"Ngng.." suara itu muncul begitu large pizza pepperoni pesanan Anne, Bianca, dan Michael ludes. Bahkan tanpa menoleh pun Bianca tahu siapa pemilik suara serak ituーCalum.
Dia berdiri dengan secangkir ice lemon tea di tangan kanannya. Tatapannya datar. Bahkan Bianca tak mampu membacanya.
"Boleh gue gabung?"
Anne membulatkan matanya seolah bertanya pada Bianca.
Michael segera berdiri dari tempatnya lalu menepuk pelan bahu Calum. "Of course, mate."
"Engg.. boleh," ucap Bianca ragu.
"Beneran engga apa-apa nih?" tanyanya meyakinkan. Calum tersenyum tipis. Anne pun membalasnya.
"Ya, engga apa-apa lah. Duduk aja Cal. Lagian ini juga bukan kursi gue kan?" Anne menanggapi dengan ramah yang disambut gelak tawa oleh Calum dan Michael.
Perlahan, Bianca merasakan sesak di dadanya. Namun, ia juga tahu ini semua ulah ucapannya dan membiarkan matanya sendiri merekam semua itu menjadi suatu kenangan yang diukir tajam dalam memori.
Karena sampai kapanpun, dia tak akan pernah bisa melepas pandangannya dari pria bernama Calum.
Kecuali, dia sendiri yang memutuskan untuk berhenti.
▪▪▪▪▪°▪▪▪▪°▪▪▪▪▪▪
Mungkin suatu hari nanti Bianca akan menyesali keputusannya untuk tetap menjadi seorang yang melihat Calum dari jauh. Tapi, setidaknya ia yakin keputusannya untuk membuat Calum mengenal Anne lebih dekat bukanlah hal yang buruk. Karena keduanya bisa dengan cepat menjadi sepasang kawan lama yang baru bertemu.
"Bi, pulang bareng yuk sama Calum!"
"Eh, ng.." otak Bianca buntu mencari alasan yang tepat.
"Gu.. gue mau pulang bareng Michael aja. Soalnya katanya dia tadi.. tadi minta dianterin beli kaset pes baru."
Sebenarnya Michael tidak memerlukan kaset pes baru. Karena ia sebenarnya Michael butuhkan adalah kaset film bergenre iykwim.
Anne menaikkan sebelah alisnya. "Ok deh kalo gitu. Duluan ya Bi!"
Bianca melirik Calum yang sedang terkekeh. "Kalian balik berdua aja."
"Bye, Bianca sayang."
Demi melihat sahabatnya dan pangerannya melangkah menuju parkiran membuat Bianca pura-pura buta. Namun tanpa sadar tangannya menggenggam ujung kausnya erat-erat. Jika rasa suka ini membuatnya lemah, lalu bagaimana caranya agar dia kuat?
▪▪▪▪▪°°▪▪▪▪▪°°▪▪▪▪▪
"Bi, gue laper!" keluh Anne sesampainya ia di rumah Bianca. Bianca mendengus melihat kelakuan sahabatnya.
Sebenarnya, ia masih penasaran sekaligus bingung dengan pesan yang Calum kirim padanya sekarang. Entah mungkin karena nama Anne dan Bianca berdekatan di kontaknya, sehingga ia jadi salah kirim.
Sungguh isi pesan itu membuat Bianca susah tidur semalaman.
Bianca segera sadar dari lamunannya dan bergegas pergi ke dapur.
"Bentar."
Tak sampai 5 menit Bianca sudah kembali menuju kamarnya dengan membawa setoples chips dan dua gelas jus jeruk. Matanya membulat ketika melihat Anne memegang sesuatu di tangannya. Buru-buru ia menyambar semua foto yang Anne pegang.
Shit!
Sambil merutuki keteledorannya karena belum menyimpan foto itu di tempat yang aman. Dengan tatapan datar, Bianca kembali menyusun lembaran-lembaran foto itu dan memasukkannya ke dalam nakas tanpa berani memandang Anne yang sedari tadi mengamatinya.
"Bianca.."
"..."
"Bi, ada penjelasan?" ucap Anne sambil menautkan kedua tangannya di dada.
Bianca melihat pantulan dirinya di cermin. Kedua mata hazelnya tampak sayu.
"Lo suka sama Calum?!" Anne kembali bertanya dengan nada yang berubah melengking tinggi. Ada keterkejutan dari tatapan tajam Anne.
Bianca menahan napasnya saat Anne menyentuh punggung tangannya.
"Sekali lagi gue tanya, lo suka sama Calum?" Anne mengulang pertanyaannya masih dengan nada yang sama. Bianca terdiam untuk waktu yang cukup lama sebelum akhirnya mengangguk pelan.
Mengakui perasaan yang ia sembunyikan selama nyaris tiga tahun.
"Sejak kapan?"
"Sejak kelas satu," sahut Bianca gusar.
"Dan selama ini lo cuma motretin dia tanpa adanya pendekatan yang berarti?"
Tubuh Bianca membeku hingga membuat otaknya kram.
"I..iya" sahutnya pelan.
Anne membuang napasnya berat. "Kalau lo suka sama dia, kenapa engga kasih tau gue? Kenapa engga bilang dari dulu? Dan, kenapa lo ngebiarin dia ngedeketin gue?"
Anne menggeleng-gelengkan kepalanya, ia tak habis pikir dengan sikap sahabatnya. Seolah belum cukup kenyataan bahwa mereka sudah bersama sejak taman kanak-kanak.
"Gue engga tau harus ngasih tau ini gimana. Tapi gue cuma mau Calum ngelupain Maddie dan cari penggantinya, dan.. gue rasa itu lo."
Anne menepuk dahinya. "Calum emang sih anaknya asik. Tapi ini kan masalah hati,Bi."
"Lo tau kan gue sukanya sama siapa?"
"It's ok Anne. Gue cuma takut kalau gue bukan orang yang bisa bikin dia bahagia," Bianca menunduk, membiarkan bulir-bulir air mata jatuh membasahi pahanya.
Anne termenung sejenak sebelum berkata dengan tatapan paling serius yang mungkin pertama kali Bianca lihat. "Orang yang engga bisa move on itu menyedihkan. Tapi ada lagi orang yang bisa disebut menyedihkan. Yaitu, orang yang engga menyatakan perasaannya karena rasa takut dalam diri orang itu sendiri."
Perlahan Bianca tersenyum. Dia berpikir, apakah hari saat dia berani menyatakan perasaannya itu akan datang?
Untuk sejenak Bianca tidak akan memperdulikan isi pesan Calum.
.
HaloooEh kemaren ada yang ke TINTE GATH gak?
Eh, CALUM INDO AKA GEGE SELFIE-SELFIE DI HP GUE ASTAGANAGABONARJADI69.
JAN LUPA VOTE&COMMENTS BAI
KAMU SEDANG MEMBACA
Photograph ▪ cth [Completed]
FanficI came. I saw. I captured. [Written in bahasa] ©artefak , 2016