2.

89 7 3
                                    

“OMI… OMI… NAOMI… NAOMI MAGDALENA”

Koor membahana terdengar dari depan kelas 12 IPS 1 membuat perhatian banyak siswa teralihkan.

Pemilik nama yang berada di dalam kelas tidak mendengarnya karena ia sedang mendengarkan musik bervolume keras dengan perantara earphone.

“Berisik banget lu pada, Naomi nya lagi budeg didalem” jawab Fahri, sang ketua kelas, yang secara tidak langsung menyuruh Nuel, Jo, Steve dan Leo masuk ke dalam kelas untuk menyeret Naomi.

Memang anak itu sudah disuruh langsung ke studio band, tapi karena malas dan lelah naik tangga akhirnya ia memilih untuk dikelas.

Dengan begitu mereka berempat langsung berlari menuju ke tempat Naomi duduk. Ia sedang sendiri.

Karena Bebie sedang ke perpustakaan untuk meminjam novel.

Posisi Naomi memang tidak memungkinkan untuk sadar akan kehadiran teman-teman band-nya, karena saat ini dia menunduk, meletakan kepalanya diatas tangan kanannya yang terlipat.

Dengan begitu mereka berempat langsung mempunyai ide untuk menggendong Naomi bersama-sama a.k.a menggotong paksa. Steve langsung memberi aba-aba, “1……..”

“…. 2”

“WAYO LOOO” teriak mereka berbarengan sambil mengangkat tubuh Naomi terlepas dari posisi nyamannya.

“ASTAGA DRAGON” teriak Naomi dan teman sekelasnya tidak berniat sama sekali untuk membantunya, justru mereka senang melihat tontonan kejahilan empat orang most wanted disekolah ini, “TURUNIN
GUE KAMPRET. GUE CEWEK WOY, ROK GUE INI ASTAGA”

Dengan tawa berat dan keras akhirnya mereka menurunkan Naomi di depan kelas 12 IPS 3 karena mereka akan menaiki tangga. Untuk informasi, kelas Naomi berada paling pojok koridor.

Naomi yang ingin membalas kekagetannya akhirnya menjitak mereka satu persatu, “Orang gila dasar main angkut perawan aja”

“Omi masih perawan? Serius?” tanya Jo dengan nada suara kaget dibuat-buat.

“Wah mulutnya minta di cium nih Mi” yang membalas malah Steve.

Jo langsung merentangkan tangannya berniat memeluk Steve dan memajukan seperti ingin mencium, “Aku mau di cium sama kaka Steve dong muah muah”

“Aku juga dong” Leo mengekor.
Naomi masih mengelus dada dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya berkacak pinggang.

Jo, Steve dan Leo langsung menaiki tangga sambil berlari dikejar-mengejar, meninggalkan Nuel dan Naomi di anak tangga paling bawah.

“Kaget?” tanya Nuel.

“Menurut ngana?!"

Nuel hanya tertawa melihat balasan pertanyaan pedulinya. Memang itu pasti sangat mengaggetkan karena tiba-tiba digendong dan dibawa paksa oleh empat orang cowok ganteng. Oops.

Kemudian mereka berdua berjalan menaiki tangga menuju studio band. Hening. Dan pertanyaan dari Nuel memecah keheningan.

“Dapet observasi dimana?”

Yap. Seluruh kelas 12 memang dapat tugas observasi tentang bahasa sehubungan dengan bulan bahasa.

Naomi yang tak siap dengan pertanyaan Nuel hanya menoleh dan mengangkat alis.

“Dimana, Omi?”

“Hah? Oh itu- di…” jeda lama karena Naomi mengambil napas panjang dan menghembuskannya, “di SMA Harapan”.

Tuntas. Tuntas sudah pertahanannya. Kepalanya langsung tertunduk lesu.

“Gue juga” info singkat dari Nuel membuat kepala Naomi langsung terangkat dan menoleh kearahnya dengan tatapan ‘Serius lo nu?

“Iya gue serius, santai aja Mi” balas Nuel merangkul bahu Naomi menenangkan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“ Beneran?”

“Iya beneran lah Mi. Tapi ya pasti ada konsekuensinya”

Mereka berlima sekarang sedang di studio band untuk berdiskusi mengenai jadwal pelombaan.

“Nu, tapikan kita udah kelas 12, dapet izin?” tanya Naomi bingung.

“Nah seperti yang tadi Jo bilang, pasti ada konsekuensinya” jawab Nuel.

Naomi yang langsung nalar akan kejadian setelah lomba, dimana mereka akan di introgasi oleh wali kelas, kemudian guru BK lalu guru-guru lainnya yang akan menyalahkan mereka padahal tidak ada
sangkutpautnya.

“Gue gatau deh, terserah kalian aja” Naomi terlihat pasrah dengan menyenderkan tubuhnya lemah ke dinding.

Leo yang tak puas dengan jawaban partnernya, angkat bicara, “Ya jangan terserah dong Omi, keputusan bersama nih”

Naomi yang bingung harus bagaimana akhirnya melihat satu persatu wajah teman bandnya, “Kalian yakin menang? Rivalnya parah gila”

“Jo yakin”

“Steve sangat amat yakin”

“Leo yakin seyakin-yakinnya”

Kalau Nuel hanya menghedikan bahunya.

“Kalau gitu, gue oke”

“Serius Mi?” tanya Leo tak percaya.

“Iya sayaangggg”

“Oke. Kapan kita latihan?" tanya Jo dengan semangat 2016.

"Secepatnya." jawab Naomi, Nuel berbarengan.

"Oiya, btw pada dapet observasi dimana? Kelompok gue parah gila gak ada yang rajin"

Naomi hanya mengangkat sebelah alisnya malas menanggapi obrolan tentang observasi, "Situ curhat Le"

"Yailah gaya bener dah Omi. Tenangin temen yang menderita kek gitu" mulai lagi ke sok-imut-annya.

"Yang ada temen kelompok lo bego yang menderita" kali ini Steve ikut ambil bagian membully Leo.

"Kok?"

"Yaiyalah.. justru lo yang gak pernah rajin solihiinnnn"

"Tai lu Jo. Jangan bawa-bawa solihin nanti dia gak mau di contekin lagi sama gue"

"Gue punya temen begini amat sih?" desah Naomi pelan yang ternyata masih bisa terdengar ketelinga empat cowok dihadapannya.

Leo tak terima, "Yeee si Omi, beruntunglah punya temen kayak kita solidnya. Eh pertanyaan gue belom dijawab, pada dapet observasi dimana?"

"Omi kebagian sama kayak gue"

"Dimana Nu?"

"SMA Harapan"

"Wuuiiihhh enak tuh deket. Nah gue jauhnya kayak ke planet" sambar Leo yang tak peka dengan wajah Naomi yang berubah mimik.

"Sstt bacot banget sih Le" Jo yang peka langsung menjitak kepala Leo sambil melirik ke arah Naomi yang sedang merunduk sambil memainkan karpet studio yang berbulu dengan jari telunjuknya.

"Jangan diungkit lagi" perintah Nuel kepada Leo tanpa suara, yang artinya hanya menggunakan gerakan bibir.

"Yaudah guys, tentuin lagu aja yuk" ajak Naomi mengalihkan suasana yang tadinya tidak enak.

AUDACITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang