Setelah insiden kecerobohannya tadi, Naomi sangat tidak fokus belajar hari tu. Sampai bel terakhir pulang pun ia tidak mengerti apa yang gurunya terangkan didepan kelas. Alhasil ia akhirnya meminjam catatan Bebie untuk di salin dan mempelajarinya dirumah.
‘Suka sama orang tuh efeknya begini banget ya?’
Pikirannya berkelana ke dunia lain. Memang sejujurnya bisa dibilang Chris adalah cinta pertamanya. Karena selama ia bergaul dengan para cowok, ia tidak merasakan getaran yang ia rasakan saat dengan Chris sejak dua tahun lalu yang notabennya adalah sahabatnya.
“Astaga ya Tuhan… Kenapa gue jadi gini sih?” gerutu Naomi.
Saat ini ia berbaring di kamar menatap ke arah langit-langit kamarnya sambil memutar kembali kejadian memalukan yang ia perbuat di sekolah tadi. Hingga akhirnya ia kembali flashback ke kejadian di dufan waktu itu.
Ia beranjak dari kasurnya untuk mengambil binder diatas meja beserta pulpen, kemudian kembali ke atas kasur dan mencurahkan isi hati dan pikirannya ke atas kertas putih itu.
Aku akan memberitahumu sesuatu
Ku pikir kau kan mengerti
Saat kukatakan sesuatu itu
Aku ingin menggenggam tanganmuIa teringat saat menggenggam tangan Chris di dalam wahana rumah kaca.
Ku mohon katakanlah padaku
Kau kan biarkanku menjadi kekasihmu
Dan kumohon katakanlah padaku
Kau kan biarkan ku menggenggam tanganmuTapi saat itu perasaannya pada Chris bukanla seperti ini. Saat itu ia tidak ada rasa suka sedikit pun kepada Chris. Aneh kalau ia menulis ingin menjadi kekasih hati Chris, tapi itu yang dirasakannya sekarang. Sahabat jadi Cinta.
Kini biarlah ku genggam tanganmu
Ku ingin menggenggam tanganmu
Dan saat aku menyentuhmu, bahagia kurasa di hati
Sungguh, sayangku, itu perasaan yang tak bisa ku sembunyikanKu ingin menggenggam tanganmu
Ku ingin… selalu.Tiba-tiba suara mama-nya membuyarkan semua apa yang ingin ia tulis,
“Omi! Turun nak!” teriakan mama-nya di lantai bawah menggetarkan seluruh penjuru rumah.Tanpa menyahuti perintah mamanya, ia langsung bergegas pergi kebawah dan mendapati mamanya berada di anak tangga terakhir.
“Kenapa ma?”
“Tolongin mama sayang, itu bukain pagar depan, kayaknya tante Lussy dateng deh” pinta mamanya.
Lagi-lagi tanpa menanggapi permintaan mamanya, Naomi langsung pergi membukakan pagar rumahnya.
Baru satu langkah keluar dari pintu rumahnya, Naomi langsung berdiri membeku melihat siapa yang akan ia hadapi saat ini.
‘Anjir. Ini sih mati banget gue’
Tante Lussy sudah berdiri di samping motor besar itu sambil menunduk memainkan handphone-nya untuk berkirim pesan dengan Vonny a.k.a mama Naomi.
Namun yang menjadi fokus Naomi bukanlah wanita paruh baya teman mamanya itu, melainkan siapa yang duduk diatas motor besar itu. Dengan memantapkan hati ia melangkah untuk membukakan pagar dan menyambut sang tamu. Walau ia terus merapal dalam hati ‘semoga gak salah tingkah gue’.
“Ha-Hai tante..” sapanya saat pagar telah dibuka dan tante Lussy langsung memeluk Naomi dan mencium pipi kiri dan kanan gadis itu. (biasalah cipika-cipiki ala ibu-ibu)
“Yaampun Omi, tante udah lama ya gak main kesini. Liat kamu jadi pangling, habis makin cantik sih. Soalnya kan kita jarang ketemu, kalau di gereja, Omi maunya di ibadah pemuda-pemudi aja, sama tuh
kayak Kevin” puji tante Lussy sambil mengelus kepala Naomi.Naomi hanya membalas pujian tersebut dengan senyuman, sebab ia bingung harus merespon seperti apa karena jantungnya yang mulai berdetak tidak normal lagi.
Naomi langsung menggandeng tangan tante Lussy untuk berbalik ke dalam rumah, “Oh iya, masuk tante udah ditunggu mama”
Kira-kira sudah sepuluh langkah menjauhi pagar tante Lussy langsung bersuara, “Eh tunggu dulu, itu Kevin gimana Mi?”
“Hah? Oh- itu… bentar tan” memang ekspetasinya untuk tidak berinteraksi dengan Chris sangat tidak sesuai dengan realita yang Tuhan takdirkan.
Naomi langsung kembali ke arah Chris yang sedari tadi diam saja memperhatikan langkah Naomi kearahnya.
“Hm… motornya masukin aja parkir di situ” ucap Naomi cepat dan dengan mata melihat kearah ban motor Chris, karena ia sangat tidak bisa menatap mata cowok yang ia suka. Sahabatnya sendiri. Dulu.
Setelah berkata sebegitu cepatnya, ia kemudian berlari kecil ke arah tante Lussy dan masuk kedalam rumah.
Chris yang sudah memarkirkan motornya dan mematikan mesin motornya, setelah sebelumnya melihat tingkah gadis itu hanya menggeleng-geleng kecil sambil berdecak beberapa kali. Kemudian ia juga masuk kedalam rumah sahabat kecilnya itu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Tante Lussy dan Naomi langsung pergi kearah dapur, sedangkan Chris memilih duduk di ruang tamu.
“Eh yaampun Von, harusnya jangan dikerjain dulu ini biar aku juga bantuin”
“Eh udah dateng Lus… Ih gak apa-apa, biar aku ada kerjaan juga”
Kedua wanita dengan aura keibuan itu langsung bersalaman dan mencium pipi seperti yang dilakukan Naomi dan tante Lussy tadi.
Naomi melihat bermacam-macam buah di meja dapur rumahnya. Ada mangga, bangkuang, jambu air, nanas, timun dan buah kecil berwarna hijau muda yang ia tidak ketahui namanya yang rasanya
sepertinya asam.“Mama sama tante mau ngerujak?” simpulnya.
Mamanya dan tante Lussy langsung menoleh ke arahnya.
“Iya sayang, kita udah lama rencanain ini tapi baru sekarang bisa. Tau sendiri mama sibuk di butik, tante Lussy sibuk di rumah makannya, kalo pulang gereja pasti gak sempat, jadi hari inilah yang paling tepat”
penjelasan mamanya cukup panjang.Naomi langsung merubah raut wajahnya menjadi curiga, “Mama gak lagi isi kan? Aku udah tujuh belas tahun loh ma, gak lucu banget kalo aku punya adik lagi”
Pertanyaan dari Naomi langsung dibuahi tawaan keras dari mamanya dan tante Lussy. Memang konyol.
Setelah tawa mereka reda, mamanya langsung angkat suara, “Ya enggaklah Omi sayang.. mama udah kepala empat menuju kepala lima masa mau isi lagi, gak kuat nanti melahirkannya”
“Von, mungkin itu si Omi kode kali minta adik baru biar ada teman dirumah” sambar tante Lussy sambil cekikikan.
“Hush ngaco kamu Lus”
Naomi lega mendengar penuturan mamanya. Ia kira ia akan menjadi pengasuh bayi dan mungkin saja dikira orang-orang dialah ibunya.
“Yaudah ma, tan, Omi ke atas dulu ya” ia teringat dengan buku catatannya yang masih terbuka diatas kasurnya. Bahaya kalau sampai terlihat oleh Sean.
Baru ingin beranjak menaiki tangga, suara mamanya menginterupsinya lagi, “Mi temenin Kevin di ruang tamu gih, masa di tinggal sendirian”
Naomi yang dibuat kaku dengan permintaan mamanya, segera melirik sekilas kearah Chris yang tadinya
sedang memainkan handphone, langsung menoleh ke arahnya. Refleks ia membuang pandangannya kembali ke arah mamanya yang masih bisa dilihat dari arah tangga.“Omi panggilin bang Sean aja ya ma” tanpa menunggu jawaban dari siapapun ia langsung berlari ke atas dan menuju kamar Sean.
Maaf keun typo everywhere. Gak sempet di sunting soalnya *ciat penulis senga* wkwk
Teteplaa minta voment yak. Thanks.
KAMU SEDANG MEMBACA
AUDACITY
Teen FictionAku bahagia melihatnya bahagia walau hanya melihat dari tempatku berdiri tanpa ingin tahu apa yang membuatnya bahagia. Aku bahagia melihatnya menebarkan senyuman yang selalu dan akan selalu membuat hatiku melompat kegirangan. Tapi aku juga punya hat...