamu pulang malam saat musim ujian?" Tanya Meisa.

Farya mengangkat kedua bahunya "entahlah dia mungkin tidak perduli"

"Sudah pukul 8 bagaimana kalo kita pulang? Kalian seharusnya membuka buku pelajaran kalian"

"Hmmm sepertinya aku memang harus pulang Dick aku harus belajar sungguh sungguh" Farya bangkit dari duduknya.

"Jaga dirimu Far semoga ayahmu tidak memukul mu lagi" Meisa menatap Farya khawatir.

"Terimakasih meis, aku harus segera pergi."

**

"Far!" Seorang perempuan menghampiri Farya dan menghadapkan tubuhnya menatap Farya.

"Kamu?" Farya kaget saat perempuan didekatnya ternyata teman sekelasnya.

"Kamu dari siapa? Kok tadi keluar dari cave itu?" Reina menunjuk cave yang belum jauh dari tempatnya berpijak.

"Tidak harus tau!" Farya meninggalkan Reina.

"Atau kamu kerja disana ya?" Reina membuat Farya mematung dan tak dapat berkata apa apa.

Reina lalu berjalan didepan Farya dan menatap Farya tajam "iyakan?"

"Tidak" ketus Farya.

"Terus jam segini ngapain disana?" Reina terus mendesak Farya.

"Sudah aku bilang, aku menemui TEMAN ku!" Farya menekan kan kata teman dalam kata katanya.

"Oh ya? Cewe kan?" Reina terkekeh menatap Farya yang salting karenanya.

"Cowo"

"Hah? Kamu homo!"

"Apa ada urusan nya denganmu?" Farya menatap Reina sinis.

"ng.. ngga sih cuman..."

"Cuman apa?" Farya memotong pembicaraan Reina. "Ada urusan apa denganmu?"

"Tidak ada urusan denganku! Oke aku cuman ingin berteman dengan mu saja! Lagian apa bagusnya berteman dengan mister ketus sepertimu!" Reina memoloti Farya lalu pergi meninggalkan Farya yang mematung melihat punggung Reina yang menjauh.

**

Musim ulangan terakhir tepatnya hari Sabtu. Sepulang ujian Rika, Reina, Zane, Chirsty dan Anton berjalan dilorong sekolah karena mereka sudah merencanakan akan menonton film dirumah Zane. Sembari merefreshing otak mereka dari ulangan kemarin.

"Film apa ya kayanya aku gapunya kaset hantu deh" Zane memulai pembicaraan.

"Rumah kamu lewat toko Surya kan Zan?" Tanya Reina menghampiri Zane yang berjalan didepan nya.

"Iya sihh"

"Yaudah nanti kita mampir ke sana" Zane berjalan menghadap 4 teman nya berjalan mundur.

"Kamu seneng banget Rein?"ucap Anton tersenyum melihat tingkah Reina yang sumringah.

"Aku senang kembali bermain dengan kalian habisnya kemarin itu ulangan yang paling sulit masa sekolahku" saat Reina menghadap kedepan dia tidak sengaja menjatuhkan minuman bersoda yang dibawa laki laki berwajah garang dan tampan.

"Ma maap" Reina berjalan mundur melihat laki laki itu menggertakan giginya.

"Rein kami gapapa?" Anton meraih pundak Reina.

"Dia pacarmu?" Laki laki itu menatap Anton dan berjalan pelan menuju Reina.

"Mau apa kamu!" Ucap Anton dengan tangan kanan mejaga Reina.

"Aku mau apa? Justru kau yang mau apa!"

Rika menghampiri laki laki itu dan berdiri didepan laki laki itu "siapa kamu" tanya Rika lembut namun tegas.

Laki laki itu tertawa lalu menatap Rika dengan tatapan menerkam "aku Candra! Kau tak kenal aku?" Candra memukul mukul pelan dadanya seolah menantang.

"Tidak kenal" jawab Rika singkat.

"Kau tidak takut aku?" Candra mendekatkan wajahnya kearah Rika.

"Tidak sama sekali"

Laki laki itu lalu menjauhkan wajahnya dari Rika. Dia mengangkat tangan nya dan akan menampar Rika. Rika hanya menutup mata pasrah akan apa yang terjadi padanya.

Tidak! Pipi Rika bahkan tidak terasa sakit merah atau pun apapun. Rika mengusap pipinya lalu membuka matanya. Pria tampan berbadan tegap dengan halis yang tebal tengah menahan tangan Candra.

Entah berapa pasang mata yang memandang tiga orang yang sedang bertarung ini.

"Berani menampar perempuan bukan hebat namanya, tapi pantas disebut pengecut!"

Cinta Masa SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang