10.

42 6 6
                                    

Naomi POV

Aku harus menghentikan keheningan ini. Mau sampai kapan selalu seperti ini? Aku yang memulai, aku juga yang harus mengakhiri.

"Ekhem"

Satu kode ku berikan agar mereka berdua melihat ke arahku dan ternyata berhasil.

"Ke kamar gue aja ya, dari pada disini diem terus kita bertiga kayak orang gak kenal"

Entah keberanian dari mana aku bisa berkata seperti itu. Sungguh aku memang sudah bosan seperti ini dari sejak tadi. Aku saja yang bodoh. Walaupun Nuel masih berhubungan baik denganku dan Chris, tapi apa yang bisa diharapkan dari manusia es sepertinya.

Demi Tuhan, haruskah ia ku arahkan untuk sedikit lebih banyak bicara agar ia tetap bisa mencairkan suasana walau hanya berinteraksi denganku atau Chris.

Akhirnya aku beranjak berdiri dan tanpa disangka mereka juga berdiri, juga sambil membawa gelas minuman masing masing.

"Masih inget kamar gue kan? Pintu yang ada tempelan not baloknya, kalau kalian lupa" kataku yang memang sengaja menyindir mereka berdua sebagai sahabatku yang dulunya memang sangat sering main kedalam kamarku.

"Duluan aja, gue mau ambil snack dulu"

Sepertinya aku melakukan monolog disini. Mereka berdua masih diam tak bergerak dan hanya menatapku, mendengarkan ucapanku.

Aku sudah tak memikirkan perasaanku lagi terhadap Chris saat ini, yang aku pikirkan hanya menjauhi kecanggungan ini sejauh-jauhnya.

Segera aku berbalik ke arah dapur untuk mengambil persediaan cemilan di lemari dapur, tanpa melihat pergerakan dari dua cowok itu.

Setelah di dapur aku tak mendapati mama dan tante Lussy.

'Mungkin mereka ngerujak di halaman belakang' pikirku.

Mengambil beberapa ciki dan cemilan lainnya, aku langsung keluar dari dapur dan tak mendapati mereka diruang tamu.

Aku tersenyum kecil melihat ruang tamu yang kosong.

Ternyata masih seperti dulu. Mereka memenuhi permintaanku. Mungkin masih dan selalu.

Dengan begitu aku langsung ke atas dan memasuki kamarku.

Dalam benakku sebelum memasuki kamar adalah mereka pasti sedang bercerita satu sama lain, atau mungkin Nuel langsung memainkan laptopku dan Chris membongkar koleksi novelku, atau paling parah mereka sedang perang bantal yang akan membuat kamarku seperti kapal pecah.

Ternyata tidak diantara semua itu.

Dihadapanku sekarang, dua sahabatku ini sedang tidur berbaring dengan mata terpejam, juga kedua tangan mereka bertaut dibelakang kepala sebagai bantalan. Ada jarak di antara keduanya, seolah memberi ruang untukku ikut berbaring disana.

Masih tidak ada yang berubah.

Aku tidak mungkin tidur disana. Hey jangan salah sangka, bukan karena aku memikirkan bahwa aku perempuan jadi tidak sepantasnya tidur dengan dua laki-laki dikamar ku sendiri, memang itu penting tapi demi Neptunus mereka adalah sahabatku, dan mereka ada dirumahku. Apa yang bisa mereka lakukan terhadapku jika aku berteriak dan bang Se ada disebelah kamarku? Think first kawan jika kalian ingin menghakimi ku.

Aku hanya masih mengingat perasaanku terhadap Chris. Apa yang dilakukan jantungku jika aku berbaring disana.

Melihat bergantian ke arah Nuel dan Chris yang sepertinya damai sekali dalam tidurnya, padahal perkiraanku mereka baru sebentar berbaring disana tapi sudah terlelap.

Pada akhirnya aku sengaja menghempaskan tubuhku terduduk di sela-sela jarak mereka tidur yang membuat kasurku ikut bergerak.

"Omi" seru mereka berbarengan, terbangun dari tidur yang nyaman.

"Enak aja kalian tidur. Siapa yang suruh?! Gue cuma suruh kalian masuk ke kamar gue dan gak tidur"

Aku harus mengimbangi diriku menjadi seperti dulu agar suasana canggung takkan tercipta lagi.

"Capek Mi" suara Chris terdengar dari balik tubuhku yang masih setia terduduk.

Mendengar suara itu. Suara yang sudah lama tidak ku dengar seakrab itu.

'Please heart, not again. Baru mulai usaha ini jangan deg-degan please"

"Ya-ya kalo capek hm... tidur aja sana dirumah, jangan disini" aku berusaha sarkas kali ini. Semoga saja peranku berjalan dengan sempurna kali ini, tidak terlihat salah tingkah.

Dua tangan cowok dari sisi kiri dan kanan langsung menarik tubuhku memaksa untuk berbaring.

Aku yang tak siap dengan kerjasama mereka akhirnya berbaring juga dengan tangan dua cowok itu masih mendekap bagian leherku dan mereka dengan santainya menyembunyikan wajah mereka masing-masing di lekukan leherku.

"Kan dulu lo bilang ini rumah kita juga. Udah lama gak pulang kesini, ya gak Nu?"

Yang aku dengar Nuel hanya menjawabnya dengan gumaman.

Aku memukul-mukul pelan tangan mereka yang memeluk leherku, "Ih jangan ngomong di leher gue geli tau getar-getar. Bangun dong, wey"

Aku meronta untuk bangun tapi apa daya pertahanan mereka kuat sekali.

"Bentar Mi. Biarin kita kayak gini dulu"

Mendengar suara Nuel yang sendu akhirnya aku menyerah dan tetap dalam posisi berbaring dalam pelukan kedua sahabatku itu.

Sejujurnya aku memang rindu keadaan seperti ini, tapi aku tak bisa melawan getaran di hatiku jika berdekatan dengan Chris.

Satu hari. Hanya dalam satu hari ini banyak kejadian terjadi. Mulai dari dipermalukan dihadapan pak Farel karena kebodohanku, tiba-tiba Chris datang dan di susul dengan kedatangan Nuel, sampai kita bertiga berbaring saat ini.

Rencana Tuhan itu sulitku mengerti, tapi yang pasti sangatlah indah.



Update. 794 words, not bad lah. Maaf keun typo dimana mana, Vomment ges.

Thanks😘

AUDACITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang