Epilog

13.7K 668 83
                                    


Tiba saatnya kuakhiri semua

Ku hapus harapanku selamanya

Akan ku coba terus melangkah

Walau serpihan perasaan hatiku

Masih bersamamu... 


Adera - Serpihan Hati



Calvin berjalan menyusuri jalan setapak yang tertata dengan rapi. Tangan kirinya membawa seikat bunga dan tangan kanannya ia masukkan ke dalam saku jeansnya, ia berjalan dengan langkah pasti hingga berhenti di hadapan sebuah nisan. Calvin tersenyum samar lalu berjongkok di hadapan makam itu dan meletakkan sebuket bunga disana.

"Hai, Lin."

Nama Alina Delfani terpahat di nisan itu. Calvin menurunkan kupluk kepalanya, membiarkan angin membelai rambutnya dengan lembut. Ia menatap langit sesaat, lalu menghembuskan nafasnya. "Sudah lama kita tidak berjumpa. Bagaimana kabarmu?"

"Aku pengecut sekali ya baru berani datang sekarang setelah kejadian bunuh dirimu dua tahun yang lalu?" Calvin tertawa miris. "Aku bahkan tidak berani mendekati acara pemakamanmu. Hanya mampu memandangi prosesi pemakamanmu dari jauh."

"Kak Maura baik-baik saja. Dia awalnya sangat terpukul mendengar kabar kamu bunuh diri, untung saja janinnya cukup kuat sehingga tidak keguguran... Kamu pasti akan sangat berdosa kalau tahu Kak Maura keguguran."

Calvin duduk disamping makam Alin, ia bersandar disana seolah-olah tengah berbicara dengan Alin yang berada di sisinya. "Filmmu sukses besar. Orang-orang tahu kalau Heart Stealer adalah kisah cintamu dengan Bayu. Para kritikus memuji alur ceritamu dan tentunya aktingku dong, hahaha."

"Selain itu filmmu juga masuk nominasi piala citra... keren 'kan? Tetapi sayang tidak menang, ya sudahlah masuk nominasi aja udah keren banget tuh tapi kamu nggak kecewa 'kan? Aku percaya kamu pasti kalau masih ada di sisiku akan meloncat kegirangan mendengar kabar ini terus bakalan sedih, habis itu kamu bilang 'nggak pa-pa, semua udah ada jalannya Vin'," ujar Calvin diakhiri senyuman tipis.

"Dulu, aku menyalahkanmu. Aku menyudutkanmu dan tidak terima dengan pilihanmu untuk menyusul Bayu. Well, sebenarnya sampai sekarang aku masih tidak terima sih, tetapi seenggaknya aku sedang berusaha mengikhlaskanmu. Aku tidak habis pikir kenapa kamu tega meninggalkan orang-orang yang mencintaimu dan menyusul Bayu seegois itu."

Oksigen di sekitar Calvin terasa berkurang drastis, emosinya perlahan bergejolak. "Kamu tahu 'kan kalau orang tuamu, Maura, Danar, Erika, dan aku mencintaimu? Bahkan banyak orang lain yang tidak kuketahui namanya juga pasti mencintaimu. Meski bukan rasa cinta seorang pria kepada wanita, mereka mencintaimu karena menganggapmu berarti di kehidupan mereka tapi kamu dengan seenaknya memutuskan mengakhiri hidupmu, meninggalkan luka di hati kami semua. Luka yang tidak akan pernah bisa sembuh."

"Kematian Bayu yang karena kecelakaan mungkin masih bisa diobati di hati keluarganya karena tidak ada yang menghendaki kejadian itu, itu adalah takdir Tuhan tapi kamu... Kamu yang mati karena bunuh diri, bagaimana bisa kami mengikhlaskanmu? Bagaimana bisa kamu seegois itu Lin? Kalau kamu tidak sanggup menghadapi kematian Bayu, bagaimana kamu bisa berharap kami lebih kuat dari kamu? Kami semua sama lemahnya seperti kamu Lin. Kami semua berusaha hidup normal dan bahagia meski sebenarnya kami terluka."

Emosi yang daritadi berusaha Calvin tahan akhirnya meluap seketika. Ia hanya bisa marah kepada tanah kuburan Alin dan membiarkan air mata turun dari pelupuk matanya. "Kak Maura harus mempertahankan janinnya meski hatinya hancur karena kepergianmu. Orang tuamu juga tampak terpukul--aku melihat wajah mereka di rumah sakit dan aku tidak bisa mendeskripsikan betapa besar luka mereka. Kedua sahabatmu, Danar dan Erika... Erika sampai pingsan dan Danar meneteskan air matanya. Lalu keluarga Bayu... Aku melihat kehancuran di bola mata mereka. Bagaimana bisa kamu setega itu Lin?!"

Heart Stealer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang