3.

77 6 0
                                    

Setelah melakukan diskusi di ruang studio band, pada jam pelajaran terakhir mereka berlima kembali ke kelas masing-masing.

Nuel, Jo, Steve, Leo dan Naomi memang tidak ada yang satu kelas.

Naomi masih sibuk dengan pikirannya sendiri yang melayang membayangkan apa yang terjadi jika ia bertemu dengan dia.

Masih dengan menopang dagunya dengan tangan kanan, kemudian pindah ke tangan kiri disertai dengan helaan napas panjang.

Begitu seterusnya hingga suara si kembar menginterupsi pikirannya.

“WOY MBAK BRO”

Naomi langsung tersentak kaget dari lamunannya, “Gak usah ngagetin bisa gak duo Val?”

Tak ada guru. Itulah kemerdekaan para siswa.

Valdo dan Valdi hanya terkekeh menghadapi kekesalan Naomi. Mereka berdua langsung duduk di bangku depan Naomi dan menghadap belakang, yang artinya berhadapan dengan Naomi.

“Gimana Mi besok? Kita jemput di rumah apa ketemuan?”

“Jemput aja deh Di, gue males jalan keluar rumah” jawab Naomi.

“Tapi abang lo gimana Mi?” kali ini Valdo yang bertanya karena ia ragu abangnya Naomi menerima mereka menjemput Naomi dirumah.

“Yaampun Do, emang abang gue monster apa? Santai aja kali”

Dua kembar itu hanya mengangguk mendengar pernyataan teman kelasnya tersebut.

Ya memang Naomi sekelompok dengan Valdo dan Valdi dalam hal tugas observasi. Dan untungnya mereka bukanlah cowok malas yang hanya menggantungkan nilainya kepada orang lain. Justru mereka
yang sebagian besar mencari pertanyaan wawancara ketimbang Naomi yang sering tidak fokus.

Naomi langsung berinisiatif untuk meminta persetujuan dari si kembar, “Oh iya, Nuel bareng kita ya? Dia sama kelompoknya juga dapet di SMA Harapan. Gimana? Boleh ga?”

“Boleh” jawab Valdo dan Valdi berbarengan, “Emang kelompoknya Nuel siapa aja?” tanya Valdi ingin tahu.

“Kalo gak salah denger sih tadi Nuel, Jerry, Adnan”

“Otomatis lo cewek sendiri dong Mi?”

“Yaiyalah Do” balas Naomi dengan memutar bola mata tanda jengah dengan pertanyaan Valdo, “Gue gak ganti kelamin kali”

“Emang gak risih Mi?”

“Kenapa harus risih?”

Valdo dan Valdi hanya terkekeh sambil mengacak rambut Naomi bersamaan, yang langsung tangan mereka berdua di tepis oleh Naomi, “Hish. Hari banyak banget yang ngacak rambut gue. Bikin kusut tau”
nada suara Naomi terdengar lucu karena kesal, sambil membenarkan tatanan rambutnya ia bergumam.

“Habis rambut lo kayak minta di elus gitu loh Mi. Yaudah kita balik kebangku ya, besok jam 8 pagi kita jemput dirumah”

“Siap”

“Jangan ngaret ya Mi”

“Iya bawel”

Dengan begitu Valdo dan Valdi kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.

Sementara Naomi hanya berharap hari esok untuk di skip. Dengan helaan napas panjang ia kembali termenung mengingat
kejadian hari minggu kemarin.

Flashback on

“Naomi, kamu jadi seksi konsumsi ya”

“Oke ka ”

Di gereja, kelompok anak muda akan mengadakan jalan-jalan ke Bandung dan semuanya harus terlibat dalam kepanitian.

Masalahnya Naomi termasuk orang yang pasif di gereja dan itu membuatnya susah
berkoordinasi dengan yang lain. Berbeda sekali dengan pribadinya disekolah yang sangat mudah mendapatkan teman walaupun sebagian besar adalah cowok.

Naomi tidak bisa relax karena dia saat ini duduk tepat di belakang bangkunya. Yang hanya bisa ia lakukan adalah memainkan kedua jempol tangannya untuk melampiaskan kegugupan.

Sudah dikatakan Naomi yang saat ini sangat berbeda dengan Naomi yang mudah mengendalikan diri, Naomi yang percaya diri, Naomi yang berani menyatakan pendapat, Naomi yang segala hal dalam
dirinya bisa diandalkan. Sangat jauh berbeda.

“Kevin kamu jadi seksi logistic ya. Jadi kamu yang nanti mengatur pengangkutan alat-alat yang diperlukan, konsumsi dan lain sebagainya”

“Siap ka”

Mendengar suaranya membuat hati Naomi gundah.

Sedekat ini. Kita duduk sedekat ini. Tapi kenapa seakan gak ada kesempatan untuk kita interaksi’ Naomi hanya bisa berkata dalam hatinya tanpa menyuarakannya secara langsung.

“Oke, kayaknya segitu aja rapat hari ini. Minggu depan kita rapatkan lagi” jelas Nico sebagai ketua panitia, menyudahi rapat yang diadakan.

Diakhiri dengan doa bersama kemudian bersalam-salaman.

Bagian ini yang Naomi takutkan. Bersalaman dengan-nya.

Sebisa mungkin ia menghindar dari Chris. Ya, Kevin Christian. Memang yang lain memanggilnya dengan sebutan Kevin, tapi dirinya sudah terbiasa dengan Chris, panggilan masa kecilnya.

Mungkin Naomi pikir ia sudah cukup jauh dari jangkauan untuk bersalaman dengan Chris, tapi saat berbalik badan, ia langsung mendapatkan Chris tepat dibelakangnya.

Haduh mampus gue

“Tuhan memberkati” Chris langsung memajukan tangan kanannya untung menyalami Naomi.

Naomi yang bingung harus bagaimana akhirnya reflex menyambut jabatan tangan Chris, “Tuhan, mem- memberkati juga”

Naomi lihat itu. Ia bahkan sangat melihatnya. Chris tersenyum kecil juga melihat kearahnya. Kejadian langka.

Ternyata kebahagian itu berlangsung sangat cepat.

“KEVIN”

Jabatan tangan mereka langsung terlepas, tepatnya dilepaskan oleh Naomi karena tatapan Chris sudah beralih kearah sumber suara.

“Kevin kita belum salaman tau”

Martha Rosaline.

Dihadapan Naomi mereka berdua bersalaman dan tersenyum satu sama lain.

Terlihat bahagia.

Tak perlu izin dari kedua manusia ciptaan Tuhan tersebut, ia langsung beranjak dari tempatnya berdiri.

Perih.

Naomi langsung mengelus dadanya menenangkan diri.

Naomi sadar. Dari dulu emang begini. Kenapa masih terasa sakit sih?’ hatinya terus menyuarakan mantra-mantra penenang.



Berharap ada voment. Thanks.

AUDACITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang