Diam diam

2.1K 44 0
                                    

Bel! Tanpa menunggu lama Farya langsung menyambar tas nya dan berjalan menuju pintu kelas, tak menghiraukan Anton yang kini sedang akrab dengan gadis gadis, sungguh tak ada kemauan untuk seperti itu.

Telepon tadi pagi cukup meyakinkan hatinya bahwa semua gadis sama saja. Bahkan dia sudah tekadkan tidak akan memposisikan wanita dihatinya, meskipun besar keinginan nya untuk mendapatkan wanita yang selama ini dia damba. Dia dingin pada semua wanita karena dia takut, dia takut saat dia memulai kisah cintanya wania itu malah memperjuang kan cinta yang lain atau malah meninggalkan nya. Dia tidak ingin masuk ke lubang yang sama untuk ke dua kalinya. Meski dia tidak bisa berbohong dengan perasaan nya yang sangat ingin mendapatkan gadis impian nya.

Farya terus membaca sms yang Dinda mantan kekasihnya kirimkan. Bukan sakit saat mendengar pertunangan Dinda tapi sakitnya saat perjuangan Farya terhenti di tengah jalan. Kini Farya harus bisa merelakan kalau akhirnya gadis pujaan nya pergi meningalkan nya. Mungkin itulah hal yang bisa dia lakukan karena dia yakin Dinda bahagia tanpa nya.

Duk!

Seorang gadis terjatuh  bersamaan dengan hape Farya yang dia pegang. Gadis itu terlihat sangat rapi dimata Farya sanggulan rambutnya yang ditata rapi dan kacamata yang dia pakai cukup membuat Farya menyukai penampilan gadis itu. Swetter ping yang wanita itu pakai pas dengan tas gandong ping nya.

Gadis ini memandang mata Farya cukup lama membuat Farya merasa risih. Memang dengan penampilan ini Farya cukup menyukai gadis ini tetapi bukan berarti dia suka dengan pandangan gadis didepan nya ini. Pandangan nya seolah iba dimata Farya.

"Jangan menatap ku seolah iba!"

Merasa di pandang aneh , Farya angkat bicara.

"Kenapa? Apa aku tampak aneh dimatamu?" Farya tampak risih saat gadis itu mengernyitkan dahinya.

Farya langsung mengambil hapenya lalu membukukan badan nya kearah wanita yang tak sengaja dia tabrak.

"Kalau kau merasa aku aneh dimatamu, kamu tak seharusnya memandang ku begitu! Aku tak suka. Ayo bangun aku tak mau anak lain menyangka kita sedang berantem atau lain hal nya. Aku benci tatapan orang" Farya langsung meninggalkan gadis yang dia tubruk dan memakaikan hensed di telinga nya agar dia terlihat tidak perduli. Tapi jauh dilubuk hatinya dia suka wanita tadi.

~

"Kenapa lama sekali Rika?" Papah Rika sudah hampir menunggu Rika di depan gerbang dengan mobil limosin favorit nya.

"Maaf pah apa ika bisa libur satu hari?"

"Tidak ada libur di les mu Rika! Papah tidak mau satu kali libur membuat nilai ujian mu jelek"

"Tapi pah hanya satu hari"

"Bahkan semenit pun tidak"

"Pah pliss"

"No! Masuk mobil"

"Paaa.." Rika mulai pasrah

"Tidak ada tolakan!"suara papah mulai tinggi

"Oke" dengan malasnya Rika memasukan badan nya kedalam mobil.

Dan jauh dari tempat parkiran mobil papah nya Rika seorang laki laki memandang iba gadis yang dia suka dan harus berusaha sabar menunggu hal indah yang nantinya akan tiba jika sudah tepat pada waktunya.

~

Tiit... tiitt... tiitt

Suara alarm berdering seolah membangunkan jiwa raga mahkluk hidup yang sedang tenang di alam mimpinya.

"Apa! Setengah 7?!"

Tanpa lama berfikir, Farya langsung bangun dari kasurnya dan langsung berlari ke kamar mandi membersihkan badan nya agar tidak tercium aroma khas tidurnya.

Farya langsung memarkirkan motor nya dan langsung berlari kecil ke sekolah nya. Tampak sepi karena sebagian murid sudah mengikuti pelajaran nya masing masing.

Saat hampit tiba di gerbang Farya langsung berlari cepat mengejar angin yang nantinya akan menutup gerbang sekolahan SMA1 itu.
Saat Farya sudah menggapai gerbang yang akan ditutup sosok tegap gagah yang sering memarahi anak anak yang kesiangan, sebut saja pak Jaka. Farya membuka gerbang dan segera masuk ke sekolah nya tapi mendengar suara langkah kaki berlari, Farya membalikan badan nya dan melihat seorang gadis cantik berlari sekuat tenaga untuk menggapai gerbang sekolah. Dengan sigap Farya langsung membuka gerbang sekolah dan meraih tangan gadis yang setengah berlari itu. Lalu menarik tangan gadis itu dan menutup gerbang.

~
"Makasih ya" Reina memecahkan keheninan yang sedari tadi hanya terdengar nafas yang sangat lelah di sepanjang koridor sekolah. Dengan tersenyum pada Farya yang sudah menolong Reina.

"Tak apa"

Reina tersenyum kecut mendengar jawaban Farya. Yang menjawab tanpa menatap mata Reina hanya fokus pada jalanan lurus kearah kelas.

"Dimana kelasmu?" Kali ini Farya yang bertanya tapi tetap tidak lepas dari arah koridor sekolah.

"Kita sekelas Far"

"Oh ya?"

"Wajar saja aku tidak terkenal sepertimu"

"Maksudmu?" Kali ini Farya menatap mata Reina.

"Bahkan dengan sikap ketusmu pun kamu masih saja dikenal banyak orang"

"Oh" Farya kembali menatap ke depan

"Jawaban singkat yang sangat jelas"

"Ohya?"

"Ya, bahkan saat aku duduk dibelakang mu pun kamu tidak tau Far? Ayolah jangan pernah sibuk sendiri"

"Maksudmu?" Farya menghentikan langkahnya saat berada di tangga kedua.

"Maksudku kali kali liat kek sekeliling kamu kenapa harus sibuk dengan masalah kamu sendiri sih" Reina masih berjalan menyusuri tangga.

Farya menarik tangan Reina dan mereka saling bertatapan.

"Kau tidak usah mengatur hidupku"

"Aku.. aku ngga maksud begitu Far" Reina gugup saat mata hitam pekat itu menatap bola matanya.

"Lalu apa maksudmu? Kau stalker? Kenapa sepertinya kau tau banyak tentang aku?"

"Aku bukan stalker!" Reina mendorong Farya "maaf itu cuman saran untuk mu aku tidak bermaksud sekalipun untuk mengetahui banyak tentang mu!".

"Baiklah. Ada satu hal yang ingin aku tanyakan"

"Apa?"

"Apa kau menyukaiku?"

Cinta Masa SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang