Heart Stealer ♥ 19

7.3K 622 23
                                    


Kecurigaan Calvin terhadap Alin semakin menguat, ia bisa melihat dari binary mata Alin yang semakin muram. Ketika Alin kembali, Nara menanyainya tentang Roro tetapi Alin hanya membalas dengan senyuman samar. Sepanjang proses syuting Calvin terus berupaya bersikap professional walaupun berkali-kali pikirannya terus memikirkan Alin.

Kini Calvin mengerti tentang apa yang dikatakan orang lain mengenai cinta itu buta. Lihat saja dirinya, seluruh pikirannya tersita memikirkan Alin walaupun ia tahu kalau Alin tidak menyukainya. Memikirkan perasaan Alin kembali membuat hati Calvin teriris, ia ingin berharap walaupun kecil kemungkinannya.

Selama ini Alin selalu bersikap biasa saja, ketika ia merasa dirinya semakin dekat dengan Alin entah mengapa Alin kembali memperlebar jarak diantara mereka. Sepertinya sahabat Alin—yang Calvin lupa namanya—itu pun juga menyukai Alin, tetapi Alin bersikap acuh tak acuh terhadap pria itu.

Calvin heran, dirinya banyak disukai oleh fans-fansnya, para aktris lain maupun teman-temannya pun juga banyak yang menyukainya, tetapi mengapa susah sekali menggerakkan hati Alin? Ia menjadi merasa sedikit bersalah mengingat banyak wanita yang selalu ia tolak dengan dingin.

Jadi ini rasanya patah hati? Calvin merasa nelangsa, ia menggelengkan kepalanya tenang, berupaya menghilangkan pikiran-pikiran negative itu. Nara memperhatikan tingkah lawan mainnya dengan seksama, ia tahu apa yang sedang Calvin pikirkan.

"Nyatakan saja." Calvin mendongak, menatap Nara yang sudah menatapnya dengan serius. "Kalau memang sayang, mengapa ditahan?"

Calvin menghela nafas panjang, ia meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. "Nggak semudah itu."

"Memangnya bilang 'aku mencintaimu' itu sulit banget ya?" Nara menumpukkan tangannya diatas meja, ia memutar-mutar bola bekel yang berada di dekatnya.

"Tentu saja mudah, tapi membuat orang yang kita sayangi menyadari perasaan kita itu yang sulit," Calvin menutup skrip yang sedaritadi terbuka, "sama seperti berakting, kamu harus bisa membuat penonton merasakan emosi yang kita keluarkan. Kalau penonton tidak merasakan itu, mereka hanya menganggap dialog kita itu hambar dan membosankan. Cinta juga harus seperti itu, bisa saja aku memberitahu Alin bahwa aku mencintainya tetapi yang paling penting ia harus merasakan cintaku terlebih dahulu."

"Kalau begitu apa kakak sudah berupaya menunjukkan perasaan kakak itu?"

Lagi-lagi Calvin menghela nafas panjang. "Aku tidak tahu. Kurasa aku takut melakukannya."

Nara menyeringitkan dahinya. "Kenapa?"

Calvin tersenyum kecut. "Bagaimana kalau aku bilang kepadamu bahwa aku merasa Alin menyimpan orang lain di hatinya? Dan hati kecilku sendiri memberiku peringatan, bahwa aku tidak akan bisa mengalahkannya?"

Nara terpekur. Ia tidak tahu harus merespons apa. Ia hanyalah seorang gadis muda yang tidak berpikir serius mengenai cinta, selama ini Nara berpacaran memang karena ia menyayangi dan menyukai pria itu tetapi itu semua pun karena para pria itu memperlakukannya dengan baik dan istimewa.

Biasanya Nara juga lah yang memutuskan mereka dengan alasan bosan. Meskipun terdengar jaha, apa Nara salah ketika ia merasa jenuh dengan hubungannya? Tidak bukan? Tetapi mendengar setiap curahan hati Calvin membuat Nara sadar kalau apa yang Calvin rasakan sangat besar dan tidak bisa dibandingkan dengan perasaannya.

Meskipun Calvin diketahui tidak pernah mengencani siapapun dan ia bisa dibilang lebih berpengalaman daripada Calvin, sebenarnya hati Calvin jauh lebih berpengalaman darinya. Calvin sudah menemukan cinta sejatinya, sementara Nara belum. Hal itu membuat Nara sedikit iri dan juga takut menghadapi cinta itu sendiri.

Heart Stealer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang