Jadilah sekarang mereka berdua berjalan menuju ke bude sayur depan komplek untuk membeli setengah kilo gula merah pesanan Vonny dan satu korek api untuk Chris.
Diam dalam kecanggungan.
Naomi sesekali melirik ke arah Chris yang sedang fokus memainkan handphone. Dan ia merutuki dalam hati berkali-kali mengecek handphone miliknya tetapi tetap tidak ada notifikasi dari siapapun. Padahal biasanya grup Line kelasnya tidak pernah berhenti berdialog. Selalu saja ada bahasan walaupun kebanyakan tidaklah penting.
Tapi hari ini seolah semua temannya setuju menambah kesan awkward dirinya dengan cowok disamping kanannya itu.
'Kenapa gue bisa kejebak gini sih sama dia?!' Naomi tak berhenti bersungut didalam hati.
Sampai pada akhirnya telepon genggamnya berdering menandakan panggilan masuk. Dilihatnya nama penelepon kemudian melirik Chris yang sekarang sedang menoleh ke arahnya karena suara handphonenya tadi.
"Halo Nu? Kenapa telepon?" Tanpa ba-bi-bu-be-bo Naomi langsung mencecar cowok yang sedang meneleponnya itu.
"Bang Se ada dirumah Mi?"
"A-ada kok. Kenapa emang Nu?"
"Lo radang?"
"Enggak kok"
"Itu suaranya aneh"
"Haish udah gak usah dibahas. Kenapa nanya bang Se?"
Di seberang sana Nuel tersenyum karena Naomi sudah kembali menjadi dirinya.
"Mau minjem kaset PS"
"Kenapa gak telepon ke dia aja langsung? Kenapa harus lewat gue coba? Dasar cowok"
Rentetan pertanyaan Naomi yang kesal sangat lucu didengar oleh Nuel dan Chris.
Naomi tak sadar bahwa Chris sedari tadi tersenyum penuh arti mendengar suara Naomi yang sudah hampir 3 tahun tak ia dengar sepanjang itu, walaupun matanya tetap mengarah ke hpnya tetapi pendengarannya hanya tertuju ke cewek disebelahnya.
"Tadi gue udah telepon bang Se, cuma gak diangkat. Kasih hp lo ke dia sekarang"
"Gu-gue lagi gak dirumah" suara Naomi memelan.
"Terus dimana?"
"Otw ke tukang sayur. Lagi disuruh mama"
"Yaudah nanti gue ke rumah lo ya?"
Naomi gelagapan mendengar pertanyaan Nuel, "Eh jangan Nu!"
"Kenapa?"
"Dirumah lagi, hm itu lagi.... lagi ada tamu. Iya ada tamu Nu"
Mendengar kata 'tamu', Chris langsung bisa menebak apa yang Nuel dan Naomi bicarakan.
'Hanya sebatas 'tamu'?' Hati Chris tak terima dengan kata tamu yang Naomi lontarkan.
"Tetep gue kerumah lo"
Seketika sambungan telepon diputus secara sepihak oleh Nuel. Naomi hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi nanti antara mereka bertiga.
Masih menatap handphonenya yang sudah terkunci, pikiran Naomi melayang pergi membayangkan kecanggungan yang akan dihadapinya nanti.
"Nuel?"
Suara bass Chris membuyarkan kegelisahannya. Tapi malah menambah kadar salah tingkah dirinya.
"Hah? Oh itu-iya Nuel" jawabnya tergagap sambil menggaruk tengkuk kepalanya yang tak gatal.
Sudah. Hanya itu.
Tak ada lagi yang memulai pembicaraan sampai mereka berada di bude sayur dan membeli yang diperlukan hingga dalam perjalanan pulang.
Sebentar lagi sampai dirumahnya, tiba-tiba sebuah motor besar beserta pengendaranya berhenti di depan pagarnya.
Nuel.
Seketika bahu Naomi meluruh melihat sahabatnya itu benar-benar datang.
'Tamat sudah'.~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sekarang mereka berempat duduk diruang tamu rumah Naomi setelah Naomi memberikan belanjaannya kepada mamanya.
Ada Sean, Naomi, Nuel dan Chris. Duduk diam tanpa kata. Semuanya menunduk kecuali Sean. Sampai-sampai Nuel sendiri lupa dengan tujuannya berkunjung ke rumah Naomi.
Sean terus menatap heran ke arah mereka bertiga.
Dulu sedekat nadi, sekarang sejauh matahari. Semboyan mainstream itulah yang sekarang melekat pada tiga sahabat itu.
Jengah dengan atmosfer yang dingin ini akhirnya Sean memulai pembicaraan setelah sebelumnya berdehem, "Oh iya, gue tinggal ya kalian. Mau kerjain tugas kampus dikamar"
Sean beranjak berdiri dan berlalu pergi ke kamarnya.
'Bang Se kampret. Gue kira dia punya cara supaya gak kayak gini heningnya. Eh malah kabur' Naomi hanya bisa mengomel dalam hati sambil menatap punggung abangnya yang menjauh.
Ponsel mereka bertiga ditaruh diatas meja tamu. Tidak ada yang berani memainkannya.
"Eh loh loh loh... kok pada diem aja sih ini?" Suara Vonny memecah keheningan. Vonny menaruh tiga gelas sirup dihadapan mereka bertiga.
Nuel dengan cepat berdiri dan menyalami Vonny.
"Mama gimana Nuel? Sehat?"
"Sehat kok tante"
"Tante tuh udah ajak mama kamu mau ngerujak bareng, cuma mama kamu bilang gak bisa dateng karena ke luar kota katanya"
"Iya tante, mama lagi keluar kota. Ada kerjaan kantornya"
Vonny mengangguk maklum dengan sahabatnya yang super sibuk itu.
"Udah lama ya tante gak lihat kalian bertiga seperti ini"
Jleb.
Dan semua hanya tersenyum manis menanggapi perkataan Vonny. Beranggapan bahwa dengan senyum mereka bertiga, Vonny akan mengerti dan menyudahi penyelidikannya. Ternyata tidak.
"Kenapa sih Kevin jadi jarang main kemari? Kan tante kangen lihat kalian bertiga bercanda. Kalau Nuel lumayan sering karena belajar bareng sama Omi"
"Iya tante, aku sibuk sama sekolah kan udah kelas 12 soalnya" Chris tersenyum sopan sambil menjawab pertanyaan ibu dari sahabatnya itu.
"Oh... tapi hampir 3 tahun loh Kevin gak ke rumah ini. Omi juga udah gak pernah cerita ke tante tentang kalian bertiga"
"Mama" Naomi sudah lelah dengan tipe penyelidikan mamanya.
"Yaudah tante tinggal ke dapur dulu ya, diminum ya sirupnya".
THIS. Perjuangan nyari ide. Vomment please, thanks.
KAMU SEDANG MEMBACA
AUDACITY
Teen FictionAku bahagia melihatnya bahagia walau hanya melihat dari tempatku berdiri tanpa ingin tahu apa yang membuatnya bahagia. Aku bahagia melihatnya menebarkan senyuman yang selalu dan akan selalu membuat hatiku melompat kegirangan. Tapi aku juga punya hat...