8.

50 5 2
                                    

"BANG SEAANNN... DARURAT INI"

Tanpa mengetuk pintu kamar Sean terlebih dahulu, ia langsung menerobos masuk kedalam kamar abangnya itu yang untungnya tidak dalam keadaan terkunci.

Tapi sialnya, Sean dalam posisi tidak menguntungkan. Ia baru saja selesai mandi yang artinya hanya sebuah handuk melilit pinggulnya menutupi dari tulang pinggul sampai 3 cm di atas lututnya. Dengan kata lain dia Naked.

"YA TUHAN OMI... Masuk kamar abang ketuk dulu, kalau tadi abang telanjang gimana?!"

Naomi yang memasang persediaan muka datarnya hanya menjawab, "Yaila bang, Omi gak napsu kali sama sodara sendiri"

Sean mendengus sebal mendengar perkataan adiknya itu, "Of course you aren't, but how about me?"

Naomi hanya rolling eyes, karena tau abangnya itu hanya bercanda.

"Kenapa kesini?"

"Pakai bajumu dulu bang, baru nanti Omi jelasin"

"Udah gak minat" jawab Sean simple.

"Tinggal sana di hutan kalo udah gak minat pakai baju"

"Mulutmu itu loh Mi"

Dan Naomi hanya tersenyum dengan perasaan bersalah karena mulutnya tidak bisa dihentikan untuk membalas perkataan abangnya tadi.

"Bang dibawah ada Christ," Naomi mulai menjelaskan keadaan yang menimpanya.

"Terus?"

"Omi gak tau kenapa dia kesini. Setau Omi dia cuma nganterin tante Lussy kesini, tapi kenapa dia mampir juga Omi gatau"

"Hm terus?"

"Terus mama suruh Omi temenin dia di ruang tamu. Astaga demi keteknya Hulk, mana berani sih Omi nemenin dia bang?!"

"Terus?"

Naomi langsung memasang muka seperti Herp kemudian dengan sarkasnya ia menyindir respon abangngnya, "Pantes jomblo"

Sean yang tak menyadari letak kesalahannya, "apa tuh maksudnya?" katanya sambil bertolak pinggang.

"Ya Omi lagi jelasin jangan bisanya ngomong terus terus terus doang dong bang, hargain kek"

"Berapa?"

"Haishh abang maah" Naomi mencak-mencak kesal dengan Sean.

"Yaudah intinya?"

"Intinya itu....... temenin Chris sana bang" tancap Omi final.

"Kok abang? Kamu tuh belajar berani Mi. Ngumpet mulu kayak curut"

Naomi membenarkan abangnya. Tapi ia juga tidak mau dipersalahkan. Salahkan saja keadaan yang membuat semuanya berubah.

Tak tega dengan mimik wajah adiknya yang sudah pasrah itu akhirnya Sean membantu, "Sana ke kamar. Nanti abang yang temenin Kevin dibawah."

Raut wajah Naomi langsung berbinar seketika, "Beneran bang?? Asooyy memang abang paling top deh. Omi ke kamar ya, bye"

Ia kemudian keluar kamar Sean dan masuk ke kamarnya yang berada di sebelah kamar Sean. Sementara Sean hanya bisa maklum dengan tingkah adiknya itu.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Halo Beb?"

Memang setelah masuk ke kamarnya, Naomi langsung menyambar handphonenya untuk menghubungi Bebie.

"Kenapa Mi?"

"Beb, mau tau gak? Chris ada dirumah gueeeee" Naomi mengadu ke Bebie sambil merengek seolah Bebie adalah kakaknya.

"SERIUSANNN??!!"

Mendengar suara Bebie yang menggelegar, Naomi langsung menjauhkan hp nya dari telinga, kemudian didekatkannya lagi,

"Iya seriusan. Gimana ini? Masa gue dikamar terus-terusan sampai dia pulang? Dia pasti pulangnya masih lama nih haduh"

Hanya berjalan mondar mandir sambil bertelepon ria didalam kamarnya. Bingung.

"Yaampun Mi, santai aja gitu, anggap aja dia gak ada. Jadi lakuin aja kayak lo biasa di rumah gitu"

"Ya gak bisalah Bebie.... Gimana pun kan gue tetep lihat dia"

"Iya juga sih ya" suara di seberang sana juga terdengar bingung sama halnya dengan si penelepon.

"OMIIIII... NAOMI SAYAANG TURUN DULU NAK" suara lain berasal dari lantai bawah rumahnya.

"Beb udah dulu ya, kayaknya ibunda tercinta mengandung, eh memanggil maksudnya"

"Oke deh, Senin cerita ya, 'cause weekend kita kan gak jalan"

"Siap, bye" Naomi langsung mematikan sambungan teleponnya dengan Bebie.

Menarik napas panjang dan menghembuskannya. Barulah ia turun ke lantai bawah untuk memenuhi panggilan mamanya.

Sesampainya dibawah, ia langsung berlalu cepat ke dapur, takut-takut Sean jahil memanggilnya untuk berhadapan dengan Chris.

Sesampainya di dapur, ia mendapati kedua wanita keibuan itu sedang asik membuat sambal rujak, "Kenapa mah?"

"Tolong beliin mama gula merah dong Mi, kurang ini kayaknya buat sambal"

Vonny kemudian mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya untuk membeli gula merah.

"Beli di bude sayur depan komplek aja ya Mi, lebih murah soalnya" dan lebih jauh. Suruh mamanya sambil memberikan uang itu ke Naomi.

"Sekilo mah?"

"Ih banyak banget" tante Lussy yang menyahut.

"Setengah kilo aja Mi" kata mamanya

Naomi hanya mengagguk mengerti dan pergi untuk membeli gula merah.

Harus melewati ruang tamu. Itu yang ia sesalkan. Terlihat abangnya sedang bercengkrama yang pastinya sudah berpakaian lengkap, dengan cowok yang ia sukai. Yang membuat irama jantungnya berdinamika aneh.

Naomi berjalan cepat. Tanpa menoleh ke arah dua cowok itu. Sedikit lagi ia berhasil untuk melalui rintangan hatinya. Tetapi keadaan berkata lain.

"Eh Mi Mi Mi tunggu"

'Dan pada akhirnya, bang Sean pun mengkhianati gue' kata hatinya.

Naomi berbalik badan dan langsung menatap Sean. Ia tidak mau menoleh sedikit pun ke arah Chris. Kalau bisa wajahnya ia taruh dulu di saku celana agar tidak terlihat oleh Chris.

Tanpa mengatakan apapun, ia hanya mengangkat sebelah alisnya, bertanya apa yang dibutuhkan abangnya sehingga beraninya menahan ia lebih lama dalam suasana seperti ini dengan Chris.

"Mau ke mana Mi?"

Formalitas.

"Ke bude sayur, kenapa?"

"Titip korek Mi"

"Bang Se ngerokok?!" Naomi kaget dengan permintaan abangnya.

"Engga kok! Buat Kevin itu koreknya"

Spontan matanya beralih ke arah Chris dengan tatapan tidak menyangka.

"Gue gak ngerokok. Itu buat ulang tahun temen" jelas Chris tanpa diminta.

Tanpa sadar, Naomi bernapas lega. Tentunya kedua cowok dihadapannya pun juga tak sadar.

Naomi langsung menyodorkan tangan kanannya dengan telapak tangan terbuka, ke arah Sean, "Yaudah mana sini duitnya"

Sean melihat kearah Chris sambil menghedikan dagu kearah tangan Naomi. Kode untuk memberikan uangnya.

"Gue ikut aja bang, sekalian jalan-jalan"

'Mati gue'.

AUDACITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang