[8] Feel.

713 141 27
                                    

10 pm.

Acara memang sudah selesai sejak pukul 6 sore lalu. Tapi karena harus rapat terlebih dahulu, terpaksa Bianca baru bisa pulang. Dengan berjalan kaki menuju gerbang depan, Bianca menunggu ada taksi yang lewat. Ia sudah sangat lelah seharian di sana. Tiba-tiba seseorang menepuk bahunya. Bianca terlonjak, Calum terkekeh melihatnya.

"Eh, hmm gimana penampilan gue tadi?" tanya Calum.

Aneh. Bianca memandang Calum sebentar. "Ah- ya, hmm bagus. Keren kok." Bianca tersenyum. Mereka berdua terdiam. Bianca berharap agar segera ada taksi yang lewat sehingga dia tidak bertahan dalam situasi seperti ini.

5 menit.

Belum juga ada taksi yang lewat.

Calum hanya berdiri di sampingnya sembari memainkan ponselnya.

"Err, lo mau pulang ya?" tanya Calum, akhirnya memecahkan keheningan.

Pake nanya lo, ya iyalah! batin Bianca.

"Iya" jawab Bianca singkat.

"Gimana kalau pulang sama gue aja? Lagian dari tadi juga gak ada taksi yang lewat kan?" tawar Calum.

"Eh gak usah Cal, gue bisa kok pu-" belum selesai Bianca bicara Calum sudah memotongnya. Sambil meraih tangan Bianca, Calum berkata, "Udahlah gapapa ayo".

Tubuh Bianca seketika menegang. Jantungnya serasa ingin copot. Kali ini, pertama kalinya Calum memegang tangannya. Tangannya begitu lembut dan hangat. Membuat Bianca tak ingin melepaskannya.

▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪


Hening. Tidak ada bunyi yang mengisi kekosongan di antara mereka. Bahkan suara radio sekalipun. Yang ada hanya terdengar suara mesin kendaraan yang berlalu lalang. Hanya ada mereka berdua di dalam mobil range rover hitam milik Calum. Akhirnya Calum pun membuka suara. "Bianca.."

"Y..ya?" Jawab Bianca gugup.

"Tawaran itu. Soal cara melupakan mantan, apa masih berlaku?" tanyanya dengan sungkan. Mati-matian Bianca menyembunyikan ekspresinya yang mulai campur aduk.

"Masih," jawabnya ragu-ragu setelah beberapa detik membiarkan rintikan air hujan yang mengisi kekosongan.

Hujan.

Hal yang begitu Bianca suka. Tapi entah kenapa kini datang di saat yang tidak tepat.

"Nanti gue kenalin," dengan berakhirnya kalimat Bianca, sampailah mereka berdua di depan rumah megah Bianca yang bercat putih.

"Thanks." Calum hanya mengangguk membiarkan Bianca melenggang masuk ke dalam rumahnya. Tak ada niatan menawarkan Calum untuk sekedar mampir, ia sudah terlalu lelah dengan hari yang ia jalani.

▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪

"Sir, pesanan yang biasa ya!" Calum mengacungkan jarinya pada salah satu pelayan di cafe ini. Hari ini Calum mengajak Bianca keluar untuk membicarakan hal yang mereka bahas kemarin.

'Cara melupakan mantan'

Tak lama pelayan itu mengantarkan pesanan mereka. Lebih tepatnya pesanan Calum. Terdapat dua piring cheesse pancake. Salah satu makanan kesukaan Bianca. Apa Calum mengetahui makanan yang Bianca suka?

Oh tidak. Jangan ge-er Bianca!!!

"So, tipe perempuan yang lo suka itu gimana? Apa harus cantik, pintar, dan populer kayak Maddie?" tanya Bianca selagi melahap pancakenya.

"Hmm, gue suka sama Maddie. Sayang malah. Gue enggak pernah punya perasaan kayak gini sebelumnya. Padahal, dulu gue cuma nganggep dia teman biasa sama kayak yang lain. Waktu pertama kalinya gue menyatakan perasaan gue sama dia, dia langsung nerima. Gue merasa spesial karena ada yang mau nerima gue apa adanya. Bagaimanapun, gue buruk dalam berinteraksi dengan orang. Tapi Maddie beda, dia berhasil matahin semua anggapan gue selama ini," ucap Calum panjang lebar.
"Tapi kalau masalah tipe.. enggak tau deh"

Lah buset malah curhat.

Pada saat-saat seperti ini, ternyata senyum palsu pun dibutuhkan.

Rasanya ingin berkata kasar.

Udara dingin menusuk sela-sela tulang Bianca. "Ya, lo emang beruntung." ucap Bianca hampir tanpa ekspresi.

"Tapi mungkin temen gue engga sesempurna Maddie. Cuma, Anne itu anaknya menyenangkan. Dia juga cantik. Lo tau kan? Yang sering bareng gue."

"Tau." sahut Calum cepat. Lalu dia memandang ke arah langit-langit cafe ini.

"Tapi masalahnya itu bukan di sana. Tapi di sini". Calum menunjuk dada bidangnya.

"Di bagian yang enggak akan pernah orang lain tau."

Ya, bahkan Bianca merasakan nyeri yang sama di tempat yang Calum tunjuk.

"Kalau gue masih berharap sama dia. Apa itu berlebihan?" gumam Calum yang membuat Bianca hanya mematung untuk sisa waktu mereka ke depan.
.
.
.
.

Vote&Comment please:(
.
Gue tau cerita ini terlalu flat. Jadi next chap bakalan ada semutnya awkay.
Eh smut maksud wa
.
Hargai penulis
Hargai calum
Hargai pengorbanan Bianca

Makasih yg udah mau baca. Keep reading kawan mwah.

Photograph ▪ cth [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang