TWENTY - THREE

901 81 25
                                    

Seohyun PoV

Aku masuk ke kamarku, semenjak pernyataan cinta Jungkook hubunganku dengannya makin canggung, aku juga masih belum mengerti perasaanku, ingin sekali aku percaya pada Jungkook, tapi hatiku masih sakit, aku belum bisa percaya lagi dengan cinta.

Aku mengambil bingkai foto yang ada di meja, terlihat foto ayah, ibu dan aku tersenyum riang, sungguh aku merindukan mereka, aku merasa sangat kesepian sekarang, aku tidak punya tempat untuk berbagi.

Aku membereskan bajuku untuk pergi ke Busan, aku memutuskan untuk menyusul ayah ke busan, biarlah aku bolos kuliah beberapa hari, daripada aku harus berangkat dan sama sekali tidak berkonsentrasi.

Tok tok tok

"Hyunie, tadi abeonim menelponku, apa benar kau akan menyusulnya ke Busan? Bagaimana dengan kuliahmu hyunie? Kau mau meninggalkanku sendirian? Hyunie, bukalah pintunya"

Aku diam saja, aku belum sanggup bicara dengan Jungkook, aku belum bisa mengendalikan detak jantungku yang rasanya ingin meledak jika bersamanya, apalagi jika harus menatap mata bulatnya, aku takut akan larut pada pesonanya. Astaga apa yang aku pikirkan, apa aku benar - benar jatuh cinta pada Jeon Jungkook? Maldo andwe.

Aku keluar membawa sebuah tas besar, sudah ku duga Jungkook masih menunggu didepan pintu kamarku.

"Hyunie, aku ikut ya"

"Jangan, kau harus kuliah"

"Kau juga harus kuliah, tapi kau membolos, aku juga ingin membolos"

"Kookie, aku mohon kali ini saja biarkan aku sendiri, aku merindukan ayah"

"Tapi hyunie, kau tega membiarkanku disini sendiri"

"Aku mohon, kali ini saja jangan mengikutiku" aku menatap Jungkook dengan pilu, berharap Jungkook tahu betapa inginnya aku menenangkan diri.

"Baiklah, tapi kau ku antar ke stasiun ya"

"Tidak usah, aku naik taksi saja"

"Tidak bisa kau harus ku antar titik, kali ini jangan menolak"

Jungkook merebut tasku lalu menggandeng tanganku, tangannya sangat hangat seperti biasa tapi jantungku? astaga sampai kapan jantungku seperti ini terus.

Di perjalanan Jungkook tidak henti - hentinya mencuri pandang padaku, tangannya sesekali mengusap puncak kepalaku, aku pura - pura tidak memedulikannya.

Sesampainya di stasiun aku masih tetap diam saja, Jungkook memaksa mengantar sampai dalam tapi aku tidak mau.

"Baiklah, aku tidak akan memaksamu hyunie, kau hati - hati ya, sampai Busan segera hubungi aku, aku sudah bilang pada abeonim jika Jimin hyung yang akan menjemputmu, karena abeonim dan orang tuaku sibuk"

"Jimin?"

"Iya teman sekelasmu yang dulu pernah kau tolak cintanya, dia sekarang menjadi orang kepercayaan eomma dan appa, kau jangan sampai tergoda dengan rayuan Park Jimin, dia itu Playboy nya Busan"

"Tidak akan, aku sudah tidak mempan dengan rayuan lelaki"

"Jinja? Baguslah, aku jadi tidak terlalu khawatir"

"Maksudmu?"

"Ani..lupakan, masuklah, kau harus makan yang banyak ya, habiskan semua makananmu, dan jangan sampai sakit"

Aku hanya mengangguk mendengarkan pesannya. Lalu melangkah masuk ke stasiun tapi tanganku di tarik Jungkook membuatku langsung berbalik ke arahnya.

Chup

Dia mengecup keningku.

"Hati - hati ya, salam untuk abeonim dan orang tuaku"

TRUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang