Les Private

2.2K 37 12
                                    

"Bagaimana kalo kamu les private dengan anak kelas satu?"

"Ha?!"

"Itu kesempatan terakhir kamu"

"Kenapa harus sama kelas satu pak? Ada banyak les private yang lebih mahal lebih bermutu"

"Tapi bapak lebih percaya kalau anak kelas satu itu yang mengajarimu"

"Tapi siapa pak?"

Pak Jaka hanya tersenyum melihat Candra, senyuman yang licik yang Candra lihat.

**

"Kenapa harus saya pak?!" Ucap Christy sedikit takut.

"Ayolah Christ sekolah ini bergantung padamu kalau bukan kamu siapa lagi yang akan mengajari Candra. Ini kesempatan buat ngerubah candra" mohon Pak Jaka.

"Ta... tapi pak bukanya sekolah ini melarang adanya kerja sampingan ya?"

"Iyasih" Pak Jaka menggaruk kepalanya yang tidak gatal "tapi ini juga demi masa depan anak didik bapak mau kan Christy?"

"Tapi kalo saya di apa apain gimana pak?"

"Setiap kamu les sama Candra bapak akan menjaga kalian didepan kelas"

"Hmmm" Christy tidak pernah merasakan seseorang memohon mohon seperti itu "baiklah pak"

"Terima kasih Chris" Pak Jaka tersenyum senang mendengar jawaban dari Christy tapi Christy hanya tersenyum terpaksa.

**

"Kamu sering disini ya Far?" Tanya Reina yang duduk disamping Farya.

"Iya"

"Hmm, berapa nilai rapot kamu?"

Farya langsung menoleh kearah Reina dan mengernyitkan dahinya "untuk apa kau tau?"

"Kitakan teman Far masa aku gatau nilai rapot kamu?"

Hening..

"Oke aku juga rengking dua loh dikelas" ucap Reina tersenyum

"Gananya" farya memalingkan mukanya menatap pemandangan diatas atap sekolah.

"Ih Far!" Reina mengerucutkan bibirnya.

"Aku rengking 22" Farya memecahkan keheningan yang sengaja dia buat.

"Ha? Far nilai kamu kan bagus bagus? Kok bisa sih? Ayah kamu ga marah?"

Farya menoleh lagi kearah Reina dan menatap manik manik mata Reina "dia marah kalau tau"

"Dia pasti akan menegurmu Far"

"Tidak dia tidak akan seperti itu mungkin lebih dari itu"

"Maksudmu?"

"Dia pasti akan melayangkan lagi pukulan nya"

"Hahaha" Reina tertawa "kamu ga lagi bercanda kan?" Reina menahan tawa.

Farya hanya menatap Reina kesal "mananya yang lucu?"

Reina langsung merubah wajahnya "ma..maaf."

Hening kembali saat Farya tidak kembali menatap Reina.

Reina meraih bahu Farya dan Farya menatap Reina saat tangan Reina mengusap pelan bahu Farya "kamu boleh cerita kok Far" ujar Reina tersenyum.

Farya hanya menatap Reina kosong.

Saat itu aku baru berusia 9 tahun aku duduk dibangku sekolah dasar. Setiap ulangan nilai ku sering diatas rata rata, bahkan aku selalu rengking satu di kelas dan pernah ikut lomba cerdas cermat.

Ayah dan ibuku adalah keluarga harmonis bahkan tidak ada pertengkaran diantara mereka. Ayahku laki laki yang sangat tegas dia selalu marah kalau nilaiku tidak bagus. Dia juga mengajari ku arti laki laki sejati, dari sering latihan memukul dan latihan berani menjadi seorang laki laki. Bahkan ayahku benci dengan kata pacaran, dia melarang ku mengenal arti pacaran.

Saat itu aku memiliki sahabat perempuan yang dekat dengan ku namanya Meisa Silviani. Dia sahabat dekat ku, rumah ku berdekatan. Pulang dan pergi sekolah kita sering bersama tapi kelas kita berbeda. Hingga suatu saat aku memiliki anak baru dikelasku. Namanya Dinda Sridita.

Saat Meisa di pindahkan sekolah karena ayah nya bekerja di Lampung, aku sangat kesepian. Dia memberiku kalung foto kita berdua. Aku hanya menatap sepi poto kita kalau aku rindu padanya. Kami tidak putus komunikasi, ada email yang sering menemani ku berkomunikasi dengan nya.

Saat itu aku hanya dekat dengan Dinda. Kita sebangku satu kelas. Kita sering jajan bersama, keluar bersama dan sering main bersama. Dia bisa menggantikan posisi Meisa. Saat itu ibuku membuat sebuah cave kecil bernama "Farna" (farya dinda). Cave itu diurus oleh ibuku dan kakak nya Dinda Dicky. Dan pada suatu saat Meisa tidak memberiku kabar lagi saat aku memberi tahu kalau aku suka pada Dinda.

Dan akibat fatalnya terjadi saat aku kelas 6 sd. Aku sering bolos sekolah, bahkan saat itu aku tidak pernah datang ke cave karena aku sibuk menghabiskan waktu dengan Dinda. Aku tidak tau kenapa tapi aku sangat nyaman bersamanya. Aku sering melawan pada ayahku karena ayahku selalu membesar besarkan hal kecil. Nilai ku anjlog dan sudah di putuskan tidak naik kelas hingga ayahku memarahiku habis habisan.

Dan saat itu aku kabur dari rumah bersama Dinda. Dinda menyuruhku tinggal bersamanya dan aku menerimanya. Aku tidak pulang selama satu bulan sampai akhirnya Boy teman ku menelpon ku kalau ibuku dirawat dirumah sakit. Hatiku pilu sakit dan merasa sangat bodoh. Aku lebih memilih egoku daripada ibuku sendiri.

Saat itu hujan sangat deras, aku berlari di saat hujan mengguyur badanku aku tidak perduli dengan jarak rumah Dinda kerumah sakit, aku hanya perduli ibuku. Bagaimana kondisinya? Apakah ada ayah disamping ibuku? Apakah ibu akan sehat jika aku kembali? Akal sehatku mulai rusak hatiku sangat sendu mataku terus berair. Ini teramat sakit teramat bodoh aku benar benar menyesal.

"Mamah" ucapku saat di dalam ruangan itu hanya ada Boy dan Dicky.

Aku langsung memeluk ibuku yang juga memeluk erat diriku. Aku rindu sangat rindu padanya, air mataku tumpah dan tak henti hentinya mengucapkan maaf.

Dan saat itu aku selalu menemani ibuku. Sepulang sekolah aku selalu menemani ibuku dan selalu menjaga cave ibuku, bahkan aku tidak ingin makan kalau ibuku sudah kumat.

"Mah?"

"Ada apa anaku sayang?"

"Papah kok jarang kesini?"

Ibuku hanya tersenyum terpaksa mendengar ucapan ku. Ibuku menceritakan nya kalau semenjak aku pergi ayahku sering menyalahkan ibuku tidak becus lah bodoh lah. Hingga akhirnya ibuku jadi korban KDRT.

Hingga suatu saat ayahku tidak pulang kerumah dan banyak kabar mengatakan kalau ayahku menikah lagi dengan janda beranak satu. Karena banyak pikiran ibuku terkena serangan jantung dan dibawa kerumah sakit.

Terasa hantaman keras di dadaku entah kenapa rasanya sakit sekali aku hanya mampu menangis dan menangis hingga akhirnya saat itu ibuku meninggal dunia karena jantungnya kembali kumat.

Aku kesepian, Boy, Dinda dan Dicky sudah berusaha menenangkan ku tapi aku tetap merasa kehilangan. Hingga suatu saat ayahku diberi hak asuh untuku. Ayahku selalu menyalahkan kematian ibuku padaku. Sampai serumah pun kita tidak pernah saling bertemu tatap mata saja sudah jarang. Aku benci pada ayahku.

Sampai aku berumur 14 tahun kelas 3 SMP aku, Boy, Dinda dan Dicky menjaga cave. Dan saat itu Meisa baru pulang dari Lampung dan kami berlima berniat menjaga cave itu demi ibuku.

Bahkan aku jarang pulang karena sibuk dengan cave ibuku. Dan kemarin tepat saat hari kematian ibuku Dinda meninggalkan aku karena dia akan bertunangan dengan teman nya. Padahal aku sudah lama berpacaran dengan nya.

Aku menutup diriku karena aku benci wanita dan benci hidupku. Aku benci memberi tahu perihnya hidup ku tapi aku butuh orang untuk selalu ada untuku. Dan aku tidak tahu sampai kapan aku bisa bertahan dengan ini semua...

Cinta Masa SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang