Heart Stealer ♥ 12

9.7K 836 25
                                    



Matahari mulai terlelap digantikan oleh rembulan yang mulai terjaga. Malam ini, Alin diantar oleh Ilas bersama dengan Calvin menggunakan mobil pribadi Calvin. Alin duduk disamping kursi pengemudi agar tidak terlalu menambah kecurigaan staff mengingat tiba-tiba saja Ilas menawarinya pulang.

Tapi tentu saja Alin tahu, pasti itu perintah Calvin.

"Las." Calvin memecah keheningan malam itu, Ilas yang tengah fokus menyanyikan lirik lagu Ariana Grande – Dangerous Woman langsung bungkam.

"Kenapa Vin?"

"Bisa pinggirin mobilnya bentar?"

Ilas yang masih tak mengerti memilih menuruti permintaan Calvin, Calvin beranjak dari kursinya untuk keluar, "Mau kemana Vin?!" pekik Ilas.

Ilas turut keluar dari kursi pengemudi yang segera diambil alih oleh Calvin.

"Las, lo pulang naik angkot aja ya. Biar gue yang nyetir malem ini."

"Hah?! Kok gitu Vin?! Kamu tega biarin aku tengah malem begini naik angkot?" Wajah Ilas memelas meminta dikasihani tetapi Calvin malah semakin menatapnya sinis.

"Lebay. Baru juga jam 10 malem. Pesen taksi online atau apa kek. Nanti uangnya gue ganti. Udahan dulu ya, bye!"

Alin yang semula ingin protes karena ketidakmanusiawian Calvin tidak jadi mengungkapkannya karena Calvin langsung tancap gas tanpa memandang kearah Ilas lagi. Sementara itu, Ilas yang ditinggal di pinggir jalan hanya bisa mengelus dadanya dengan sabar.

"Ya Tuhan, dosa apa gue dapet kerjaan kayak gini."

***

"Vin, kok kamu tega sih ninggalin Ilas gitu aja? Kasihan, tahu. Ini 'kan sudah malam, kalau ada hal buruk yang menimpa dia, gimana?" protes Alin.

"We need to talk, so I kicked him out."

"Ya, tapi, tetap saja Vin..."

"Aku mau mengajakmu jalan-jalan ke tempat dimana aku biasa menghabiskan waktuku sendiri untuk merenung," Alin melirik kearah Calvin yang masih dengan pandangan lurus ke depan, "aku tidak akan memaksamu menceritakan tentang dirimu kepadaku. Tetapi aku tidak ingin kamu menyiksa diri terus menerus. Kamu butuh tempat sunyi untuk menenangkan pikiranmu."

Sejujurnya Alin tidak menyangka kalau Calvin ternyata cukup perhatian terhadap dirinya, dibalik sikap semena-mena dan cuek pria itu, Alin tahu kalau sebenarnya Calvin adalah pria yang sangat baik. Mengingatkannya akan orang itu.

Dan pada akhirnya, orang itu lagi. Alin selalu saja mengaitkan orang-orang di sekelilingnya dengan orang itu. Baik wajah, sikap, dan setiap detailnya, Alin selalu teringat akan orang itu. Alin mengarahkan pandangannya kearah jendela, memperhatikan jalanan di malam hari yang semakin sepi.

Keheningan malam selalu menyelinap ke dalam pikirannya, dan mengobrak-abriknya. Seolah-olah tidak mau membiarkan Alin terlelap dengan nyenyak. Kenangan itu selalu mengoyak dirinya, mencabiknya berkali-kali, dan membuatnya selalu terjaga di malam hari.

Dahulu, kenangan itu merupakan kenangan indah, kenangan yang tidak pernah menjadi permasalahan Alin apabila kenangan itu menyelinap ke dalam mimpinya, menari-nari di dalam pikirannya, dan menumbuhkan bunga di hatinya. Tapi sekarang, semuanya itu tidak sama lagi.

"Tuh, 'kan, melamun lagi."

Spontan lamunan Alin langsung buyar, ia melirik kearah Calvin, entah mengapa, ada sebersit perasaan tenang mengetahui pria itu mengawatirkan dirinya.

Heart Stealer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang