Mata Asing

1.2K 30 0
                                    

Semua mata tertuju pada kehadiran Farya dan Rika yang berjalan menaiki tempat duduk stadion tempat pertandingan nya Anton. Bahkan Anton menatap asing teman nya itu, entah kenapa rasanya beda sekali. Setau Anton Farya tidak gampang diajak pergi apalagi dengan genggaman tangan dari Rika. Anton bahkan tak menghiraukan bola yang dioper teman nya karena serius melihat pemandangan yang belum pernah dia lihat sebelum nya.

Rika dan Farya duduk bersampingan dengan Reina, Jane dan Christy.

"Tuh kan aku gaakan ingkar" Rika berbisik kecil ketelinga Reina.

"Kenapa harus bawa dia sih?" Reina membalas kecil bisikan Rika

"Dia udah janji jadi dia harus nepatin janjinya"

"Kenapa harus dia Rik?"

"Aku mau buktiin sama kamu kalo Farya ga seburuk omongan kamu"

"Tapi bahkan kamu baru kenal diakan?"

"Ya sih tapi kita lihat aja"

Setelah sekian lamanya Farya menonton bola dia merasa bosan dengan pandangan aneh di mata orang orang. Dia bahkan merasa asing karena pandangan mereka

"Rik" Farya mencolek lengan Rika yang sedari tadi tutup telinga karena berisik dengan teriakan Reina yang asik mensupport Anton.

"Kenapa?" Rika berbicara agak keras menyeimbangkan suara nya dengan sekitar.

"Kenapa pandangan orang orang disini aneh?" Farya berbisik kali ini agar tak ada yang mendengar.

"Apaa?" Rika tidak mendengar omongan Farya karena teriakan Reina semakin menjadi jadi.

"Mata orang orang terlihat aneh" Farya berbisik agak keras.

"Apaan sih Far?"

Farya kesal dan menatap kembali pertandingan tanpa memperhatikan kembali mata mata asing yang menatap aneh padanya.

Setelah pertandingan futsal berakhir Farya dan Rika bersama tiga teman nya berkumpul diparkiran menunggu Anton.

"Hy girl" Anton sudah berganti baju dan menebarkan senyuman manisnya.

"Hay antonn" sapa Jane bahagia.

"Hha akhirnya kamu datang Far" Anton menepuk bahu Farya.

"Aku cuma mau nemenin Rika doang galebih"

"Tapi sedikitnya kamu juga menyaksikan pertandingan perdana ku di sma ini"

"Sudahlah gausah berlebihan"

"Emm oke, makasih support kamu tadi rein" Anton menepuk pelan bahu Reina.

"Hahaha kamu hebat ton aku suka pertandingan mu tadi"

"Oh iya rein? Haha itu berkat support dari kamu" Anton mengacak acak rambut Reina.

Farya baru saja membuka pintu rumah, baginya neraka jahanam adalah saat pintu dibuka. Karena suara petir menggelegar terdengar kencang saat Farya melangkah masuk ke rumahnya.

"Kemana aja kamu Far?" Ayah Farya bertanya sambil duduk disofa dengan kedua tangan diregang kan di sofa.

"Setiap hari kamu pulang malam terus! Kapan belajarnya!" Kali ini ayah farya bangkit dan menghampiri Farya.

"Liat jam? Sudah jam 10! Darimana saja kamu!" Kini suaranya meninggi.

"Farya udah dari makam mamah pah" Farya menjawab tanpa menatap wajah ayahnya.

"Dasar tatau diri! Awas saja kalau nilaimu menurun semester ini!"

Saat ayahnya hendak membuka kamar ayahnya berbalik menatap Farya "Ingat janjimu pada ibumu Far? Jangan pernah ingkari janjimu"

Saat itu pula Farya hanya memandang punggung ayahnya yang menjauh.

Pagi pagi sekali Reina sudah diantar ayahnya ke sekolah. Saat ayahnya pergi meninggalkan Reina, Reina berjalan sendirian memasuki kawasan sekolahnya. "Dum dum" suara basket yang dimainkan. Dia yakin kalau di pagi pagi seperti ini ada orang selain dirinya. Saat dia melihat kearah lapangan seorang dengan seragam putih abu dengan jaket levis telur asin memainkan basket sendirian. Reina duduk di bangku sekolah didepan lapang basket sambil memperhatikan laki laki pemain basket itu. Baginya laki laki pemain basket itu adalah laki laki yang manco dan pastinya keringat nya membuat laki laki itu terlihat tampan. Intinya Reina menyukai laki laki pemain basket.

Dua kali masuk ke ring Reina malah memberi tepuk tangan dan membuat laki laki itu kaget. Saat laki laki itu mengambil tasnya Reina berlari menghampiri laki laki itu.

"Hey" Reina tersenyum dan mukanya kaget saat laki laki didepan nya membalikan badan.

"Farya?"

Farya hanya menatap dingin Reina.

"Kenapa?" Tanya Farya.

"Emmm engga kok"

"Oh" Farya langsung meninggalkan Reina tetapi Reina mengejar Farya dan menarik tangan Farya.

"Sedingin inikah sikap mu pada wanita!"

Farya langsung menatap Reina bingung lalu melihat tangan nya yang digenggam erat Reina. Melihat Farya memandang tangan nya, Reina langsung melepaskan tangan nya.

"Maksud kamu?" Tanya Farya.

"Ya seenganya kamu bisakan ga jutek sama cewe, atau jangan jangan?"

"Aku gay?" Ucap Farya ketus.

"Jadi! Kamu gay?!" Reina histeris.

Farya hanya menatap Reina tanpa menjawab sepatah katapun.

"Ternyata cowo cool itu cuma luarnya aja ehh ternyata dalam nya pecinta sesama jenis eoohh" Reina memutar bola matanya.

Farya langsung meninggalkan Reina yang ngomel ngomel sendiri. Sedangkan Anton yang melihat Reina dari jauh menghampiri Reina.

"Darrr!" Anton mengagetkan Reina.

"Ayamm!! Ehh Anton?"

"Morning rein" Anton tersenyum menatap Reina.

"Loh kok kamu?"

"Terus? Kamu kira ada orang selain aku?" Anton mengernyitkan dahinya.

"Ada sih tapi..."

"Tapi apa?" Anton tidak sabar.

"Lupain"

"Kamu bikin orang penasaran tau"

"Gapenting sih ton"

"Hmm btw udah makan?"

"Belum kenapa?"

"Makan yuu laper nih"

"Jadi siapa yang lapar?" Reina menggoda.

Anton terkekeh "hehe aku sih cuman ya aku butuh temen" Anton merangkul bahu Reina.

"Anter yaa?" Anton memasang wajah memohon.

"Iyaa dianter asal jangan ditraktir ya aku lagi krisis money"

"Laki laki manco maunya nraktir bukan ditraktir"

"Masaa?" Reina menggoda Anton dengan menatap Anton.

"Bodokan?"

"Ihh" reina mencubit puting Anton.

Anton berteriak seperti layaknya banci karena perlakuan Reina, Reina hanya tersenyum menatap teman laki lakinya itu.

Jauh ditempat Anton dan Reina bercanda tawa terlihat pandangan sinis laki laki kesepian. Siapa sangka

Cinta Masa SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang