Kembali Kedalam Pelukan Rangga

348 25 0
                                    

"Gue gak tau kalo ada Tania kemarin."

Lefi menggelengkan kepalanya setelah menjawab pertanyaan Rangga barusan. Tangan kanannya dengan telaten beraktivitas mengupas kulit apel yang Ia pegang dengan tangan kirinya. Kedua matanya fokus menatap kulit apel yang sedikit demi sedikit memanjang dan terjatuh beberapa di atas kedua pahanya yang merapat.

Rangga hanya menatap jenuh pada Lefi yang tadi berbicara sebelum kembali menatap langit-langit kamar itu dan memejamkan kedua matanya.

Persetan dengan perban!
Rangga sangat membenci keadaan seperti ini. Kepalanya yang dililit kain putih tipis dengan tembusan obat merah di pelipis kanannya benar-benar terasa cenat-cenut. Kepalanya cukup sakit, tetapi tidak bisa dibuat apa-apa. Kakinya apalagi, benar-benar tidak bisa didefinisikan rasanya. Kenapa Ia harus bernasib seperti ini? Apa tidak cukup kepalanya saja yang terasa sakit?

Rangga tidak menyalahkan kenapa dan bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi. Rangga rasa, memang kejadian itu juga pantas terjadi. Tapi dia menyesal untuk membantingkan tubuhnya tidak pada tempat yang tepat. Ia membantingkan tubuhnya tepat pada tingkatan antara trotoar jalan yang tinggi dengan aspal jalanan yang cukup rendah. Ralat!
Kondisi jalanan disana memang seperti itu.

Rangga kembali berpikir, mungkin sudah nasib sakitnya yang seperti ini. Tetapi andai saja Rangga bisa meminta satu permintaan, bisa nggak yang sakit itu kepalanya aja, yang luka itu kepalanya aja?

By the way, bagaimana keadaan orang yang Ia selamatkan? Apa kejadian yang terjadi setelah Ia menyelamatkan wanita itu? Wajahnya yang pucat, suaranya yang gemetar, masih sangat terngiang didalam otak seorang Rangga. Didalam pejaman kedua matanya Rangga benar-benar meneliti setiap rinci wajah wanita dua hari yang lalu itu Ia selamatkan.
Dia --Tania-- , Rangga rindu sekali dengannya.

"Ga, lo tidur?"

Rangga membuka pejaman kedua matanya. Kedua sudut matanya menangkap wajah Lefi yang menatapnya bertanya. Rangga menggelengkan kepalanya lalu membuang pandangan ke arah kiri. Hembusan napasnya kali ini terdengar berat.

"Lo kenapa? Masalah kantor? Udah coba lo tuh ya, lagian ada orang tua lo yang nanganin ini. Tenang aja kenapa sih?!" Ucap Lefi dengan nada kesalnya menatap sikap Rangga yang sangat aneh semenjak tersadar dan menginap di rumah sakit ternama ini.

"Sok tau lo!" Sinis Rangga tanpa mengalihkan wajahnya sama sekali.

Lefi menghela napasnya pelan. Pasti karena Tania. Semenjak Tania menghilang dari lingkup dunia Rangga, Rangga memang lebih bertambah diam dan sangat-sangat kurang bersahabat. Tidak ada senyumnya sama sekali, dan kerjaannya selalu marah-marah dan terlalu sensitif apabila ada sesuatu yang tidak sesuai dengan seleranya. Dia berubah, sangat berubah. Bahkan Lefi yang tahu Rangga dari sekolah menengah pertama, dan sempat menjalin hubungan dengan Rangga sebagai kekasih pertama Rangga, tidak pernah Lefi melihat Rangga yang sangat gegana seperti ini. Rangga biasanya adalah tipe orang yang tidak mau terlalu lama larut dalam masalah dan selalu tangkas dalam menyelesaikan masalahnya.

Dan sekarang Ia berbeda dari biasanya.

"Cari Tanianya."

Rangga langsung menengokkan kepalanya ke arah Lefi dengan tatapan kesal. Cari-cari-cari, emang semudah itu nyari seorang tikus yang sangat pandai mengumpat?

"Gak gampang! Emang gue belum pernah nyari dia sama sekali?"

"Ya kali otak lo dipake. Lo ngeliat dia di pasar kemarin kan? Berarti bisa aja Tania itu sering kesana. Tinggal lo taruh aja anak buah lo disana. Rebes kan?"
Lefi mengangkat salah satu alisnya sambil tersenyum senang. Lefi sangat yakin dengan sarannya itu bisa membantu sosok pemimpin sekaligus temannya tersebut dari kegalauan hatinya. Lefi terlalu miris melihat keadaan Rangga yang semakin aneh setiap harinya.

KITA YANG BERBEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang