Playlist: Isyana Sarasvati - Di batas waktu
"Apa mas bilang? Ke Jogja?"
["Iya, Lin. Kamu mau nggak ikut ke Jogja? Kita harus merampungkan syuting disana juga."]
Jemari Alin mengetuk-ngetuk meja pantry Calvin. Padahal, ia baru selesai memasak, tetapi nafsu makannya lenyap begitu mendengar perkataan Pram. Ia benar-benar tidak ingin ke Jogja, walaupun sebagian jiwanya menginginkan hal itu.
Tapi Alin tidak mau mengambil resiko, ia tidak mau hal-hal buruk terjadi padanya, lagi. Alin menggelengkan kepalanya cepat begitu setitik memori mulai menyusup ke dalam kepalanya, ia akan terus mengunci memori itu selamanya. Ia tidak mau merasakan kesakitan dan kengerian yang sama.
["Alin? Kamu masih mendengar suara mas?"]
"Ah, iya, mas. Sepertinya Alin tidak ikut."
["Lho? Kenapa?"] Alin bisa mendengar nada kecewa dari suara Pram.
"Maaf mas soalnya Alin 'kan masih harus mempersiapkan skripsi dan sidang, jadi Alin tidak bisa seenaknya pergi begitu saja."
["Ah, begitu... Kalau begitu kamu hari ini tidak datang karena ada janji dengan dosen pembimbingmu ya?"]
"Iya."
["Baiklah kalau begitu, mas tutup dulu. Maaf kalau mas mengganggu Alin ya."]
"Iya nggak pa-pa, mas."
["Beritahu mas kalau kamu berubah pikiran."]
"Pasti."
PIP.
Secangkir teh manis hangat yang awalnya menggugah hati Alin kini hanya ditatapnya datar, ia menyingkirkan cangkir tersebut dari pandangannya dan beranjak menuju taman belakang. Alin baru menyadari kalau ditengah-tengah taman terdapat gazebo kecil yang bisa ditempati dua sampai tiga orang.
Alin melipat kedua kakinya dan duduk disana sambil memandangi langit yang tampak tidak begitu cerah, sepertinya alam pun mengetahui bagaimana kondisi hati Alin. Alin meletakkan kepalanya diatas meja kecil yang ada disana, ia menghela nafas panjang sampai sebuah tangan mengelus puncak kepalanya.
"Alin."
Alin mengerjapkan matanya beberapa kali, ia mengenali suara itu, ia mengadahkan kepalanya mendapati Bayu yang duduk di hadapannya.
"Alin."
"Ba...yu?" Tubuh Alin bergetar hebat, air mata sudah menumpuk di pelupuk matanya. Alin mengangkat tangannya perlahan, berusaha menyentuh pipi Bayu.
"Alin."
Ketika tangannya mengenai pipi Bayu, tubuh Bayu menghilang bagaikan serpihan kertas dari hadapan Alin. Dengan kecewa Alin menarik tangannya kembali, senyum yang tadi merekah pudar menjadi garis datar seperti biasa.
"Tentu saja... Mana mungkin kamu ada disini." Tangan Alin bergerak kasar menghapus air mata yang berhasil lolos dari pelupuk matanya.
Deringan ponselnya dari dapur membuat Alin beranjak kembali ke dapur, ia berdeham beberapa kali sebelum mengangkat telefonnya.
"Halo."
["Akhirnya kamu angkat juga... Erika mengalami keracunan makanan, Lin."]
"A-apa?" Suara Danar yang terdengar cukup panik membuat Alin ikut panik.
["Kamu dimana sekarang? Dari tadi aku sudah menghubungimu tapi nomormu sibuk."]
"Aku sedang di..." Alin menggigit bibir bawahnya. "Puncak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Stealer (COMPLETED)
ChickLitKisah mengenai dua orang yang tidak saling mengenal satu sama lain tetapi dipertemukan oleh takdir. Kisah mengenai dia yang tidak pernah mengenal cinta bertemu dengan seseorang yang penuh luka atas nama cinta. Kisah mengenai dia yang berusaha berdam...